5. Keinginan

23 4 0
                                    

Aku memimpin Rai ke taman belakang. Kami hanya saling terdiam selama menuju ke taman, jujur saja bagiku ini sesuatu yang merepotkan dan membuatku malas.

"Sebenarnya apa maumu? Jujur saja ini merepotkan." Tanyaku dengan menatap matanya.

"Cepat saja ketempat yang kau katakan tadi!"

Sesampainya disana aku langsung duduk dikursi tamannya sambil merilekskan tubuhku. Rai mulai menyebarkan penglihatannya kesekitarnya, lalu mendekatkan wajahnya pada Kai yang hanya jaraknya 10 cm. Reflek aku menjauh dan mendorong Rai agar menjauh, "Rai apa yang kau lakukan itu sangat tidak sopan?!!"

Rai membalasnya dengan senyuman dan memejamkan matanya sejenak, sedangkan aku masih menatapnya dengan tatapan tajam sebari memasang wajah kesal. Perlahan dia  kembali mendekatikj yang masih terduduk dikursi itu lalu ia mendekapku dengan erat. Aku  membeku tanpa bisa meronta-ronta agar ia melepaskan dekapannya.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Ku mohon Kai jangan pergi dariku lagi..ku mohon."

Jantungku seakan-akan dipompa dengan sangat cepat dan wajahku mulai memanas hingga memerah, namun dekapannya seakan menjadi sangkar agarku tidak bisa lepas darinya.

Tidak lama kemudian Rai melepaskan dekapannya lalu pergi keruang tamu tanpa berkata apapun lagi pada Kai. Disitu aku hanya membeku menatap kepergian Rai sebari diam termenung.

'Oh Tuhan apakah dia orangnya?' Kata batinku yang masih syok.

                                    🌅🌅

Tak lama aku juga ikut kembali keruang tamu sebari menatap seluruh jalan dengan tatapan kosong. Sesampainya disana terlihat Hotaru sedang mengintrogasi Rai, namun dia tidak memperdulikannya.

"Eh! Kai tadi habis ngapain aja sama anak tengilini?" Tanya Hotaru sambil menatapku dengan tajam.

"Hanya ngobrol bentar dan tidak ada yang penting atau perlu dipertanyakannya."

"Anu.. Keiko bagaimana jika kita masak-masak saja? Kebetulan tadi kami membeli beberapa bahannya" ujar Imohu malu-malu.

"Terserah pada kalian saja. Lagipula yang memulai semuanya itu dia." Aku menunjuk pria yang sedang sibuk dengan ponselnya, Rai.

Rai langsung menyimpan ponselnya, "lah kenapa aku yang kena?"

Hotaru hanya terkekeh, "ah sudahlah. Ayo Kai biar aku ikut membantu!"

Aku dan Hotaru sibuk didapur sedangkan Rai dan Imohu bermain game diruang tamu. Hotaru mendapat bagian memasak dan aku yang meracik bumbu dan memotong-motong bahan makanan.

                             🌅🌅

Candaan menemani kami berdua agar menghidupkan suasana didapur, meski biasanya Rai yang melakukannya.

"Etto... Hotaru apa kau pernah bermimpi bertemu seseorang yang tidak kau kenal?"

Hotaru yang sedang menggoreng sepotong daging langsung menyimpan spatulanya lalu menoleh padaku, "hoo tentu saja pernah, ada apa?" Ia kembali membalikkan daging diwajan dengan spatulanya.

"Hanya bertanya saja. Apakah seseorang yang menyatakan perasaannya dimimpi orang itu benar-benar akan menjadi nyata?"

"Emm jika itu entahlah, aku tidak pernah bermimpi ada seseorang tidak dikenal menyatakan perasaannya padaku. Bisa dibilang aku hanya pernah bertemu saja dan ya aku tidak pernah melihat kembali orang itu dikehidupan nyata ataupun mimpi itu sendiri."

"Jadi begitu. Jika dia terus datang ke mimpiku apa itu sehat atau dia merindukanku?" Tanyaku semakin penasaran.

"Mimpi hanyalah imajinasi otak kita sendiri. Bisa saja kau terlalu khawatir atau memikirkan orang itu hingga ia selalu mengunjungi setiap mimpimu. Berdoa saja semoga orang itu baik-baik saja dan tidak mengganggu pikiranmu lagi" jelas Hotaru sambil tersenyum lebar. Jujur saja jarang-jarang gadis tsundere seperti Hotaru bisa seserius ini jika diajak bicara.

"Begitu ya. Terima kasih Ho-chan" jawabku tersenyum kecil.

'Ah ah seorang ice girl berkata Ho-chan padaku oh no!oh no! Apa dia demam?' Ujar hati seorang tsundere dengan gaya salah tingkahnya.

"Ho-chan? Eto apa kau tidak demam atau sakit? Kalau sakit tidak apa-apa biar aku saja yang memasak!" Ujarnya salah tingkah.

"Apa salahku memanggilmu begitu?"

"Ahh tidak kok. Aku tidak keberatan kau memanggilku apa yang penting tidak mengandung hal buruk."

'Ku tidak yakin bahwa dia sedang sehat. Jujur saja hanya kedua orang tua dan teman masa kecilku yang memanggilku begitu. Bahaya...bahaya.... apa mungkin Rai melakukan sesuatu padanya hingga membuatnya begini? Dasar Rai sialan! Akan kubunuh kau!' Jiwa tsunderenya kembali bergejolak dihatinya.

"Apa tadi Rai melakukan sesuatu yang aneh padamu?"

Srettt...

"Ouchh jariku!!"

Telunjuk tanganku teriris membuatku merintih kesakitan. Hotaru dengan sigap langsung membersihkan darah dijariku dan memakaikannya plester.

"Ah kau ini bagaimana sih hati-hati dong?!" Ujar Hotaru dengan kesal.

"Maaf, ku hanya terkejut jadi tidak fokus pada apa yang kukerjakan..."

"Sudah sana istirahat diruang tamu. Biar aku saja yang memasak!"

"Tidak, aku tidak mau dengan luka sekecil ini merepotkanmu!"

"Kau yakin?" Hotaru berusaha meyakinkannya.

"Tentu saja!"

"Kalau kau memaksa biar kita bertukar saja. Kau yang memasak aku bagian memotong."

"Baiklah!"

~NEXT

Sunrise Sunset and Surprise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang