6.Diskusi

14 4 0
                                    

Akhirnya masakan kami selesai. Kami membuat steak sapi, kentang goreng, salad buah, dan jus jeruk. Hotaru terlihat bekerja lebih banyak, karena kecelakaan pada jariku membuatnya terus menceramahi dan melarangku untuk melakukan sesuatu meski sudah sepakat bertukar tempat.

"Ku memanggil mereka berdua ke taman ya!" kata Hotaru sambil berjalan keluar dapur.

"Baiklah! Biar aku yang membawa semua ini ke taman ya kau tunggu saja bersama mereka berdua..." kataku sambil mengambil beberapa piring.

Mendengar hal itu langkahnya terhenti, "Tidak. Aku akan membantumu jadi janganlah egois! Tetap diam disini! Sudah aku mau memanggil mereka, kau tunggu saja disini." ujarnya dengan dingin lalu melanjutkan langkahnya.

Setelah menyuruh mereka pergi ke taman, Hotaru kembali lagi kedapur dan langsung mengambil beberapa piring dan makanan tanpa berkata apapun pada padaku. Aku hanya membawa kentang goreng dan salad buah yang ringan sementara dia membawa beban yang lebih berat dariku.

🌅🌅

"Wah masakan Kai enak banget!" Puji Rai senang.

"Ehem!!" Hotaru langsung meresponnya dan menatap Rai dengan sinis.

"Yayaya kau juga."

"Sudahlah jangan banyak bicara kalau suka habiskan, kalau tidak biarkan makanannya menangis!" Aku merasa tersinggung karena aku memang tidak suka dipuji orang. Aku beranggapan jika pujian akan jadi makian jika dibiarkan terus-menerus.

Setelah makanan mereka habis, mereka memutuskan tiduran di rumput sintesis yang tidak jauh dari taman.

"Segarnya oh segarnya angin yang menerpaku. Terpaannya membawa pergi ke kecewaanku~ Angin takkan pernah membohongiku~ Dirimu akan menemaniku untuk menahan terpaaan itu~ Lalala~"

"Berisik suaramu tidak enak!" Hotaru kesal mendengarkan nyanyian Rai.

"Hmm menurut cerita fiksi yang pernah ku baca biasanya itu berbau mengode orang atau sedang jatuh cinta loh." Kata Imohu tertawa kecil.

"Heh itu tidak mungkin! Akukan cuman mengucapkan apa yang sedang ku rasakan!"

Aku mulai mengingat kejadian ditaman tadi bersama Rai, apa itu aku? Ah tidak mungkin pria tampan dan pintar sepertinya menyukai anak no life sepertiku.

Hotaru meninju punggung Rai, "gausah ngode-ngode emang ada yang mau sama cowok genit kaya gini?!"

"Sudahlah berisik! Kalian membuat waktu istirahat kita menjadi terganggu."

Aku merasa tidak nyaman diwaktu istirahatku. Akhirnya mereka berdua terdiam setelah aku memarahinya. Aku menyenderkan tubuhku pada batang pohon dibelakangku dan mereka hanya tiduran dirumput buatan itu. Aku tidak tahu apa yang harus menjadi topik pembicaraan agar suasana ini tidak terlalu membosankan. Rasanya bingung dan takut untuk orang sepertiku untuk memulainya lebih dulu, aku tidak mau jika aku bicara duluan malah membuat kondisi menjadi lebih membosankan.

Imohu bangun, "kalian tau gak cerita Pangeran Mimpi?"

"Tau!" Jawab Hotaru dan Rai bersamaan.

"Aku belum pernah mendengarnya." Ujarku karena memang tidak tahu.

"Baiklah aku akan menjelaskannya. Menurut legenda, jika kita didatangi oleh pangeran yang wajahnya tertutup kain hitam maka tidak lama lagi kita akan mendapatkan seseorang yang menyukai kita atau bahkan kedatangan jodoh loh!"

"Aku tidak pernah didatangi pangeran itu malah pingin banget ketemu!" Rai berharap.

"Bener juga omongan dia." Hotaru membenarkan pernyataan Rai.

"Legenda seperti itu hanyalah mitos dan mitos itu tidak akan pernah terjadi."

Aku kurang percaya apa yang dikatakan oleh Imohu. Apakah semua cerita itu non fiksi? Tidakkan!

"Ah terserah Kai saja deh. Tapi dulu ibuku pernah bermimpi bertemu pangeran itu lalu dalam waktu 6 bulan ia bertemu ayahku lalu menikah."

"Wah ayahku juga sama pernah bermimpi begitu. Hanya saja waktu bertemu dengan ibu hanya 2 bulan saja. Kau bagaimana, Rai?" Tanya Hotaru semangat.

"Aku kurang tahu soal itu. Kedua orang tuaku sering keluar negeri untuk pekerjaannya jadi aku lebih sering menginap dirumah bibi atau kakek dibanding rumah sendiri. Tapi aku tau cerita itu melalui buku dan internet."

Aku mulai sedikit tertarik setelah mendengar alasan Rai.

"Apa setelah bermimpi itu kita bertemu dalam waktu bulanan sajakan?"

"Tidak juga sih. Mungkin waktu pertemuan itu sesuai keberuntungan kita sendiri. Bisa sajakan menjadi tahunan jika hoki tidak berpihak pada kita hahaha pasti kebelet nungguin jodoh orang itu." Jawab Imohu tertawa pelan.

"Konon, mimpi itu datang sekali dalam seumur hidup. Jika datang lebih dari satu kali maka jodohnya atau orang yang menyukainya akan datang lebih cepat dari yang sudah ditentukan." Lanjut Imohu.

Hotaru mengangkat sedikit tangannya, "Wah aku harap mendapatkan pria berkebangsaan Inggris dan setelah menikah kami hidup bahagia disana."

Pikiran jail mulai terlintas dipikiran Rai, "Kau menikah saja dengan Imohu diakan blasteran Inggris dan anak pintar pula hahaha. Jadi gausah cari-cari jodoh jauh ke Inggris."

"Dasar kau tikus got! Huaa akan ku bunuh kau!"

Hotaru marah dan akan mencabik-cabik Rai. Tapi, Imohu berusaha menahannya, "Ah dia hanya bercanda kok tenang dong!"

"Perkataan Rai tidak ada salahnya. Kalian bersaudara tapi tidak se-ibu susu jadi kalian bisa menikah." Aku mencoba menambahkan candaan Rai.

"Tuhkan bener tuh! Kamunya saja yang tidak berpikiran kesana sudah tau dikota kita jarang ada bule berkeliaraan." Rai merasa puas.

"Huwee aku dibully!!!" Teriak Hotaru.

🌅🌅

17.05

"Kai kami pulang dulu ya ini sudah senja! Maaf membawa tikus got ini dan membuatmu kerepotan." Hotaru menatap sinis Rai yang sedangkan membenerkan sepatunya.

"Tidak apa-apa kok. Lain kali datang lagi saja, aku sedikit senang ada yang menemani waktu liburku!"

"Berisik kau burung beo! Menyesal aku mengajak kau kemari." Rai membalas Hotaru.

Imohu menarik baju Hotaru, "Ah sudahlah kita pulang. Sampai jumpa lagi,Kai! Maaf ya membuatmu repot!"

Rai masih terdiam didepan gerbang rumahku. Ku lihat wajahnya seperti ada sesuatu yang ingin dia katakan.

"Apa ada sesuatu?"

"Ah tidak. Sampai jumpa lagi!" Ia pergi sambil melambai-lambai ke arahku.

~NEXT

Sunrise Sunset and Surprise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang