Prolog

803 85 19
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم.

Assalamu'alaikum.. Sahabat Fillah!

Sudah baca Al Qur'an hari ini? Alhamdulillah kalau sudah.. dan yang belum, baca Al Qur'an-Nya dulu yukk.

Tetap jadikan Al Qur'an sebagai bacaan yang utama yaa.. sebelum membaca cerita ini ataupun cerita yang lain🤗



Tinggalkan jejak yaa....

***

Dariku, Untukmu.

Untukmu, seseorang yang dulu pernah sangat ku kagumi. Seseorang yang namanya pernah kulangitkan dalam sujud terakhir sepertiga malamku, seseorang yang selalu ku semogakan akan menjadi penyebut ikrar namaku pada waktu yang telah ditentukan. Ingin kusampaikan sebuah pernyataan, bahwa mengenalmu telah mencipta beribu aksara, dan melepasmu pada akhirnya mewujudkan Rindu yang tiada berkesudahan.

Pernah kusematkan sebuah doa, sebuah harapan yang kulangitkan pada sang pencipta semesta, menyemogakan setiap bait kata yang lepas dalam pengucapan.. semoga, namamulah yang tertulis di lauhul Mahfudz, Untukku.

Terkesan berlebihan, dalam semarak ramai, namamu tak pernah terucap sekalipun. Bahkan pengagum semesta tak pernah tahu tentang sosok siapa yang selalu ku semogakan. Engkau menjadi Rahasia dalam diamku yang terkadang menggebu ingin diluapkan saja. Namun, Aku tak pernah peduli akan hal itu, sebab bagiku, penduduk semesta tak perlu tahu, pada siapa hati ini akan kulabuhkan pada akhirnya? Cukup pemilik Semesta saja yang mengetahui bahwa aku mengagumi salah satu ciptaannya. Aku menginginkannya seperti waktu yang tidak pernah bosan untuk mendewasakan.

Sebuah pengakuan? Yah! Telah kujelaskan sebait Singkat perihal tentangmu, wahai lelaki yang dulu pernah mengikrar janji persahabatan. Bagaimana kabarmu Sekarang? Semoga baik. Bagaimana dengan perihal kata yang pernah kau sebutkan dalam waktu yang telah berlalu? Masihkah ia berada pada posisi yang kau ingat? Ataukah ia telah merayap langkah menemui titik Lupa? Semoga saja tidak. Sebab disini, kata itu tak pernah bergeser atau bahkan menjauh dalam ingatan. Ia tetap pada posisi yang sama.

Tersampaikan pula permohonan maaf dariku yang dulu sempat menjadi pengagummu. Maaf karna telah lancang menyebutkan namamu lalu mendiskusikannya pada sang pencipta semesta, tanpa persetujuan darimu terlebih dahulu. Aku telah melakukannya, tanpa sepengetahuan dirimu. Telah kulangitkan namamu dalam beberapa waktu tertentu yang telah berlalu, yang terkadang tanpa sadar rintik air mata turut menjadi saksi bahwa dirimu pernah kujadikan salah satu yang terbaik.

Hingga sampai pada hari ini, tersadar akan sebuah keegoisan, diriku telah melangkah terlalu jauh dalam pengharapan yang tak kunjung menemui titik pasti. Menyadari bahwa Allah adalah Dzat yang maha Membolak-balikkan Hati, aku memilih berhenti. Berhenti berharap pada sesuatu yang tak semestinya diperjuangkan olehku, melainkan olehnya. Dia, seseorang yang kedatangannya kau sambut dengan antusias bahagia. Yah! Dialah sahabatku, yang memperjuangkan dirimu setelah diriku, dan aku harus berhenti setelah tahu bahwa dia pun mengagumimu sama sepertiku. Bedanya, Dia kau jadikan sosok istimewa sedangkan aku? hanya sebatas sahabat, tak lebih. Namun bisa kurang dari sahabat, seperti sekarang.. aku, kau kembali asing. Sama seperti sebelum aku mengenalmu.

Jika sebelumnya mengagumimu adalah hal yang kulakukan dalam diam, maka melepasnya pun akan dalam diam.Dan tenanglah.. aku tak menyalahkan siapapun, biarkan ini menjadi urusanku, sebab terluka memang selalu menjadi bagianku. Aku tak menyalahkan semesta apalagi sang pencipta, tidak, aku menerima segala ketentuannya meski terkadang waktu kembali membawaku dalam rentetan luka yang menganga. Tidak apa apa, semuanya akan baik baik saja bukan? Yah.. pernah kau jelaskan perihal baik baik saja, yang kenyataannya saat itu diriku sedang dalam sekarat, sebab penjelasanmu mengenai dia, yang kau inginkan. Tak apa, salahku telah merawat rindu yang bahkan tidak akan pernah menjadi milikku.

Pada akhirnya aku pun harus belajar, belajar memahami .. bahwa tidak selamanya, semua yang aku anggap baik, harus aku miliki. Termasuk dirimu, seseorang yang diam diam kujadikan Motivator. Terkadang kehendak Allah hanya mempertemukan bukan menyatukan. Dan aku percaya, akan datang hari dimana ketika aku mendengar namamu, hati ini tak lagi terguncang, tak lagi terombang-ambing dalam lautan ketidakpastian. ia akan baik baik saja, meski terkadang gelombang kenangan kembali menyapa lalu mengorek segala jenis patahan luka, ia akan sembuh pada waktunya, insyaa Allah.

~Athifah_Ruang semesta, 03 April 2019.

Bukti Cinta Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang