Part 5

222 54 4
                                    

Setelah sampai rumah, Bibi kembali menyambutku hangat. Mempersiapkan makan siang dan sebagainya..


"Kamu makan dulu, ya " titah Bibi.

"Hmm.. iya Bi, nanti aja ya.. sama Khanza hehe " balasku.

"Khanza kan lagi tidur, dia bangunnya lama lho, nanti kamu kelaparan lagi, " ucap Bibi perhatian.
"

Hehe, gak kok Bi, Athifah masih kenyang. "

"Yaa udah, kamu istirahat gih. Pasti capek kan? "

"Hehe benar bangat Bi.. " jawabku sembari tersenyum lalu masuk kamar. Dalam hati .. benar bangat Bi.. capek nabrak orang tadi, cari alamat juga. Upss.

Hari ini, benar benar menguras mood. Sudah jauh jauh kesekolah, ujung ujungnya gak dapat teman, yang ada nabrak orang. Udah gitu.. pas pulang , akunya nyasar. Salah sebut alamat sama supir angkotnya. Jadinya aku harus turun, cari jalan sendiri. Huft; Untung bisa sampai Rumah:v

***
Senja merangkak menuju malam. Warna merah jingga dikaki langit perlahan hilang, tenggelam dalam peraduan. Indah. Meski sesaat, namun ia bisa menjadi paling bermakna. Aku menyukainya.

Dibalik tirai kaca - jendela, aku bersyukur masih bisa menyaksikan warnanya yang menghipnotis. Sampai terdengar suara adzan Maghrib. Aku baru tersadar dari lamunanku, syukur alhamdulillah. Aku lalu bersiap siap menunaikan panggilannya.

Sejak kecil, Bunda selalu mengajarkan bagaimana caranya menjadi anak yang sholehah. Bunda mengajariku sholat, menasihati setiap waktu. Sampai aku terbiasa dengan kewajiban 5 waktu seorang muslim. Tanpa sadar, tetesan bening kembali jatuh dalam sujud terakhir. Aku rindu Bundaa.

Mengingatnya kala berdiam diri dalam dekapan diam, air mata itu akan selalu mampu menerobos pertahananku. Bukannya aku cengeng, tapi yang bisa kulakukan saat merindukan Bunda, memang hanya bisa menyapanya lewat doa saja.

Teringat pada kalimatnya, sewaktu yang berlalu.
" Kalau kita merindukan seseorang, ingin menyapanya saat itu, namun ada jarak yang membentangi.. maka cara terbaik adalah menyapa seseorang itu lewat Doa. Kita doakan yang baik baik untuk orang yang dirindukan. " Ucap Bunda.

"Apakah doanya akan sampai pada orang itu, Bunda? " Tanyaku perlahan.

"Insyaa Allah sayang. Allaah langsung yang menyampaikan pesan rindu itu kepada yang dirindukan. " Jawab Bunda tersenyum lalu mendekapku dalam kasih sayang.
..
Bunda apa kabar? Tanyaku dalam diam. Athifah rindu Bunda dan Ayah. Athifah menebak, Bunda juga pasti sedang merindukan Athifah kan? Aku berdialog sendiri dengan pikiranku. Aku belum beranjak dari dudukku diatas sajadah, selepas magrib. Aku kepikiran Bunda. Rasanya sudah lama aku disini. Aku akan pulang setelah semester, insyaa Allah.

***
Keesokan harinya, aku sudah masuk sekolah. PLS (pengenalan lingkungan sekolah ). Disini, aku mendapat teman baru. Namanya.. Aisyah. Seorang perempuan yang memiliki mata sipit dan kecantikan yang alami. Maa syaa Allah. Memiliki kepribadian yang awalnya aku kira dia pendiam, ternyata sebaliknya. Humoris dan baik hati, tentunya. Dia sekaligus menjadi teman pertama aku disekolah, dan menariknya.. kita punya banyak persamaan.

Sampai pada hari pembagian kelas, dua pekan setelah PLS. Aku dan Aisyah kembali berteriak antusias, tepat dibelakang barisan upacara, hari senin.

"Kita satu kelas, Athifah....!!! " Sahut Aisyah antusias.

" Iya... Alhamdulillah. Haha, gak nyangka akunya.. " balasku tak kalah antusiasnya.

"Hehe.. senang bangat tau...! Alhamdulillah yaa Allah." Ucap Aisyah, " kita satu bangku, yaa.. terus .. kita duduknya paling depan. Ok? Ok aja lah yaa. Haha " lanjutnya lagi.

"Siap! ibu dosen. Terserah selama itu baik hehe, " balasku. Seraya menyebutnya Ibu dosen, karna dia pernah bilang cita citanya mau jadi dosen, nanti. Aamiin.

Setelah hari itu, aku dan Aisyah selalu sama. Kemana pun harus sama. Kanting, perpustakaan, rumah teman, kerja kelompok, tugas individu pun kerjanya sama. Aisyah orangnya terbuka, apapun pasti dia ceritakan, tapi tidak dengan urusan hati. Ia begitu tertutup perihal perasaannya pada orang lain.

Itu yang istimewa dari dirinya, menurutku.

Aku masuk beberapa organisasi sekolah, dan Aisyah? Pun sama denganku. Aku masuk PMR, Aisyah juga masuk. Aisyah masuk OSIS, aku juga masuk. Alasannya? Sahabat harus selalu sama.

"Syah.. aku dengar disekolah ada Organisasi keagamaan gitu ya? " Tanyaku pada Aisyah, yang lagi serius baca buku. Yah! Aku dan Aisyah sekarang berada di perpustakaan, sekolah. Kita berdua lebih suka menghabiskan waktu disini, sembari mengisi absen perpustakaan yang menjadi tujuan awal kita.

Haha.. Astaghfirullah. Awalnya aku dan Aisyah masuk perpustakaan karna tujuannya cuman mau mengisi absen library, siapa yang namanya paling banyak, punya kesempatan buat jadi Duta baca sekolah. Keren kan? Hehe, tapi setelah banyak belajar, akhirnya niat tujuan itu berubah seiring waktu. Aku dan Aisyah tidak lagi menghiraukan tujuan konyol itu. Dan seperti sekarang.. santai santai saja.

"Nanya apa tadi? Kurang dengar fha. " Ucap Aisyah.

"Disekolah ada Organisasi keagamaan. Dengar infonya juga gak? " Jelasku kembali.

"Oh itu .. dengar dengar. Kalo gak salah, ROHIS nama Organisasinya. Athifah mau gabung? " Jawabnya sembari bertanya.

"Menarik. Nanti kita gabung ya.." kataku dengan tersenyum kearahnya.

"Boleh boleh. " Balas Aisyah.

***

Bukti Cinta Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang