Lumayan cepet kan updatenya?😄
Anw, enjoy and happy reading💕
Jangan lupa tinggalkan jejak kalo mau cepet up lagi😏
Sorry for the typos.***
Andrew memarkirkan mobilnya dengan kesal di garasi besar rumah orang tuanya.
Ia sedang menikmati momen kebersamaannya dengan Eleanor ketika tiba-tiba Mama Valerie menelepon dan menyuruhnya untuk pulang dengan tegas entah karena apa.
Pria itu masuk ke rumahnya dan menemukan Valerie sedang duduk bersedekap di ruang tamu. Nampaknya wanita kesayangannya itu sedang dalam mood yang buruk padahal Valerie hampir tidak pernah cemberut kecuali jika Papa Willy sedang menjahilinya.
"Ada apa, Ma?"
"Duduk," perintah Valerie dengan tegas.
Andrew hanya menuruti Mamanya dengan diliputi rasa bingung. Ia tidak merasa berbuat sebuah kesalahan sama sekali.
"Ada yang mau Mama bicarakan sama kamu." Valerie meluruskan kakinya yang sebelumnya menyilang kemudian meletakkan sebuah amplop berbentuk persegi panjang kecil ke atas meja.
"Apa ini, Ma?"
Valerie hanya diam, namun matanya memandang Andrew dengan tajam hingga pria itu meraih amplop dan membukanya dengan sedikit tergesa lalu tubuhnya menegang.
Amplop tersebut berisi foto-foto dirinya dengan Eleanor. Di berbagai tempat dan dari bernagai sisi.
"Mama mata-matain aku?" tanya Andrew dengan tidak percaya.
"Bukan." Valerie menegakkan punggungnya sebelum menghela napas panjang. "Teman Mama yang memberitahu. Dia melihatmu tanpa sengaja."
Walau Andrew sangat menyayangi Mamanya tapi siapa yang bisa mempercayai kalimat barusan kecuali orang bodoh? Melihat tanpa sengaja tidak akan sampai berhari-hari dan sampai mengikutinya seharian penuh setiap harinya.
"Kenapa? Bukannya seharusnya Mama senang kalau aku dekat dengan seorang perempuan?" tanya Andrew dengan tenang.
"Seharusnya begitu," jawab Valerie kemudian memijat pelipisnya perlahan. "Tapi kenyataannya kamu malah mendekati perempuan yang gila harta. Mama sudah melihat data diri perempuan itu."
Andrew mengernyit tidak setuju. Gadis yang ia kenal itu bahkan terlihat enggan sampai menolak saat ia memberikan hadiah untuknya. "Eleanor bukan perempuan seperti itu, Ma!"
"Kamu tau kalau dia tinggal dengan tantenya yang suka mabuk dan memiliki hutang yang sangat banyak?"
Kalimat yang keluar dari mulut Mamanya sangat diluar dugaannya. Ia tidak tau jika Eleanor menanggung beban berat itu seorang diri.
"Orang tua gadis itu meninggal saat dia masih berusia lima belas tahun. Bahkan kedua orang tuanya juga meninggalkan banyak hutang untuknya," lanjut Valerie dengan datar.
"Tapi itu bukan salah Ella. Aku yakin orang tua Ella memiliki hutang untuk menghidupi keluarga mereka. Tidak semua orang seberuntung kita." Andrew berdiri dari duduknya. Ia tidak suka pembicaraannya ini.
Mama Valerie adalah sosok yang hangat dan selalu melihat orang dari sisi baiknya. Tapi entah kenapa hari ini wanita itu terlihat berbeda.
"Aku sudah dewasa, Ma. Aku bisa membedakan yang buruk dan yang baik," ujar Andrew dengan gusar.
"Mama hanya mau yang terbaik untuk kamu, Drew. Mama tidak mau kamu memilih perempuan yang salah, yang hanya menginginkan uang kamu." Valerie ikut berdiri. Menatap Andrew dengan lekat dan frustasi.