Happy Reading ^^
..
.
"Maaf membuatmu menunggu."
Tuan Sasuke menutup pintu kaca Smooking Room yang terhubung di ruangan ini dan berjalan santai menuju meja besar.
Aku segera menggeleng. "Tidak tuan Uchiha."
Dia melirikku sambil menepuk-nepuk kaosnya untuk menghalau bau Rokok yang menempel. Lalu duduk di kursi.
"I-ini beberapa surat pengajuan yang perlu anda tanda tangani Tuan." Aku mendekati mejanya dan meletakkan map disana. "Maaf, Bukan Tuan Kakashi yang datang." sambungku setelah membungkuk hormat.
Aku sangat gugup sekarang.
Tuan Sasuke mengangguk, kemudian menaikkan sudut bibirnya, mulai tersenyum.
"Aku malah senang kau yang datang."
Deg
Pipiku pasti sudah merah. Sial, Dia sangat pintar menggoda.
Kulihat tuan Sasuke mengambil pen dan mulai membaca lembaran kertas di map. Kepalanya mengangguk seolah mengerti dan mulai menorehkan tanda tangan.
"Sudah!"
Dengan cepat, aku mengambil map itu.
Perasaanku tak enak, Dia terus melihatku semenjak kejadian di ruang rapat kemarin. Apa yang salah?
Sekertarisnya juga mengatakan kepadaku untuk berhati-hati padanya. Itu membuat fikiranku semakin kalut.
"Baik, Sepertinya saya harus undur diri, terima kasih tuan Uchiha."
"Sasuke saja!" potongnya.
Aku mengerjap kemudian mengangguk.
"Baiklah, Tuan Sasuke."
Aku mengigit bibir refleks saat melihatnya menompangkan kepala dan tersenyum miring padaku, aku sekilas melihat celah-celah tato di lengannya. Dan itu membuatnya Nampak Sexy sekarang.
Astaga astagaaa.. apa yang sudah kufikiran? Kenapa Pemuda di depan ini sangat mempesona sih? Ini tidak baik untuk kesehatan jantungku.
"Aku bilang Sasuke saja."desaknya. Membuatku mengerjap. dia bercanda atau bagaimana? Apa aku harus memanggilnya dengan sebutan 'Sasuke'? Bukankah itu sangat keterlaluan?
Dia adalah orang yang disegani, siapapun takut padanya. Entah Karna posisinya atau mungkin sikap tegas dengan pembawaan santai itu, ah atau mungkin... Tidak! Pemuda ini memang punya aura yang membuat siapapun menunduk jika melihatnya.
Yah, termasuk aku.
aku yang hanya seorang bawahan memanggil namanya saja? Tentu saja tidak boleh.
Kedua tanganku saling meremas erat, tak tau ingin mengatakan apa, apalagi tatapan mata itu. Begitu mengintimidasiku.
Sampai suara deheman Sai yang duduk di sofa mencairkan suasana canggung. Aku menghelah nafas lega. Untung saja masih ada orang lain di ruangan ini.
Sai beranjak dari duduknya kemudian menyodorkan tumpukan dokumen di atas meja tuan Sasuke. "Saya sudah mengecap surat yang penting."
Namun Tuan Sasuke sama sekali tak mengalihkan pandangannya dariku. Dia masih melihatku, lagi-lagi dengan senyum khas-nya.
Dan ini sangat aneh, aku bukan lagi merasakan gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You Mr. Ceo [END]
RomanceAku melihatnya lagi pagi ini. Dia berjalan dengan penuh kharisma menuju pintu lift yang dikhususkan untuk petinggi perusahaan. Pemuda yang entah mengapa bisa membuat jantungku berdebar secara langsung. Ini aneh. Padahal aku tak pernah dekat ataupu...