Part 9

228 34 11
                                    

Sebab bukan hijrah namanya, bila jalannya mudah. Tentulah akan ada banyak kerikil yang akan membuatmu tertatih dalam langkah. Atau bahkan sampai membuatmu terjatuh. Dibalik itu semua, tetaplah berhijrah. Bila lelah, berlari kecillah. Bila sulit, berjalanlah perlahan dan jangan pernah berhenti , apalagi berbalik kebelakang.
Sebab surga tidak disediakan bagi mereka yang menyerah dalam hijrahnya menuju Allah.

🍁🍁🍁

Bismillah..

Hijrah, kata itu selalu menghampiri pikiranku. Akhir akhir ini. Setelah balik kesini, aku terus memikirkan kata itu. Satu kata yang terus membayangi. Apa yang salah dengan diriku? Aku tahu apa itu hijrah. Merubah diri menjadi lebih baik, bukan? Itulah jawabanku. Nyatanya bukan hanya itu. Kembali kupikirkan nasehat Bunda, yang terus diulanginya kala diriku dalam dekapannya. Ada cita cita mulia disana. Didalam hati Bunda, dia ingin aku menjadi wanita Sholeha. Yah, sholehah. Bukan hanya sebatas perilaku yang harus baik, tetapi penampilan juga adalah yang utama. Terutama akhlak terhadap sesama.

Dan setelah masuk ekstrakurikuler, Rohis. Aku jadi belajar banyak hal, disana. Salah satunya tentang pakaian yang seharusnya dikenakan perempuan.

Maka, disinilah aku. Berdiri didepan gerbang sekolah, terlihat seperti orang yang baru menginjakkan kaki disini, yang padahal diriku bukanlah orang asing.

Terlihat mereka pun memandangku aneh. Mungkin ada juga yang sinis, tetapi aku tak mau su'udzhon. Akhirnya ku memilih untuk tersenyum. Lantas, apa alasannya mereka bersikap seperti itu, terhadapku? Tak lain adalah, karena penampilanku yang tak lagi sama dengan hari hari kemarin. Yah! Hari ini, setelah hari bersantai itu telah usai, dan harus kembali bersapa dengan hari hari yang akan banyak menjajah waktuku. Akhirnya kuputuskan diri untuk terlihat berbeda dengan mereka. Rok sempit, yang sempat kukenakan satu semester lalu, hari ini tak lagi kukenakan. Cukup hari kemarin yang membuatku malu pada Bunda terlebih kepada Allah. Tersebab, berulang kali diri ini dinasihati untuk tidak memakai pakaian yang ketat. Karena itu sama saja bahwa diriku dengan sengaja menampakkan lekuk tubuh pada semua orang. Tetapi sayangnya, aku tak pernah mengindahkan nasihat itu. Hingga sampai pada hari ini, aku bersyukur. Allah memberikan hidayahnya untukku.

Perlahan.. diri ini tersadar akan pentingnya sebuah perubahan yang nyata. Bukan hanya sebatas kata. Yah, kemarin, diri ini hanya berceloteh tentang keinginannya menjadi wanita sholehah. Tetapi tidak dibarengi dengan usaha. Dengan tindakan. Hanya sebatas doa. Ia ingin menjadi wanita yang sholehah. Tanpa sadar , bahwa doa tanpa usaha itu sia sia, dan usaha tanpa doa itu sebuah kebodohan. Sebab keduanya harus berjalan beriringan. Dan jangan lakukan hanya salah satunya.

Terlihat Aisyah, disana. Berjalan kearahku dari arah dalam sekolah. Dia tersenyum, dan sudah bisa ditebak bahwa dirinya sedang rindu. Tentunya rindu denganku bukan ? sepertinya jiwa kepedeanku kumat lagi , haha.

"Assalamu'alaikum , Athifah..!!! Selamat pagi dan selamat datang kembali disekolah tercinta kita, tentunya. Haha dan..... Aku rinduuuu!!!! " Sapanya disambung dengan adegan lebaynya, lagi.

"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokaatuh, Aisyah ..temannya akuu, yang lebaynya kumat lagi padahal masih pagi . Miss you too." Jawabku yang tanpa sadar sepertinya juga sama dengannya , :'

"Ih, aku gak lebay yaa. Aku tuh emang kayak gini, Athifahkuu.. " ucapnya, " and.. by the way, kok aku lihat ada yang beda yak?. Maa syaa Allah.. Athifah.. " lanjutnya lagi.

"Biasa aja, Syah.. " Kataku,

" Sejak kapan? " Tanyanya,

"Sejak hari ini. " Jawabku. Dan dia paham begitupun aku tentang apa yang dia maksud.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukti Cinta Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang