"Aku akan mencoba"
.
.
."Jadi kau terlambat karna itu?" Selidik Kim Nana pada Mario.
Kesal.
"Ya... maafkan aku." Laki-laki itu tertunduk.
"Aily, Nana, aku minta maaf... sungguh, aku tidak tau kalau Mario ada janji dengan kalian." Hyera meremas tangannya di atas meja. Merasa bersalah.
Aku memang sedikit kesal dengan Mario. Berjam-jam sudah aku dan Kim Nana menunggu, dari waktu janjian pukul 3 sore tetapi dia baru datang pukul 7.40 malam.
Kalian tau apa sebabnya?
Dia pergi jalan-jalan dan menonton dengan kekasihnya. Sebenarnya itu tidak masalah jika saja Mario memberi kabar, jadi aku dan Kim Nana tidak perlu berlama-lama di kafe.
"Tidak-tidak, aku yang salah disini. Seharusnya aku mengatakan pada Hyera kalau aku ada janji dengan kalian tapi...." Dia menjeda ucapannya kemudian menghela napas pelan. "...maafkan aku." katanya lirih.
"Ya itu memang salahmu! Kau itu punya ponsel tetapi kenapa tidak digunakan untuk mengabari kami? Sulit sekali dihubungi, tau begitu aku dan Aily bisa mengerjakan laporan ini di rumah!"
Kim Nana melipat kedua tangan, membuang pandangannya dari Mario. Tadinya Kim Nana menyarankan untuk mengerjakan tugas di rumahnya saja, karna hari ini dia merasa sangat lelah.
Tapi, Mario memaksa untuk mengerjakannya di kafe. Dia bilang kalau mengerjakan di luar akan lebih bersemangat.
Kutepuk-tepuk punggung Kim Nana lembut, berusaha menenangkannya.
"Aku sungguh minta maaf." Ucap Mario dengan semakin menunduk. Aku bisa melihat dia benar-benar menyesal.
Selama beberapa detik suasana menjadi hening.
"Sudah-sudah tidak usah bertengkar lagi, semuanya sudah terjadi kan? Jadi mari kita lupakan..." Aku menoleh pada Kim Nana.
"...Hei Kim Nana, kau tidak ingin cepat tua kan? Jangan marah-marah kalau begitu." Aku berusaha memperbaiki suasana.
"Dan kau Mario..." kataku lagi.
Dia mengangkat kepala mengarahkan pandangannya padaku. "Jangan ulangi ini. Jangan membuat orang lain menunggu tanpa kabar. Itu sangat menyebalkan!"
Dia menatapku dengan tatapan yang tak ku mengerti. Tidak menjawab. Hanya mengangguk patuh.
"Kim Nana... maafkan aku ya." Mario berusaha membujuk Nana. Menggoyang-goyangkan tangan wanita itu, memberikan puppy face nya untuk menarik perhatian Kim Nana.
Kami memang jarang sekali bertengkar. Sekalipun terjadi tidak akan bertahan lama. Jadi sudah bisa dipastikan Kim Nana akan luluh dan memafkan Mario.
Kim Nana melirik ke arah Mario. "Huh... aku benci padamu! Aku benci saat wajahmu seperti itu, aku jadi tidak bisa marah tau!" Aku tertawa mendengarnya. Bahkan Hyera pun ikut tersenyum.
**
Setelah drama pertengkaran tadi, kami menghabiskan waktu untuk saling bercerita dan mengejek membongkar aib masing-masing. Awalnya hanya ingin membuka aib Mario pada Hyera, tapi justru aib satu sama lain yang terbongkar.
Kurasa Kim Nana tidak mempermasalahkan lagi bahasan sebelumnya tentang pantas atau tidaknya Hyera untuk Mario. Karna selama pembicaraan tadi Kim Nana terlihat baik dan menerima Hyera.
Begitu juga Hyera, sifatnya yang mudah berbaur dengan orang lain membuat kami jadi lebih dekat.
Tapi aku tak menyukai saat Hyera bermanja-manja dengan Mario. Misalnya sewaktu Kim Nana mengatakan bahwa Mario pernah demam setelah dipaksa memegang cicak, wanita itu langsung menoleh ke arah prianya, mengulurkan tangan, jari-jarinya bergerak mengelus pipi Mario seraya berkata 'yaampun... kasihan sekali kekasihku ini'

KAMU SEDANG MEMBACA
Look Into My Eyes
RomanceApakah mencintai selalu sesakit ini? Bolehkah aku bersama bahagiaku? Atau memang tidak ada kesempatan bagiku? Aisley, seorang gadis yang merasakan kesakitan sendiri. Pertengkaran orang tua yang membuatnya lelah. Hingga berpikir untuk pergi jauh. Nam...