Antari duduk memandangi laptop. Setelah dari rumah Dimas, dia segera pulang dan mandi sebentar lalu berangkat kerja. Dia tidak bisa fokus memikirkan ucapan Dimas. Kalau benar hamil, bagaimana? Antari mengacak rambut kasar bagai orang frustrasi yang diputus cinta.
"Tar, kenapa, sih? Kusut amat kayak habis diputusin pacar," usik Fanya.
"Nggak tahu, deh. Gue bingung."
Fanya mengernyit heran. Dia bergerak ke samping Antari, lalu berbisik, "Memangnya semalam nggak diantar sama Pak Dimas?"
Antari menatap Fanya penasaran. "Tunggu. Semalam gue mabuk? Bentar, gue nggak bisa inget kejadian semalam."
"Aduh, lo nggak inget? Semalam lo mabuk, terus godain Pak Dimas. Lo kelihatan binal banget pakai acara lingkarin tangan di leher Pak Dimas pas kita karaoke," cerita Fanya dengan hebohnya. "Terus Pak Dimas bilang mau antar lo pulang. Ya udah, kita serahkan semua ke Pak Dimas. Macam drama Korea gitu, Cintaku!"
Antari mencoba mengingat-ingat kembali potongan demi potongan kejadian yang terjadi semalam. Ketika sudah dapat mengingat satu per satu kepingan itu, Antari ingin mengumpat kasar. Astaga, dia benar-benar memalukan dirinya sendiri!
"Semuanya ngomongin lo tahu, gara-gara kejadian semalam. Katanya lo genit gitu, godain Pak Dim. Mana minta dibelai segala," beber Fanya.
Antari mengusap wajah kasar. Bagaimana kalau mereka tahu dirinya tidur sama Dimas semalam? Bisa jadi headline utama seantero perusahaan!
"Tapi, Pak Dimas tuh tenang banget digodain lo. Jangan-jangan nggak naksir perempuan? Masa nggak kelihatan tergoda. Gue curiga dia nggak normal," lanjut Fanya.
Dalam hati Antari membatin. Dia normal! Dia bilang tergoda dan akhirnya tidur sama gue!
"Eh, kalau misalnya—"
"Fanya, kamu mau kerja atau ngegosip di situ?"
Teguran itu mengagetkan Fanya dan Antari. Fanya menutup mulut, menggantung kalimat yang belum selesai diucapkan. Sedangkan Antari diam menunduk karena malu melihat Dimas yang baru datang.
"Maaf, Pak." Fanya pergi dari sana, meninggalkan Antari sendirian.
Dimas mendekati Antari, lalu melepas gendongan bayi yang melekat padanya. Semua orang yang melihat hal itu langsung bertanya-tanya. Baru sekali ini mereka melihat Dimas menggendong bayi.
"Selain urus pekerjaan kamu, urus juga Maguna. Jangan lupa kasih dia minum susu." Dimas memindahtangankan putrinya kepada Antari yang terpaksa menerima perintah. Kemudian Dimas berbisik, "Susu formula bukan susu kamu."
Bulu kuduk Antari berdiri. Suara seksi bercampur mesum Dimas bagai sapaan baru di telinganya. Bosnya itu benar-benar luar biasa mempermainkan ekspresinya.
"Apa yang kalian lihat? Ini putri saya, namanya Maguna. Jangan disentuh-sentuh apalagi cubit. Kalau ada yang berani nyentuh tanpa izin, saya pecat."
Para pegawai terbelalak kaget. Satu atau dua pegawai yang tengah menenggak air minumnya, langsung tersedak. Tidak ada angin, tidak ada hujan, Dimas memperkenalkan anaknya. Padahal mereka belum pernah mendengar Dimas menikah. Reaksi orang-orang di kantor adalah reaksi Antari waktu mengetahui Dimas punya anak. Jadi Antari sudah lebih dulu terkaget-kaget sebelum yang lain.
"Saya masuk ke dalam. Hari ini ada rapat? Kalau ada, tolong beri tahu secepatnya." Dimas melenggang masuk ke dalam ruangan, meninggalkan orang-orang yang masih tidak percaya.
Antari menggendong Maguna dalam rengkuhan. Dia menatap tajam Dimas yang sudah bersandar di kursi empuknya. Benar-benar, bosnya itu memberikan tugas tambahan yang merepotkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss's Baby
RomanceAntari terbangun bersama bosnya yang terkenal supercuek. Meski keduanya tidak memiliki hubungan romantis. *** Lima tahun bekerja sebagai sekretaris Dimas Haritama, Antari Satwika tak pernah terlibat skandal dengan pria itu. Hingga satu malam per...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi