The Secret Wedding - 4

109K 4.6K 77
                                    

Ilona tersenyum sinis saat memberikan berkas di atas meja Erick. Kedatangan Miss Ngejreng Noraks dengan rambut curly khasnya menambah kesinisan Ilona. Erick menatap istrinya tidak suka. Dengan perasaan agak khawatir Ilona akan berulah pada Sasa. Bagi Erick, Ilona adalah wanita dengan kelicikan yang sempurna. Wanita itu tampil layaknya wanita biasa di depan semua orang tapi di depannya Ilona akan tersenyum sinis sekaligus mengejek. Dan ejekan itu selalu tertuju padanya. Kebencian Ilona pada Erick bermula saat pria itu memarahinya habis-habisan karena satu kesalahan. Sejak itu Ilona bertekad akan bekerja lebih baik dan akan menunjukkan pada Erick bahwa dia karyawan yang berprestasi. Sayangnya, setiap Ilona mengemukakan pendapat yang cukup briliant, Erick selalu menolaknya. Itu semua karena Erick tahu bahwa Ilona berusaha menjatuhkannya dengan kecerdasan wanita itu.

"Kamu bisa pergi dari ruangan ini, Ilona." Kata Erick formal.

Mata Ilona terfokus pada Sasa yang berdiri di depan jendela. Dia menatap jalanan yang selalu ramai dan penuh dengan kendaraan. Menyesakan. Heels warna merah, rok span abu-abu, baju warna orange dan tas warna peach. Ilona menggeleng. Selera fashion Sasa tidak terlalu bagus. Apa Erick tidak malu jalan dengan wanita yang tidak bisa memadukan warna?

"Emmm, Sasa," Ilona sengaja mengajak ngobrol Sasa, tapi dia menatap Erick seakan berniat menjatuhkan suaminya di depan kekasihnya itu.

"Ya," Sasa menoleh dan tersenyum ramah.

"Mau kopi? Aku berniat membuat kopi pagi ini." lalu Ilona kembali menatap suaminya yang menatap balik dengan tajam.

"Oh ya, tentu saja aku mau."

"Mona pasti senang kalau kita bisa mengobrol di ruangan." Ilona tersenyum licik. Di mata Erick, Ilona kini benar-benar mirip pemeran antagonis di film-film drama.

"Haha, gadis lucu itu." Sasa selalu suka dengan kepolosan dan kelucuan Mona yang apa adanya. Entah dia akan masih menyukai Mona atau tidak kalau tahu Mona memberikannya julukan Miss Ngejreng Noraks.

"Ilona, sekarang waktunya bekerja bukan bergosip." Erick tersenyum tipis. Pria berhidung mancung dengan kharisma luar biasa di mata setiap wanita. Tapi, tidak bagi Ilona. Rasa malu sekaligus sakit hati karena dipermalukan di depan umum membuat kebenciannya membuncah.

"Aku tidak mengajak Sasa bergosip, Bos. Kita hanya ngopi. Bos tahu kan, semua karyawan menyukai Nona Sasa." Kata Ilona dengan nada dingin.

"Erick, aku akan ikut ngopi bareng Ilona dan Mona." Sasa mendekati meja Erick. Tersenyum semringah. Dia merasa tersanjung kala Ilona mengatakan bahwa semua karyawan menyukainya. Menambah kepercayaan dirinya dan berharap Erick sadar bahwa semua orang menyukainya dan berniat mempersuntingnya. Tentu saja ini harapan yang sangat mustahil bagi Erick. Dia tidak akan bisa menikahi Sasa karena dia berstatus suami Ilona.

"Oke, kalau kamu mau begitu." Erick tersenyum. Sasa membelai bahu Erick lembut dan adegan itu sukses membuat Ilona mual.

Tidak bisa dibayangkan bagaimana nanti kalau Sasa tahu Erick sudah menikah dengannya. Dan mereka bermesraan di depan Ilona—istri Erick.

***

Kedua mata Mona membulat lalu mengedip-ngedip melihat Miss Ngejreng Noraks di depan matanya. "Halowww, Miss—Sasa." Dia nyari menyebut 'Miss Ngejreng Noraks' dan mengutuki dirinya dalam hati. Kenapa Ilona bawa dia sih?

