Selama beberapa menit Antari diam tanpa berkedip.
"Saya bercanda," kata Dimas Haritama setelah memasuki kamar, lalu mengambil alih bayi dalam rengkuhan Antari. "Muka kamu biasa aja, nggak usah kaget kayak habis lihat saya telanjang."
Ucapan Dimas membuat Antari ingin menyumpal mulut bosnya dengan popok bayi. Andai dia ingat kejadian semalam, dia pasti sudah membayangkan tubuh telanjang bosnya. Sayangnya, dia tidak sempat membayangkan hal itu, karena sosok mungil tak berdosa tetap menangis meskipun sudah digendong.
"Pak, itu anaknya? Istrinya mana? Aduh, masa saya tidur sama...." Antari buru-buru menghentikan kalimatnya. Dia mundur selangkah, berniat kabur, sebelum obrolan mereka semakin dalam.
"Istrinya pergi jauh. Kamu jadi istri saya. Mau?"
Antari melongo. Ya, gila! Ditawari jadi istrinya Dimas, siapa yang tidak mau? Wajah tampan, tubuhnya luar biasa peluk-able, kaya, terus apa lagi yang kurang? Eh, tunggu. Kurang ekspresif! Dimas kaku mirip kanebo dan dingin kayak freezer!
"Bapak bercanda mulu. Saya pergi ya, Pak. Kayaknya saya belum balik dari dunia mimpi, masa tidur sama suami orang," kata Antari sembari berbalik badan.
Belum sempat melangkah, Dimas kembali bersuara. "Kamu yakin keluar kamar cuma pakai bra sama celana dalam gitu?"
Antari menurunkan pandangan, melihat tubuhnya hanya mengenakan dua benda yang disebut bosnya barusan. Ya amplop! Saking penasaran dengan tangisan bayi, dia lupa memakai blouse-nya. "Eh, iya. Bajunya di kamar Pak Dimas."
Dimas menggeleng, lalu memindahkan anaknya pada Antari. "Gendong dulu sampai dia berhenti nangis. Saya ambilkan baju kamu sekalian mau bicara."
"Tapi, Pak—" Belum selesai Antari menolak, Dimas sudah pergi keluar kamar.
Dengan sangat terpaksa, Antari menatap bayi cantik itu. Tubuhnya membeku. Bingung harus melakukan apa setelah menggendong. Kalau boleh jujur, Antari paling anti sama anak kecil. Keponakannya saja kabur setiap dia ingin menggendong, dan sekarang malah disuruh menimang anak orang!
"Aduh... jangan nangis dong, adik kecil. Lihat muka Tante. Eh, Kakak Antari maksudnya. Muka Kakak mirip sama Pevita Pearce, nih," ucap Antari kepada bayi itu sambil mengerucutkan bibirnya seperti bebek.
Bukannya berhenti menangis, tangisannya semakin kencang. Terpaksa Antari menimang-nimang, meskipun dia ragu bayi itu akan diam. Dan keajaiban pun berpihak padanya, bayi itu diam dalam rengkuhannya.
"Saya pikir, kamu cuma bisa menidurkan yang lain. Ternyata bayi bisa tidur juga dalam gendongan kamu," kata Dimas tiba-tiba.
Kalimat Dimas membuat Antari terlonjak kaget. Lama-lama mulut bosnya semakin terdengar mesum. Ya Tuhan... apa ini sisi lain bosnya yang tidak pernah diketahui siapa pun?
"Ini pakaian kamu. Jangan ditinggal sembarangan. Memangnya ini rumah nenek." Dimas mengambil alih bayinya dan menukarnya dengan pakaian Antari. Dia kemudian menidurkan bayi mungil itu dan mencium keningnya penuh kasih sayang.
Antari berdecak sebal. Ingin rasanya cepat-cepat menghilang dari sana. Dia segera mengenakan pakaiannya sampai lengkap. Setelah itu, Antari melangkah pergi. Belum seberapa jauh, suara Dimas terdengar. "Siapa yang suruh kamu keluar? Saya bilang mau bicara sama kamu."
Antari tidak sempat menoleh, karena Dimas sudah mendahului langkahnya.
"Ngapain bengong aja? Ikut saya turun ke bawah."
Antari mencoba sabar. Ternyata sikap bossy bosnya masih ada. Dia pikir setelah mereka... ya begitulah, bosnya akan lebih lembut dan tidak bicara sedingin freezer! Dugaannya salah. Dimas Haritama tetaplah Dimas Haritama. Manusia dingin tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss's Baby
RomanceAntari terbangun bersama bosnya yang terkenal supercuek. Meski keduanya tidak memiliki hubungan romantis. *** Lima tahun bekerja sebagai sekretaris Dimas Haritama, Antari Satwika tak pernah terlibat skandal dengan pria itu. Hingga satu malam per...
Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi