☄°•°○
Pagi-pagi sekali Doyoung datang ke rumah sakit, menenteng sepaket bekal untuk ia makan. Hitung-hitung kalau Acha sudah bangun, mungkin bisa makan bersama.
Tangan Doyoung bergerak memutar knop pintu ruang ICU. Air muka Doyoung agak tertarik ke bawah, namun sedemikian rupa ia tahan untuk tidak kecewa.
Acha masih sama. Tidur entah sampai kapan dengan alat yang menempel di tubuhnya.
Doyoung menaruh barangnya di atas kursi, lalu bergerak mendekati Acha dan mengusap surai gadis itu perlahan. Tak lupa tangannya juga ia genggam. Masih sama. Dingin.
"Cha? Gak mau bangun? Gak capek tidur terus?" gumam Doyoung. Ia jengah seperti ini. Doyoung akhirnya pergi keluar menbawa kotak bekalnya, menemui sang ayah untuk diajak makan bersama.
°•°○•°•○
"Acha?"
Kecewa untuk yang kesekian kalinya. Acha belum juga bangun, tepat dua minggu dirinya masuk rumah sakit ini.
Doyoung ingin menangis kencang. Namun hal itu tidak dapat ia lakukan sekarang. Doyoung terus melakukan hal yang sama meski ia tahu ia akan jengah jika seperti ini selama beberapa waktu ke depan.
Menunggu Acha membuka matanya. Entah kapan.
°•°○•°•○
Seolah tidak kenal lelah, Doyoung datang lagi tepat setelah pulang sekolah. Sebelumnya ia pulang ke rumah untuk bebersih diri.
"Ya sudah, bibi pamit pulang ya, Nak? Besok pagi bibi ke sini lagi sama paman. Kalau malamnya kamu mau pulang gak apa-apa, kasih tau bibi aja. Ya udah, bibi duluan," kata bibi dan berlalu pergi setelah Doyoung menyalaminya.
Beberapa hari ini ia bergantian jaga dengan bibi. Sebenarnya bibi yang memaksa untuk bergantian karena selalu melihat Doyoung menjaga Acha tanpa terlewat sedikit pun.
Padahal Doyoung juga masih punya urusan yang lebih penting seperti tugas sekolahnya.
Doyoung pun beralih duduk di samping tempat tidur Acha, melakukan hal seperti biasa yaitu menggenggam tangan gadis itu erat. Sangat erat. Berharap suhu tubuhnya yang hangat bisa tersalurkan pada Acha.
"Cha, mau sampai kapan tidur terus?" tanya Doyoung. Hening, tidak ada yang menjawab.
"Tiap hari aku cuma bisa berdoa semoga kamu cepet bangun,"
"Tiap hari aku berdoa semoga begitu sampai di kamar kamu, aku liat kamu udah duduk manis nungguin aku yang baru datang,"
"Tiap hari juga aku berdoa semoga hal kaya gini nggak lagi kamu alamin. Udah cukup penderitaan kamu. Udah waktunya kamu bahagia, kalo bisa sama aku."
Doyoung tersentak. Ia berdiri dari kursinya.
"Tugas... tugas! Aduh lupa ngerjain tugas!" pekik Doyoung kalang kabut sendiri. Ia beranjak menjauh dari situ, hendak pulang mengambil tugas sekolahnya.
"Aku pulang bentar ya, Cha? Kalo bisa pas aku balik kamu udah bangun. Semoga."
°•°○•°•○
Doyoung kembali ke kamar Acha. Tetap sama. Acha masih tidur.
☄°•°○
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] ᴘᴀɪɴ ʀᴇʟɪᴇᴠᴇʀ • ᴋɪᴍ ᴅᴏʏᴏᴜɴɢ ✔
Fanfictionkim doyoung selalu ada buat jadi pereda rasa sakit di hati acha. °•°○•°•○ ㅡ25/04/2019 ~ 15/05/2019.