Dua .......... Cinta yang Lain

564 60 8
                                    

Annisa berusaha menguatkan hatinya dengan rencana resepsi pernikahan dua sahabatnya, Rizky dan Syifa. Seharusnya ia bahagia karena Syifa batal menikah dengan Ilham. Tapi jika dengan batalnya pernikahan itu membuat Ilham meninggalkan Jakarta, ia menyesali semuanya. Mengapa takdir Allah tidak pernah baik padanya.

"Ilham, kamu di mana sekarang?"

Brayn yang melihat Annisa bengong pun jahil meledeknya. Melempar bekas sedotan tepat di wajah gadis blasteran Sunda-Jawa itu.

"Iih, jorok, Brayn!"

"Ha ha ha.... sorry sorry! Abis dari tadi diem ajah lo. Kesambet?"

"Tau ah! Resek resek!"

Annisa masih sibuk membersihkan sisa air minum dari sedotan yang di lempar Brayn.

Bumbu-bumbu persahabatan yang tidak akan mereka lupakan hingga tua nanti. Sudah mafhum, jika dalam circle pertemanan ada makhluk-makhluk jahil, pemalu, cuek, tomboy dan sebagainya. Indahnya persahabatan. Indahnya perbedaan.

Beberapa desain undangan sudah dipilih. Juga souvenir yang akan menjadi tanda mata bagi tamu undangan. Sedikit demi sedikit, beberapa printilan acara resepsi sudah selesai. Menuju hari H, harapan semuanya sama. Semoga sahabat mereka, Ilham, bisa berkenan datang memberikan doa dan doa restu.

"Semoga ajah Ilham nanti bisa datang ya. Mendoakan kalian dan bisa kumpul sama kita lagi di sini," ujar Ersya penuh harap.

"Itu juga doaku, Sya. Aku sangat berharap dia kembali ke sini dan ...., membuka hatinya lagi," gumam Annisa.

*****

Rizky baru saja selesai mengambil air wudhu. Rambut dan wajahnya terlihat masih basah. Menurunkan baju panjangnya yang sebeluknya di gulung dan mengenakan sarungnya.

"Subhanalloh, merdunya suara mengaji istriku."

Syifa tersipu malu mendengar pujian suaminya yang sedikit berlebihan baginya.

"Abang ngejek Syifa ya?"

"Gak ngejek! Emang beneran bagus kok. Nanti kita ngaji bareng yaa. Kan tadi subuh kesiangan. Hehehe."

Rizky mengecup kepala istrinya yang tertutup mukenah dengan lembut. Syifa semakin tersipu dengan perlakuan manis suaminya.

"Ya Allah, betapa indah takdir dari Mu."

Keduanya pun khusyuk mendirikan solat magrib berjamaah. Bacaan Rizky tidak hanya tartil tapi juga menyayat hati. Membacanya dengan irama saat membaca surat Al-fatihah dan bacaan surat lainnya. Menambah kesyahduan dalam ibadah.

Selepas solat, dzikir dilantunkan, doa pun di nisbatkan. Seperti janjinya, mereka mengaji bersama. Sesekali Rizky memperbaiki bacaan Syifa yang masih ada kekeliruan.

"Ini cara bacanya idgham, Sayang."

"Iqlab, Bang."

"Ikhfa Syafawi! Kan mim sukun ketemu huruf ba."

Rizky menjawil hidung mancung Syifa lembut.

"Kalau salah lagi nanti aku cium yaa."

"Huuu.... modus nih."

Rumah tangga yang berlandaskan cinta karena Allah dan semata-mata mencari ridho-Nya, insyaAllah malaikat pun menyertainya ketika beribadah. Keduanya terus melanjutkan ibadah hingga waktu isya tiba.

*****

Annisa belum bisa fokus dengan skripsinya. Pikirannya masih melayang pada Syifa. Apa kelebihan sahabatnya itu hingga dua laki-laki soleh bisa mencintainya dengan begitu besar. Annisa melihat pantulan dirinya dari balik cermin. Tubuhnya nyaris sempurna. Kulit putih bersih. Tinggi yang lumrah bagi wanita pada umumnya. Nampak solihah dan anggun dengan jilbab yang menutupi dada.

"Syifa, betapa beruntungnya kamu. Dicintai oleh laki-laki soleh seperti Ilham dan Rizky. Seandainya kamu menolak lamaran Ilham, mungkin saat ini aku gak perlu susah payah menahan kerinduan."

Annisa terus berdialog di depan cermin. Matanya berair menahan perih.

"Kenapa jatuh cinta harus sesakit ini ya Allah?"

Annisa mengambil bingkai foto yang tertera di atas meja belajarnya. Potret yang menggambarkan keceriaan deretan pemuda ketika berkemah. Setidaknya ada tiga foto yang terpampang di meja belajarnya.

Senyumannya menyungging melihat dua orang laki-laki yang berdiri di belakang barisan perempuan.

"Ternyata kalian memang telah menyukai wanita yang sama dari dulu."

Annisa melihat foto pojok kanan atas. Terlihat Rizky dan Ilham yang sedang bergaya dengan mengkipasi Syifa sedangkan Annisa, Ersya dan Brayn bergaya di belakang ketiganya yang sedang duduk.

Foto kedua pojok kiri atas. Saat para gadis sedang duduk rerumputan, para laki-laki melihat kepada wanita. Syifa berada di tengah di tatap oleh Rizky dan Ilham yang berada di pinggir dan tengah. Ersya ditatap Brayn sedangkan Annisa hanya tersenyum seorang diri.

Miris.

"Kenapa aku baru menyadari sekarang? Buta! Aku terlalu buta untuk menyadari, kalau kamu hanya mencinyai Syifa, Ham."

Satu bulan lagi Syifa dan Rizky akan mengumumkan pernikahan dalam resepsi. Apakah Ilham akan datang? Sudah siapkah Annisa bertemu dengan Ilham dan menyatakan perasaannya?

Apakah aku bisa seberani bunda Khadijah untuk menyatakan cinta kepada laki-laki?

"Ya Allah, damaikanlah hatiku."

Bersambung .....

---------------------------------------------------

Indahkan AkunDalam Takdir Mu (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang