Decision

91 12 5
                                        

안녕
.
.
.

"Jadi bagaimana? Kamu mau ambil kesempatan itu?". Kataku pada Kim Nana yang sedang asik mengunyah keripik kentang yang dibawanya sendiri. Dia menelan makanannya susah payah kemudian menjawab, "Tidak tau, aku sangat bingung. Kalau aku ambil berarti aku harus cuti kuliah. Hm.. aku tidak mau mengulang di semester depan!" Dengan memeluk erat bungkus keripik kentang, Kim Nana berguling di tempat tidurku.

Aku yang tadinya dalam posisi telungkup langsung bangkit duduk. "Yak! Awas saja kalau keripiknya tumpah di tempat tidurku. Ku suruh kau mengganti seprainya nanti!".

"Ahhh Aily, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan?" Masih dengan aktivitasnya berguling, tak mengindahkan omelan dariku.

Menghela napas pelan, aku berusaha memberikan saran terbaik untuknya. "Menurutku sebaiknya kau ambil saja kesempatan itu, sayang kalau dilewatkan begitu saja. Tidak mudah kan untuk masuk ke tempat itu".

Kim Nana diam seolah mencerna apa yang aku katakan. Tidak lama ia bangun dan duduk menghadapku. "Begitu ya, Aily? Kau benar, memang sulit sekali jika sengaja ingin mencoba bekerja disana". Kim Nana menganggukan kepalanya pelan, setuju dengan ucapannya sendiri.

Jadi sebenarnya Kim Nana itu mendapat tawaran untuk magang di sebuah perusahaan yang cukup berhasil di bidang fashion, tidak kalah dengan lucky chouette. Perusahaan ini terkenal cukup ketat dalam penerimaan karyawan, sulit untuk sembarang orang bisa bekerja disana. Jadi bisa dipastikan Kim Nana merupakan salah satu orang yang beruntung karna justru mendapat tawaran langsung dari pihak perusahaan itu sendiri. Aku sampai iri sebenarnya.

"Jadi bagaimana?". Tanyaku saat merebut keripik kentang darinya. Dia seperti ingin protes tapi kemudian kembali diam.

"Oke!!!!". Aku terlonjak karna Kim Nana tiba-tiba berteriak sambil bertepuk tangan. Bersyukurlah aku yang memiliki jantung sehat.

"Baiklah, aku akan mengorbankan kuliahku demi kesempatan yang tidak datang dua kali ini". Dia tersenyum puas setelah mengatakan itu. Aku pun ikut tersenyum, karna aku yakin kesempatan ini akan sangat membantu untuk kedepannya, apalagi kalau nantinya Kim Nana bisa benar-benar bekerja di tempat itu. Sangat cocok dengan Kim Nana yang memiliki selera fashion yang tinggi.

**

Setelah menghabiskan sekitar 4 jam untuk saling bercerita, akhirnya aku sendirian lagi. Aku tidak tau sebenarnya orang tuaku ada di rumah atau di luar negeri, karna rasanya sama aja. Kalaupun mereka di rumah, pasti selalu berangkat pagi dan pulang larut malam karna kesibukannya. Jarang sekali untuk bisa sarapan bersama seperti beberapa waktu lalu.

'Apakah Mom dan Dad memikirkanku?'

Bosan karna tidak ada aktivitas yang harus di kerjakan, aku memilih bersantai di swing bed yang berada di halaman belakang rumah. Tidak lupa aku membawa novel yang belum selesai ku baca. Biasanya aku membaca novel paling lama 2-3 hari, tapi kali ini sudah satu minggu belum juga selesai, padahal tebal bukunya hanya sekitar 400 halaman.

Dulu aku tidak suka membaca novel, tapi pada suatu waktu saat aku pergi ke toko buku aku penasaran dan membeli satu novel bergenre romance. Dari situlah aku menjadi pecinta novel, khususnya tentang percintaan.

Bukan hanya mengenai dua orang manusia yang saling mencintai, tapi tentang bagaimana seseorang mengorbankan hidupnya serta rumitnya jalan yang harus ia tempuh untuk mendapatkan cinta sejati.

Bukan hanya cinta.

Kubuka pintu kaca yang menghubungkan ruang keluarga dengan halaman belakang. Dinginnya angin malam tidak mengurungkan niatku untuk tetap berjalan menuju swing bed yang seolah-olah memang memanggilku untuk mendekat.

Look Into My EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang