chapter 5

708 30 0
                                    

Rakha POV

"silahkan Nak Rakha. Mari pantunya dimulai," ucap Pak Setyo.

Duh Pak Setyo kok ada" ajasih. Mana didepan gue bidadari lagi. Ehhh. Kok gue saltong yaa??? Ehh salting maksudnya.

*gara gara lo thor. Gue harus berhadapan sama Sanaya. Mana gue grogi dan degdegan lagi. ( Rakha)

*suka suka gue lah. (author)

     Back to topic

"ehmmmm......
Rumah Wayang
Rumahnya Lebar
Salam sayang
Buat yang dengar" ucap gue dengan nada yang masih agak gemetar dan hati dagdigdug.

Gue bingung kenapa pantun alay itu yang keluar sihhh. Au ah

"acciiiieeeee"

"aelah bisa aja lo gombalnya badak," celetuk si Gentong alias Hendra.

"aduhhh dedeqq buapoer bang"

"duh harusnya aku yang di sana"

"wih si es bisa gombal ternyata yaa"

Dan masih banyak lagi desas desus mereka. Gue aja geli mengingat pantun gue tadi. Serasa mau muntah.

"sekarang giliran Kamu. Ayo nak Sanaya. Silahkan," ucap Pak Setyo pada nya.

"Buah Manggis Buah Duku
Buah Melon rasa Bengkoang
Abang manis yang kutunggu
Masa pantunnya itu doang" ucapnya.

Sumpah demi demi apapun gue baper brooo. Duh nih anak kok bikin gue alay sih.

"ciee kode tuh Ka"

"assikkk. Siap siap pj nya brooo"

"nggak lama lagi nih bakalan pdkt"

"piiiwiiiit"

"ehemmmm"

Sialan mereka memang. Bikin gue malu setengah mampus. Gue melirik kesamping. Disana Sanaya pipinya sudah merah menahan malu. Kok gue jadi gemeshh sama dia yaaa.

" oke. Kalian bisa kembali ke tempat duduk kalian masing masing," ucap Pak Setyo.

.......kring.   (bel istirahat)

"Acieee. Yang abis gombalin anak orang," ujap si Hendra.

"iyalah!!yakali anak monyet," jawab gue ketus.

"weh santaii brooo. Nggak usah nyolot," jawab si Hendra.

"udah napa sih. Kalian ribut mulu," Sambung si Ary.

Yaups diantara kami bertiga hanya Ary yang diem kek patung. Dan sekali ngomong bisa nyakitin hati. Tapi ladang dia juga baik dan bijak.

"lo belajar pantun alay kaya tadi dari mana Rak?" tanya Ary yang dari tadi diam akhirnya ngomong.

"gk tau. Tiba" ide itu muncul sendiri" ucap gue.

"massaaa. Kalau menurut gue mah. Itu tulus buat Sanaya kan??" kata si Hendra.

Ngomong soal Sanaya. Gue keinget sama pipinya yang tembem dan memerah karena malu. Menurut gue itu sangat menggemaskan.heeh!!!kok gue jadi mikirin tuh cewek sihhhh. Au ahh terang.

*gelap bego! (author)
*suka suka gue lah orang gue yang ngomong.(Bintang)


Holla author comeback. Ada yang rindu ama Neng Naya nggak nihh.

Oke thanks for your attention. Thank you guys😘

Jangan lupa vote and comment nyaa.

See you next chapter😘😘

RakSa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang