The Untold

11 2 0
                                    

Harusnya memang di sudahi. mungkin begitu pikir myung hee. yang ada di kepalanya ketika ia mendengar nama jeung hee (bibi mereka) adalah membunuhnya dan melenyapkannya. entah luka seperti apa yang telah di goreskan oleh wanita itu. wanita yang mengaku sangat menyayangi ibunya. namun dia juga yang melenyapkan ibu myung hee.
"oh.... kalian berdua, ah aku lupa. depyung-nim" sambil membungkuk wanita tua dengan raut wajah yang memang menyiratkan bahwa ia adalah orang jahat itu memberi salam.
"imo...." sapa seokjin.
seokjin dan nyung hee selalu tampak tenang menghadapi orang orang seperti bibinya dan pamannya ini.
"ah..... calon ketua..  sedang melihat lihat rupanya. bagaimana keadaanmu. gwencana yo ?" basa basi sang paman.
"ne...."kata myung hee singkat.
"lihat gadis ini. wajahnya cantik tapi selalu seperti itu. hahahaha" pamannya menyindir myung hee.
myung hee dan seokjin seolah tak memperdulikan itu dan kemudian mereka berjalan menuju pertemuan para pemegang saham

rapat pemegang saham kali ini adalah untuk menentukan direktur selanjutnya yang akan memegang kekuasaan perusahaan tersebut.
rapat pun di gelar dan hasilnya sudah sangat jelas bahwa kim seokjinlah yang pantas mendapatkannya. banyak orang mungkin tak senang dengan keputusan ini. namun bagaimana pun juga pewaris tunggal perusahaan yonghwa itu adalah seokjin. Dan perusahaan tersebut memang lebih tepat di bawah kepemimpinan seokjin agar orang orang seperti bibi dan pamannya tidak bisa semena mena di perusahaan itu.

"wah, pemimpin kita memang hebat ya. walau masih muda dia mampu menghandle semuanya. " ucap pamannya saat mereka berdua keluar dari ruangan direktur. bermaksud untuk menyindir dan membuat seokjin dan myung hee mundur. malah membuat mereka berdua menatap orang orang itu tersenyum lalu pergi meninggalkan mereka.
semua mata tentu tertegun melihatnya namun tetap saja bagi seokjin dan myung hee suasana di sana sangat tidak baik. lingkungan penuh intrik , dendam dan kelicikan itu bukan lingkungan yang baik untuk di huni.

"huaaaaaa... gemas aku.... rasanya aku ingin membawa senjata dan melakukan shoot di kepala mereka. " seokjin yang baru saja memposisikan dirinya di dalam mobil langsung bergumam sedikit berteriak.
"oppa.... aku rasa kita bisa selesaikan ini dengan sekali tebas. " kalimat ini lagi lagi diucapkan oleh myung hee. kalimat yang dulu pernah diucapkannya saat berada di bawah kaki tangan seorang gangster. kalimat yang membuatnya menjadi seorang pembunuh berdarah dingin.

mobil alpard itu berjalan cukup kencang menyusuri jalanan yang cukup ramai saat itu...
terdengar lagu "magic shop"  dari salah satu band ternama di korea saat ini. lagu favourite myung hee memang... karena liriknya seperti berbicara tentang sebuah keajaiban yang memang di butuhkan myung hee saat ini.
"kau diam saja. aku ini kakakmu bukan orang asing. oh ya aku bukan min yoon gi ataupun taehyung, kau tak perlu canggung begitu." sambil tersenyum seokijin mengusap rambut adiknya pelan dan mengacak acaknya tanda gemas.
"hmmmmm, aku hanya merenung. entah mengapa hari ini aku benar benar ingin teriak sekencang kencangnya. " tiba tiba myung hee kecil kembali. myung hee yang cerewet dan selalu saja mengeluh.
akhirnya seokjinpun menghentikan laju mobilnya di sebuah pantai. mereka berdua turun dari mobil itu.
"kenapa kita kesini ?" tanya myung hee.
"katanya ingin teriak. teriaklah..." seokjin tahu. luka lama itu kambuh, muncul dan menyeruak. hingga diamnya tak mampu lagi menahan semua beban. hingga kosongnya terisi penuh hingga akan tumpah. wajah wajah yang sangat menyebalkan tadi seolah mengisi semua tangki bom amarah myung hee.
dan myung hee mengumpulkan energi kemudian ia teriak sekencang kencangnya hingga air mata jatuh membanjiri kedua pipi myung hee.
"aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh" ia teriak terus hingga terduduk di pinggir pantai dan tak bisa menahan laju tangisnya. terisak myung hee di balik lipatan tangan di atas lututnya itu.
melihat hal ini terjadi seokjin segera berlari menuju arah myung hee dan memeluknya.
"gwencana... menangislah sampai kau puas... aku disini myung hee..  aku bersamamu." kalimat yang selalu ampuh membuat myung hee makin histeris ketika seokjin mengucapkannya.
setelah air mata itu reda dan isak nafas myung hee teratur mereka pulang. hampir petang memang. seokjin tak pernah mempermasalahkan karena dia tahu adiknya selalu seperti itu. ketika ia ingin menangis maka dia harus menangis atau dia akan melakukan pembunuhan secara brutal atau diam yang tak berujung.

KICK IT Where stories live. Discover now