Chapter 4

31 5 0
                                    

****

Hyo Rae

Entah berapa lama aku dan sehun selalu bersama, baik pulang dan pergi ke kampus. Dia seperti ekor bagiku yang selalu berada di belakangku setiap saat, sungguh aku muak jika setiap hari seperti ini, tapi apa boleh buat dia adalah adik iparku.

"Kakak ipar, apa kau bisa menemaniku makan nanti sepulang kuliah?" tanya Sehun yang tengah duduk di sampingku.

"Dengan siapa lagi? Irene, Yeri, Suzy, Krystal atau Lisa?" tanyaku menyebut nama wanita yang selalu mendekatinya. Kadang aku merasa sebal atas permintaan Sehun, bukan karena aku cemburu tapi karena Sehun mengajakku untuk menjadikanku obat nyamuk, miris bukan.

"Kali ini tebakanmu salah, kak! Aku ingin mengajak Hana," sahut Sehun dengan terkekeh.

"Terserah kau Sehun. Aku ingin cepat-cepat pulang!" ucapku lalu berdiri dan meninggalkan Sehun yang masih duduk.

"Kakak ipar...Awas..!" kata Sehun, aku yang tidak tahu apa-apa mengabaikan perkataannya dan terus melangkah.

Brugg..

Aku tak menyadari jika ada lubang kecil. Ah, lebih tepatnya selokan dan itu cukup membuat aku terjatuh ke dalamnya. Sialan.

"Aww.." rintihku, Sehun yang melihatku adegan sialan itu langsung menghampiriku.

"Kakak ipar kau tak apa-apa? Bukankah sudah aku peringatkan!"

"Ya, Sehun! lebih baik kau bantu aku daripada mengomel dan jangan menjadi adik ipar yang durhaka!" ocehku sebal, Sehun memandangku yang kesakitan dan membantuku berdiri. Saat aku mencoba berjalan ternyata kakiku terkilir dan itu cukup membuat susah berjalan. Kesialanku lagi.

"Kakak ipar, kakimu.." gumam Sehun, aku mengabaikan ucapannya dan terus berjalan dengan kakiku yang kuseret.

"Berhentilah membuat dirimu kesakitan, Kakak ipar.." ucap Sehun dan langsung menggendong tubuhku ke belakang punggungnya.

"Ya Sehun.. Turunkan aku!" omelku sambil mengerak-gerakan kedua kakiku agar diturunkan, tapi Sehun hanya diam dan terus berjalan.

Aku membuka mata dan baru menyadari jika aku tertidur digendongan Sehun tadi dan dimana dia sekarang? Kenapa aku hanya sendirian di kamarku?

Ah, daripada memikirkan Sehun. Aku lupa jika aku belum mengabari Chanyeol. Sehingga aku bangun dari ranjang dan berusaha mencari ponselku.

Suara pintu terbuka saat aku berusaha mencari ponselku, jadi melihat ke arah sang pembuka pintu. Dan saat melihat seorang lelaki tengah berdiri di ambang pintu memperhatikanku yang sedang berusaha bangkit, aku langsung tersenyum bahagia.

"Sayang... Kau tidak apa-apa?" tanya Chanyeol sambil bergegas menghampiriku.

"Aku tidak apa-apa.." balasku sambil duduk di tepi ranjang.

"Tapi kata Sehun, kakimu.."

"Kakiku tidak apa-apa!" sambungku. Chanyeol mengecup keningku dan duduk di sampingku.

"Kau berbohong sayang.. Ah, melihat kondisimu sekarang, membuat aku tak tega meninggalkanmu bekerja," ujar Chanyeol, aku mengerutkan kening dan menatap Chanyeol bingung.

"Meninggalkanku?" tanyaku, Chanyeol mengangguk.

"Ya, sebenarnya ada bisnis di luar kota selama 3 hari tapi sepertinya aku akan menemanimu saja disini.."

"Chanyeol.."

"Ya, ada apa?"

"Aku baik-baik saja. Jadi kau tak perlu terlalu berlebihan seperti itu, lebih baik kau urusi pekerjaanmu saja."

"Tapi kau.."

"Kenapa? Kakiku hanya terkilir saja, kok!" sahutku sambil menyengir. Chanyeol hanya menghelang napas lalu memelukku dengan sangat erat.

"Aku mencintaimu Hyo Rae sangat-sangat mencintaimu!" gumam Chanyeol, aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.

"Aku juga sangat mencintaimu," balasku, Chanyeol lepas pelukannya dan menatap wajahku dalam kemudian bibir kami saling menempel.

"Sayang.. Aku mau Park Junior!" ucap Chanyeol manja setelah melepas tautan bibir kami. Aku menatap Chanyeol tajam, tak percaya dia bisa meminta hal seperti itu di saat kakiku sedang terkilir, sungguh tak punya perasaan.

"Ya.. Chanyeol! Bagaimana mungkin kau bisa berbicara seperti itu disaat kakiku sakit!" ocehku kesal, Chanyeol hanya terkekeh geli melihatku yang kesal dan membelai rambutku lembut.

"Tadi katanya kakimu baik-baik saja. Tenang, lagipula aku hanya bercanda sayang.. Aku juga tak tega melihatmu yang kesakitan dengan kakimu itu," sambung Chanyeol lalu memelukku.

"Terimakasih atas perhatiannya.. Mmm, dimana Sehun..?" tanyaku yang baru mengingat keberadaannya.

"Entahlah, dia cuma mengatakan jika dia ada janji dengan temannya setelah memberitahu keadaanmu."

Aku hanya mengangguk, meski aku tahu dia sedang berkencan dengan teman wanitanya yang dia katakan tadi. Namun, aku sedikit kasihan dengan Irene, sahabatku yang juga salah satu korban alias wanita yang telah jatuh cinta pada Sehun. Salah Irene juga, dia jatuh cinta pada seorang playboy yang suka tebar pesona ke sana ke sini seperti Sehun.

Jadi, ketika Sehun mengabaikan perasaan Irene, wanita itu pula yang sakit hati sendiri karena Sehun tahu jika Irene menyukai dia, tapi dia tidak menyukai balik.

"Sayang... Menurutmu Sehun itu seperti apa?" tanyaku memecahkan keheningan, Chanyeol yang memelukku langsung melepaskan pelukannya dan menatapku heran.

"Kenapa kau menanyakan Sehun?" tanya Chanyeol.

"Tidak, hanya saja sahabatku menyukai Sehun," balasku jujur.

"Benarkah? Apa dia tahu kalau Sehun itu seorang playboy?" tanya Chanyeol antusias, aku hanya mengangguk.

"Dan dia masih mencintai Sehun?" Kembali, aku mengangguk untuk menjawab pertanyaannya.

"Wah, dia pasti sangat mencintai Sehun." Puji Chanyeol sambil tersenyum bahagia.

"Tentu saja, jadi bagaimana membuat Sehun menyukai dia?" tanyaku penasaran. Setidaknya aku ingin membuat Irene senang.

"Aku tak tahu sayang... Tetapi Sehun adalah tipekal orang yang jarang mengatakan secara langsung bahwa dia mencintai seseorang, tapi cukup membuktikannya."

"Bagaimana kau tahu?" tanyaku heran.

"Tentu saja aku tahu. Sehun kan adikku bahkan dia selalu melakukannya padaku dan kedua orang tuaku!" ucap Chanyeol bangga.

"Dan juga aku," sambungku, Chanyeol mengangguk dan menjawab.

"Itu harus."

"Kau adalah istriku sekaligus kakak iparnya."

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian memikirkan cara untuk mendekatkan Sehun dan Irene.

****

Forbidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang