Ujian kian dekat hanya perlu waktu dua bulan lagi untuk merangkum kembali materi-materi selama aku sekolah di SMP.
"Tidak menyangka ya sebentar lagi kita pisah aku jadi sedih," ucap Tasya teman sebangkuku.
"Iya. Kamu sedih akan berpisah denganku atau sedih berpisah dengan Zain pacarmu itu?"
Mereka berpacaran satu tahun yang lalu. Masih SMP saja hubungan mereka sudah sejauh itu. Dan uniknya lagi mereka satu kelas. Karena Tasya teman sebangkuku alhasil akulah orang yang merekam dengan mata dan telingaku sendiri tentang sesuatu yang sedang mereka lakukan dan bicarakan. Entah itu gombalan satu-sama lain, pembicaraan tentang masa depan, hingga pertengkaran. Sampai-sampai aku kenyang dengan tingkah mereka berdua.
"Aku lebih sedih berpisah denganmu. Kapan lagi aku menemukan orang sepertimu,"
"Memangnya ada apa dengan diriku?"
"Kamu aneh, Kai," ucap Tasya sambil mendorong bahuku
"Apa? Aneh? Aku aneh? Maksudmu?"
Sudah beberapa kali diriku ini dikatakan aneh. Tetapi ketika aku menanyakan maksud dari pertanyaan itu, jawabannya selalu berbeda-beda.
"Iya kamu aneh. Mengapa kamu belum juga mendapatkan teman? Maksudku teman lelaki yang mungkin akan membuatmu tidak kesepian lagi. Contohnya seperti aku dan Zain,"
"Aku tidak memikirkan tentang hal itu,"
Aku sedikit kesal dengan pertanyaan konyol. Untuk apa aku menjalin asmara dengan orang yang belum tentu tepat.
"Apakah kamu belum juga melupakan cinta pertamamu di SD dulu? Cinta monyet-monyetanmu,"
"Cinta monyetku? Aku sudah melupakannya,"
"Sudah benar-benar melupakannya? Itu maksudku,"
Kata benar-benar itu menamparku. Aku pun hanya diam tidak mempedulikan pertanyaan yang membuatku berpikir lima kali untuk menjawabnya.
****
Jam menunjukkan pukul 1 siang. Ini waktunya untuk pulang. Aku pun langsung keluar kelas dan menunggu jemputan di depan gerbang sekolah."Hei!"
Siapa dia? Beraninya menarik tasku.
"Sekali lagi jangan menarik tasku," jawabku kesal.
"Galak sekali. Kamu belum juga dijemput?"
"Belum baru saja aku keluar. Sudah sana kamu pulang,"
"Aku akan menemanimu sampai ayahmu datang,"
Untuk apa Fiki menungguku. Aku akan baik-baik saja tanpa ditemani manusia menyebalkan seperti dia.
"Kurang kerjaan. Apa motivasimu menemaniku?"
"Kebetulan aku sedang mencari pekerjaan, yaitu menemanimu. Motivasiku adalah jikalau ayahmu tak kunjung datang kamu boleh duduk di belakangku,"
Maksudnya dia akan mengantarkanku pulang dengan naik sepeda. Memang manusia aneh dan menyebalkan.
"Terserah kamu. Jika nanti ayahku benar-benar datang untuk menjemputku kamu jangan menyesal. Waktumu terbuang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Dilema
Teen FictionAku Kaisha Fariza, wanita yang tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu. Duniaku berubah sejak aku bertemu lagi dengan cinta pertamaku. Aku juga bertemu dengan lelaki lain yang bisa membuatku lebih tenang dan bahagia. Jantungku berdebar-debar...