Setelah mengetahui alamat kantor Ilona, Arun mendatangi kantor itu. Alan—rekan kerja Ilona memberitahu kalau seseorang bernama Arun datang mencarinya. Ilona menatap Mona untuk meminta saran. Mona hanya mengangkat bahu.
"Kenapa dia nekat begini padahal tadi malam Erick meminta agar dia tidak menghubungi aku lagi." Gumam Ilona yang gumamannya terdengar Mona.
"Apa? Erick?" dahi Mona mengernyit tebal.
Ilona tidak sadar akan gumamannya yang terdengar oleh Mona. "Eh, tadi aku bicara apa sih?" Ilona pura-pura bingung sendiri.
"Kamu bawa-bawa nama Erick." Ujar Mona.
"Ya, Erick hari ini dia tidak masuk kantor."
Mona tambah tidak mengerti. "Tadi kamu ngomong 'tadi malam Erick...' apa?"
Ilona memutar bola mata jengah. "Dia menelpon bahwa besok dia tidak bisa ke kantor."
"Masa?" tanya Mona tidak sepenuhnya percaya.
"Hei, itu ada yang menunggu, Ilona." Alan menginterupsi dengan tidak sabar.
Ilona bingung. Apakah dia harus menemui Arun atau tidak. Tapi, dia benar-benar tidak ingin menemui orang yang pernah menyakitinya sedalam itu. Dia tidak siap menatap pria yang pernah dicintainya. Pria yang pernah mengisi seluruh ruang di hatinya. Pria yang pernah memiliki dirinya seutuhnya.
"Ilona," panggil Alan seraya menggulung lengan kemeja birunya. "Temuin gih," sergahnya.
"Bilang aku tidak ada." Kata Ilona akhirnya. Dia memilih tidak bertemu dengan Arun. Tidak-tidak dia tidak ingin menatap wajah pria itu. Dia tidak ingin kembali menorehkan luka di hatinya. Lukanya yang sekarang saja masih menganga. Belum kering sepenuhnya.
"Tidak bisa. Aku bilang kamu ada." Alan melonggarkan dasi motif zig zagnya.
Ilona kembali menatap Mona. "Biar aku saja yang menemui Arun." Kata Mona dengan wajah berbinar.
"Hah?"
"Ya, aku saja. Aku bisa bilang kamu ada acara mendadak atau apalah."
Ilona menggigit bibir bawah. Bukannya dia tidak mau menerima bantuan Mona untuk menemui Arun, tapi, Mona itu tipe orang yang ceplas-ceplos dan terkadang kebohongannya dengan mudah terdeteksi.
"Ayolah, biar aku tahu Arun itu bagaimana?" Mona tampak antusias.
"Iya, daripada aku yang bilang kalau kamu tidak ada kan ketahuan aku bohong." Tambah Alan dengan tangan mengusap bahu sebelah kirinya yang sedikit berdebu.
Ilona pasrah. Dia mengangguk.
"Jangan bicara yang macam-macam ya."
Mona mengangkat ibu jari sambil tersenyum lebar.
Beberapa detik kemudian Mona dan Alan lenyap dari pandangan Ilona. Ilona bersyukur memiliki sahabat seperti Mona. Gadis itu tidak secantik Karmila dan dia cenderung tomboi. Di mata Ilona, sejauh ini sejak dia bekerja enam bulan lalu setelah resign dari perusahaan lamanya dan setelah berpisah dari Arun—Mona bisa diandalkan dan dia sangat baik. Mona pernah berkata bahwa mengambil kekasih sahabat itu namanya tindak kriminal tak tertulis. Ilona tertawa saat Mona mengatakan hal tersebut.
"Itu mantan Ilona?" tanya Alan ringan seraya berjalan beriringan dengan Mona.
"Ya," jawab Mona seraya merapihkan rambut super pendeknya.
Dengan gerakan tiba-tiba, Alan menarik Mona ke sudut lobi. Mata Alan melirik tajam mantan Ilona.
"Apa sih?" tanya Mona sedikit emosi dengan gerakan tiba-tiba Alan. Alan mencengkeram lengannya dengan erat.
"Erick," Alan menyenggol lengan Mona dan menunjuk Erick yang berbincang dengan Arun. Obrolan itu tampak tidak santai.
Kedua mata Mona membelalak. "Mereka ngomongin apa ya? Pada serius begitu."
"Bukannya Erick bilang dia tidak bisa hadir di kantor ya hari ini." Alan menatap dengan tatapan ala detektif CIA-nya.
"Ayo kita ke sana." Ajak Mona.
"Kamu saja. Aku balik ke ruangan saja ya."
"Kenapa?"
"Malas lihat wajah Erick. Kita semua tahulah kalau kita semua tidak menyukai bos kita." Alan nyengir ironi.
Mona mengangguk-ngangguk dan mempersilakan Alan untuk kembali ke ruangannya.
"Kenapa Pak Erick mengobrol sama Arun ya? Jangan-jangan Arun nanya Ilona ke Pak Erick lagi." Karena panik Mona malah balik kembali ke ruangannya. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit sampai dia kembali ke ruangannya di lantai atas.
"Ilona," Mona menatap Ilona dengan tatapan seakan badai besar akan menerjang Jakarta.
"Ke-kenapa?" tanya Ilona ikutan panik. Ilona membayangkan sesuatu yang mengerikan terjadi. Dia membayangkan Arun mendatangi ruangannya.
"Pak Erick sama Arun berduaan di lobi." Kata Mona seakan bilang mantan kekasihmu menjalin affair dengan bosmu.
"Hah?!"
***
Cerita Secret Wedding udah pernah ditamatin ya. Ini cerita lama dan udah pindah ke Innovel.
Nama akun penulis : Finisah
Meskipun di bab terakhir ada tulisan 'end' tapi extra partnya masih on going. Scroll aja ke bawah ya.
Link : https://m.maribaca.fun/novel/q3bxZYHL4b1kEmMu6PTl3g==.html
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wedding [Complited√]
Romance[Cerita private follow terlebih dahulu ya] Rate #1 Romancestory 6 juni 19 Rate #1 Perfectlove 6 juni 19 Rate #1 novelcinta 6 juni 19 Rate #2 hotcouple 6 juni 19 Rate #1 Sweetromance 27 juni 2019 Demi tradisi perjodohan Ilona dan Erick menikah. Namun...