6

3.3K 327 10
                                        

Sudah dua minggu sejak mereka berciuman panas di atas ranjang, dua minggu pula Sehun dan Kai menjalin hubungan, dan dua minggu pula mereka memasuki sekolah mereka.

Tugas menumpuk di awal semester tahun ajaran baru  adalah hal yang membosankan, memuakkan, melelahkan, serta menjijikkan untuk disentuh oleh seorang Kai. Kai akan lebih memilih menunggu jawaban dari Sehun untuk di copy-nya pada buku tugasnya daripada harus mengerjakannya sendiri.

Seperti malam ini, Kai tengah sibuk mengcopy hasil pekerjaan Sehun di buku tugasnya. Sedangkan Sehun tengah berbaring di atas ranjangnya dengan santai sembari mendengarkan musik pada ponselnya yang terhubung dengan earphone yang melekat pada telinganya. Sesekali Sehun bergumam mengikuti musik yang didengarnya. Hal itu tak akan menggangu Kai yang tengah mengcopas tugasnya karena Sehun bergumam lirih.

"Aaaaahhhh akhirnya!!!!" Kai menutup semua buku yang ada di hadapannya, merenggangkan punggungnya yang terasa kaku.

Ia berbalik menatap Sehun yang memejamkan mata dan kedua telinga tertutup earphone. Kai tersenyum lebar lalu beranjak dari duduknya, berjalan ke arah kamar mandi dan keluar setelah mencuci kaki dan tangannya. Keluar dari kqmar mandi, Kai membaringkan tubuhnya disamping Sehun, memeluk erat dan membenamkan wajahnya pada ceruk leher Sehun. Kai suka bau sabun mandi yang menguar dari tubuh Sehun, harum yang menenangkan.

Tentu saja tindakan Kai membuat Sehun terkejut, Sehun tentu tau siapa yang melakukannya, hanya saja, ketika kau tengah asyik memejamkan mata dan tetiba ada seseorang menubruk tubuhmu, apakah itu baik - baik saja? Tentu kau akan terkejut, dan itu berlaku pada Sehun pula.

Sehun membuka matanya, melepas earphone yang melekat pada telinganya. Tangan kirinya mengusap lembut punggung Kai.

"Besok pulang sekolah, akan ada yang menjemputku. Ayah merindukanku, katanya sih. Tapi aku curiga, pasti ada sesuatu di balik sesuatu itu" ujar Kai, masih belum berpindah dari acara menghirup aroma Sehun. 

"Jangan seperti itu! Bagaimanapun beliau adalah ayahmu" lirih Sehun.

"Tapi Hun..." Kai sedikit mengangkat tubuhnya, membuat Sehun langsung memiringkan tubuhnya menghadap Kai.

"Tapi apa?" Tanya Sehun mengangkat kedua alisnya (?)

"Tidak ada, kau benar. Dia ayahku, dan aku anaknya. Kau benar dan selalu seperti itu, selalu benar. Bahkan seorang Kim Jong In pun akan salah jika beradu pendapat dengan seorang Oh Sehun." Ujar Kai dengan nada menggodanya.

"Hey, bukan begitu..."
"Hanya saja, aku tak ingin kau mendapat masalah dengan ayahmu, sayang..." Kedua tangan Sehun menangkup kedua pipi mulus Kai.

"Aye aye" Kai mencoba melepas kedua tangan Sehun dengan menariknya.

"Dengar, jangan membantah ayahmu! Sayangi dia, jaga dia, hormati dia, bahagiakan dia sebagaimana dia membahagiakanmu" ujar Sehun dengan sebuah senyuman, kedua tangannya menggenggam tangan Kai kuat - kuat.

"Bagaimana jika ayah menyuruhku menjauhimu?"

Sehun tersenyum, "Maka, aku yang akan meyakinkan ayahmu untuk kita dan melawannya"

"Tapi katamu aku harus menurutinya?"

"Makanya aku bilang, aku yang akan melawannya, tapi tidak sekarang, nanti jika aku punya cukup uang untuk menghidupi mu dan juga membuktikan pada ayahmu" ujar Sehun dengan sebuah keyakinan.

"Bukankah orang tuamu sudah kaya? Keluargamu kan sudah berkecukupan?" Jawab Kai

"Yang kaya siapa? Orang tuaku kan? Memangnya aku sudah punya uang sendiri selain dari orang tuaku? Hem?" Kai tampak berfikir saat mendengar jawaban Sehun. Sehun benar, yang kaya ada keluarganya, bukan dirinya. Ah, ternyata Sehun sudah berpikir jauh.

Don't Look At Me! (SeKai) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang