Chapter 30

315 15 8
                                    

"Kapankah permasalahan hati ini akan berakhir?? Aku lelah harus pura-pura tegar. Dimana, yang sebenarnya hati aku yang paling sakit di sini,"
  
  ~Zahra Salwa Z.

Zahra POV

Setelah gue dari rumah Sanaya gue pulang. Hati gue sakit mendengar penuturan langsung dari Kia yang mengatakan bahwa dia menyukai Ary. Heyy!! Gue emang dah tau. Tapi, kenapa tiba-tiba dada gue sesak?? Kenapa tiba-tiba gue nangis. Cinta gue ke Ary emang dah sedalem itu??

"gue ...hiks....harus....gi..giim..mann...na...hiks?? Biar bi...biis...sa...lup..p..ain lo??"

"Gue harus gimana hah!!!"

Prang

Brakk

Brukk

"APA GUE NGGAK BERHAK BAHAGIA HAH!!!! KENAPA??!!!! APA SALAH GUE!!!!"

"KENAPA GUE HARUS NERIMA INI SEMUA!!!! KENAPA?!!?!?!"

"Ra!!! Tenang,.....hiks....... Jangan kaya gini." ucap Sanaya yang tiba-tiba datang ke rumah gue. Gue nggak tau sejak kapan dia ada di sini.

"Maafin gue. Gue nggak bermaksud ngomong gitu. Gue cuma bercanda tadi. Sorry," ucap Sanaya dengan nada lirih masih diiringi isakan kecilnya.

"Lo nggak salah. Gue emang nggak berhak bahagia,"

"Lo berhak Ra!! Setiap manusia itu berhak bahagia. Gue tau ini sulit karena Kia sahabat kita. Tapi, gue yakin kita bisa keluar dari masalah ini, dan lo bisa bahagia," ucap Sanaya berusaha menangkan gue.

"Semoga,"

"Sabar Ra. Itu yang perlu lo lakuin. Mungkin, emang nggak mudah dilakuin, tapi mau gimana lagi?? Dan gue yakin, Tuhan itu Maha adil. Jika sekarang lo lagi sedih, maka suatu saat lo akan merasa paling bahagia sampai lupa caranya bagaimana lo sedih," ucap Sanaya sambil memeluk gue erat.

Gue sangat bersyukur memiliki sahabat sebaik, dan setulus Sanaya. Gue nggak nyangka Sanaya sebaik ini. Gue kira dia hanya kasian sama nasib gue, tapi ternyata dia tulus.

"Terima kasih Nay, untuk segalanya," ucap gue sambil tersenyum tulus.

"Sekarang, lebih baik lo jaga diri lo baik-baik. Ingat!! Lo harus sembuh agar bisa balas budi baik gue ini, untuk selalu di samping gue ok??"

"Siap bos que!!" ucap gue sambil memeluk Sanaya erat dan diiringi senyum manis.

"Lupakan soal asmara dulu. Kesehatan lebih penting daripada percintaan," ucap Sanaya.

"Iyeee,"

"ehm. Menurut lo, Bintang itu gimana Ra??" tanya Sanaya tiba-tiba.

Gue mengernyitkan alis bingung. Setau gue, nggak ada yang namanya Bintang di sekolah. Apalagi, teman Sanaya.

"Bintang??"

"eeh Rakha maksud gue," ralat Sanaya pada ucapan sebelumnya.

"Yaa gitu lah. Biasa aja." jawab gue seadanya. Yaaa gue jawab dengan jujur, memang si Rakha itu biasa aja yang luar biasa itu temannya yang paling diem itu si Ary, yang bisanya cuma bikin gue nangis kejer doang.

"Jangan bilang, lo suka sama si Rakha, teruss,......... JANGAN-JANGAN  LO UDAH JADIAN YA SAMA RAKHA?!!??!!" tanya gue penasaran dengan nada setengah teriak. Dan gue juga baru menyadari bahwa Sanaya memanggil Rakha dengan sebutan Bintang. Ooh God, manis sekali sahabatku ini.

"Apaaan sih!" elak Sanaya sambil menyembunyikan rona merah dipipinya.

"Gue belum jadian. Cuma, nggak tahu kenapa, akhir-akhir ini kita jadi dekat. Terus, yaaa gitu," ucap Sanaya bingung sambil menggaruk pucuk kepalanya yang menurut gue sebenarnya tidak gatal.

"Mungkin, dia suka sama Lo kali," ucap gue berusaha menebak.

"ya emang. Waktu itu, saat gue dianterin sama bang Farrel. Yang pas di kantin gue tiba-tiba ditarik tangannya sama Bintang. Nah! Waktu itu dia ngomong kalo dia suka sama gue. Dan pohon di taman sekolah menjadi saksi pengakuannya."  ucap Sanaya panjang kali lebar kali tinggi.

"Terus, lo nyaman nggak sama Rakha??" tanya gue penasaran sama sosok Sanaya yang katanya anti sama cowok.

"Ya nyaman. Lagian, orangnya asik kok. Nggak sedingin dan sejutek yang gue kira." jawab Sanaya dengan mata yang sepertinya sedang menerawang bagaimana sosok Rakha terhadapnya.

"Makanya Don't judge book this cover. Emang siih, kalo yang gue lihat Rakha tuh jutek. Tapi, nggak nyangka dia bisa se asik itu sama lo," ucap gue sambil terkekeh.

"Kalo Ary kira-kira gimana coba sifat aslinya??" tanya Sanaya dengan menaik-turunkan alisnya.

Ck. Pengen gue cabut deh tuh alisnya, nyebelin banget sumpah. Apaan tuh senyumnya miring-miring gitu lagi.

"tau ah!" ucap gue dengan menyembunyikan rona merah pipi gue yang tidak seperti biasanya.

"Kalo menurut gue, si Ary tuh sukanya sama Lo. Itu, bukan karangan gue doang lo yaa. Dan asal lo tahu, keknya si Hendra suka sama Kia,"

"Entah lah Nay, si es batu itu sulit ditebak. Sifatnya aja sulit dimengerti, apalagi hatinya??" ucap Gue putus asa.

"Eeeh tunggu, gue tadi denger, Hendra suka sama Kiaa ?? Bener??" tanya gue memastikan pendengaran punya gue.

"Iyaa. Kata Bintang tadi, waktu lo udah pulang. Dan, ada Kia juga tadi pas Bintang ngomong," jawab Sanaya sambil menerawang kejadian beberapa jam yang lalu.

Hari mulai petang sedangkan gue sama Sanaya semakin asyik mengobrol dari yang serius sampai tidak serius. Dari yang penting sampai tidak penting sama sekali.


"Terima kasih teman, karena sudah menggantikan sedihku menjadi tawa. Dan itu karenamu. Thank you so much my bestie,"
~Zahra Salwa














Hallo guysss gimana-gimana??? Coment dong. Jangan malu-malu.

Jangan lupa follow ig author @julianrhdd_

Jangan lupa tekan tombol bintang yaaa😊

See u😘

RakSa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang