Apakah mencintai selalu sesakit ini?
Bolehkah aku bersama bahagiaku?
Atau memang tidak ada kesempatan bagiku?
Aisley, seorang gadis yang merasakan kesakitan sendiri. Pertengkaran orang tua yang membuatnya lelah. Hingga berpikir untuk pergi jauh.
Nam...
Satu kalimatnya mampu menyentuh relung hatiku. Dia memelukku erat, namun aku hanya diam tak membalas. Dan setelah beberapa menit, dia mengurai pelukannya.
"Kau bisa cerita apapun padaku, Aily." Dia menangkup kedua pipiku. Sorot matanya tajam. Seperti terhipnotis aku pun mengangguk, tapi kemudian aku berkata "Tapi tidak untuk sekarang Mario."
"Kenapa?" Katanya.
"Seperti katamu, belum saatnya." Aku tersenyum padanya. Seperti ingin bicara, tapi ternyata dia hanya menghela napas panjang.
"Ayo duduk!" Titahnya. Dan aku mengikuti.
Kebetulan saat ini taman tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pasangan yang sedang duduk seraya berbincang. Memang biasanya taman disini akan ramai saat menjelang sore. Kecuali di hari libur, dari pagi pun sudah banyak orang yang singgah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekitar lima menit keheningan terjadi di antara aku dan Mario. Entah apa yang dipikirkan Mario. Kalau aku jujur sedang berpikir bagaimana cara menceritakan masalahku dengan Mario dan Nana. Aku tidak yakin aku bisa.
"Hmm Mario..." Panggilku memecah keheningan.
"Iya?" Jawabnya saat menoleh padaku.
"Apa tadi kau sengaja menyuruh Kim Nana mengantar amplop itu pada Hanbin agar bisa membawaku kesini?" Aku hanya ingin tahu.
"Sebenarnya, iya." Jawabnya dengan raut wajah merasa bersalah.
"Kenapa?"
"Hmm aku hanya tidak ingin memaksamu untuk menceritakan masalahmu. Kalau tadi aku bertanya di depan Kim Nana, sudah pasti dia akan memaksamu mengatakan itu. Aku tidak mau kau merasa terbebani, Aily."
"Terima kasih, Mario. Kau selalu memahami ku dengan baik." Jawabku tulus.
"Tapi, Aily..." Dia menjeda perkataannya. "Kenapa?" Kataku. Dia tampak berpikir, kemudian berkata "Aku hanya ingin tau, apa kau memiliki seseorang di hatimu? Hmm maksudku...seseorang yang spesial." Entah kenapa dia terlihat lucu, karna saat mengatakan itu raut wajahnya berubah pucat dan bingung. Itu justru menggemaskan untukku.
"Seseorang yang ku sukai maksudmu?"
"Ya seperti itu." Dia tersenyum seraya menggaruk kepalanya yang aku yakin sama sekali tidak gatal.
Sebetulnya aku ingin tertawa, tapi ku tahan. "Sepertinya tidak ada. Kenapa bertanya begitu?"
"Menurutmu hubungan kita ini apa?" Aku mengernyit. Kenapa dia masih bertanya?
"Kita? Tentu saja kau adalah sahabat terbaikku Mario. Kau dan Kim Nana adalah dua orang yang sangat aku sayangi." Aku tersenyum, bersyukur akan kehadiran dua orang sahabatku ini.
"Hmm begitu. Kita sahabat ya?"
"Tentu. Aku beruntung bisa dekat denganmu Mario, kau laki-laki yang sangat baik." Ku genggam tangannya dan kembali berkata "Terima kasih ya."