"Halo Mona, aku senang sekali bertemu denganmu." Sasa tersenyum semringah. Dia duduk di depan meja Mona. Kebetulan meja Mona dan Ilona berdekatan tanpa sekat. Dia siap untuk mengobrol atau lebih tepatnya bergosip.

"Aku buat kopi dulu ya," Ilona berkata pada Sasa. Kemudian dia berbisik pada Mona. "Ajak dia ngobrol."

"Kamu kenapa bawa dia ke sini?" bisik Mona yang memperhatikan Sasa duduk dengan sikap elegan.

"Buat hiburan." Ilona tersenyum tipis.

Mona mendengus sebal.

Lima menit Ilona muncul kembali dengan membawa tiga cangkir kopi. Mona dan Sasa asik mengobrol soal isu teori konspirasi tentang kematian salah seorang pesohor dunia.

"Silakan," ujar Ilona dengan manis.

"Terima kasih," Sasa meraih cangkir kopi yang disajikan Ilona di atas meja. "Ngomong-ngomong, minggu depan aku mau mengajak Erick bertemu keluargaku."

"Uhuk-uhuk..." Ilona tersedak saat menyesap kopinya.

"Ilona, kamu kenapa?" tanya Mona agak khawatir. Mona punya rasa cemas dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap apa pun. Termasuk saat mendengar seseorang tersedak. Dia sering membaca cerita tentang orang-orang yang mati mendadak. Dan salah satunya karena tersedak.

Ilona berdeham. "Kamu sudah bilang ke Pak Erick." Ilona tetap mencoba bersikap normal dan formal.

Sasa menggeleng. "Aku berniat bilang padanya hari ini. Tapi dia terlihat sangat sibuk. Aku takut mengganggu."

"Wow! Pak Erick pasti mau. Ya, dia serius dalam menjalani hubungan denganmu, Sasa." Mona memasang ekspresi ikut bahagia. Sebenarnya dia—berduka. Kalau pernikahan antara Sasa dan Erick terjadi. Sasa tidak cocok menjadi istri dari bosnya. Menurutnya Sasa lebih cocok menjadi istri seorang pemandu acara. Dan tentunya, Erick lebih cocok menikah dengan seorang pelukis. Mona menggelengm, mencoba mengenyahkan fantasi anehnya.

"Emmm, coba saja. Pak Erick tidak akan merasa terganggu." Ujar Ilona kembali meraih cangkir kopinya. Ternyata berpura-pura tak memiliki hubungan apa pun dengan Erick cukup menyenangkan. Ya, karena dia tahu, kemungkinan Erick menolak ajakan Sasa. Mempertemukannya dengan keluarga Sasa termasuk tindakan yanga mengarahkan hubungan pada arah yang serius. Dan Erick tidak ingin mengecewakan ibu tercintanya.

"Oh ya, apa kamu tidak bekerja hari ini?" tanya Mona. Dia menggaruk kepalanya yang gatal karena ketombe. Dan rambut super pendeknya menjadi acak-acakkan.

"Aku resign."

"Hah? Kenapa?" Mona bertanya dengan ekspresi seperti melihat katak yang bisa terbang.

"Erick memberi jaminan pada keuanganku. Dia tidak ingin aku terlalu capek."

Dan kali ini di dalam hati Ilona dia tidak terima. Erick memberi uang kepada Sasa untuk memenuhi kebutuhan wanita itu? Apakah dia sinting atau bagaimana? Dadanya bergemuruh. Dia ingin marah pada Erick. Bukan apa-apa, meskipun dia tidak mencintai Erick tapi setelah dia menjadi istri Erick dia berhak untuk bertindak kalau Erick sudah kelewat batas. Pokoknya dia tidak terima. Dia akan mengancam Erick kalau Erick terus memberi uang pada Sasa.

Berengsek!

Ponselnya berdering. Ilona mengambil ponsel di atas mejanya dan membaca sebuah pesan dari nomor asing.

Ilona, Karmila sedang sakit parah. Bisakah kamu menemui kami di apartemen Karmila. Dia ingin meminta ma'af padamu. Arun.

Seketika Ilona merasa gelisah.

***

Tinggalkan komentar kalian ya setelah membaca cerita ini?

Nexttt???

Secret Wedding [Complited√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang