air mata sudah habis, sementara hujan tak reda-reda
hari menjelma bulan, namun kau tak kunjung pulangaku berdiri kaku di beranda, menunggu seonggok tubuh sunyi muncul di pelupuk mataku
sementara bunga-bunga pelataran yang suka sekali bercumbu dengan hujan itu-menertawaiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gajah yang Lapar Atensi
Poesíatulisan amatir dari jiwa yang prematur. Dipublikasikan: unknown Disarankan: (a-) serif