Part 4

233 51 4
                                    

Suara derai hujan perlahan menghilang dari pendengaran, ketika sang fajar mulai menampakkan diri diufuk timur. Hujan turun tak berselang lama, pukul empat dini hari, hujan kembali menyapa bumi menyampaikan pesan dari langit.

Romantis sekali, aku bahkan belum terjaga dari tidurku semalaman, tetapi hujan sudah lebih dulu menyapa bumi.

Apa yang disampaikan hujan pada bumi? Ia menyampaikan pesan rindu dari langit. Perihal jarak yang terlampau jauh antara langit dan bumi, membuat hujan harus rela jatuh berkali kali demi menyampaikan sebuah rindu, dari langit. Meski ia tahu, jatuh berkali-kali pada tempat yang sama itu terkadang menyakitkan juga:v.

Aku tersenyum sendiri, kala mengingat apa yang kulakukan pagi ini. Baru saja aku mendefinisikan tentang Hujan? Sejak kapan aku belajar mendefinisi seperti itu? Kembali aku terkekeh sendiri.  Ah, aku sepertinya masih terbawa suasana mimpi dalam tidurku semalam.

Beranjak keluar kamar, aku melangkahkan kaki menuju meja makan. Om, Bibi dan Khanzaa sudah ada disana. Mereka memanggilku sejak tadi, dari dalam kamar. Menyuruhku ikut sarapan pagi, sebelum aku menjelajah kesebuah tempat hari ini.

Setelah selesai sarapan, aku melihat Om Firman menelepon seseorang. Entah siapa, yang kudengar adalah, Om Firman berbicara perihal sekolah. Aku hanya menebak, mungkin ini ada kaitannya denganku.

Setelah menutup handphonenya, Om Firman menghampiriku yang masih berada dimeja makan bersama Khanza.

"Athifah, Om langsung antar kamu kesekolah saja ya, nanti disana kamu ketemu Anak dari temannya Om. Dia juga seumuran dengan kamu, " Kata Om Firman yang langsung kujawab iya sembari berpamitan dengan Bibi.

"Oh iya Om. Athifah ngikut aja, hehe. "

"Kamu hati hati yaa, disekolah. " Nasihat Bibi,

"Iya Bii, insyaa Allah. " Jawabku sembari mencium tangannya, lalu berjalan mengikuti Om Firman menuju Mobilnya. Sampai didepan pintu, Khanzaa memanggilku.

"Kakak...  Khanza belum salim, " katanya sambil berlari kearahku. Ia lalu menyalamiku lalu berlari kembali ke Om Firman yang sudah berada didekat Mobil. Kulihat Khanza digendong oleh Om, Khanza terlihat manja sekali.. tapi aku menyukai pemandangan seperti ini, Bibi juga tersenyum kearahnya. Setelahnya, kami melanjutkan perjalanan menuju sekolah.

***
Berhenti tepat didepan Gerbang masuk sebuah Gedung, aku hanya diam dalam mobil tanpa berniat turun atau apapun. Sampai akhirnya Om Firman memberitahu kalau aku sudah sampai di sekolah.

"Athifah, ini sekolah baru kamu ya.. Om sudah daftarin nama kamu disini,. Kamu tinggal mengumpulkan berkas yang disuruh bawa. " Jelas Om Firman,

"Maa syaa Allah. Jadi sekolahnya ini Om? Keren bangaatt. Hehe, serius deh Om. " Sahutku antusias. Om Firman hanya mengangguk dan tersenyum.

"Sekarang kamu turun lalu masuk, anak teman Om sudah didalam nungguin kamu. Kamu tinggal cari, Okk? " Titah Om Firman sekali lagi,

"Siiaaap.! Aku masuk dulu Om, Assalamu'alaikum.. "

"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh. "

***
Setelah turun dari mobil, Om Firman langsung berangkat ke kantornya. Dan perjalanan baru akan dimulai.

Aku berjalan memasuki ruang lingkup sekolah. Setelah sampai pada ujung kaki lapangan basket, aku menepuk jidat sendiri. Aku kesini tujuannya buat cari Anak temannya Om, tapi aku lupa bertanya namanya siapa? Yaa Allah. Karna bingung, tanpa sadar aku refleks berjalan mundur kebelakang.

BRUKK!

Aku menabrak seseorang, yaa Allah malu bangaatt. Pake diliatin banyak siswa lagi. Aku belum ngeliat siapa yang aku tabrak barusan,

"Ouh, Sorry sorry. Gak sengaja " Ucapku seraya meminta maaf. Aku belum melihat kearahnya, menunduk.

"Gak apa-apa. Lain kali lebih hati hati yaa.. "Balasnya,

"Iya-iya, sekali lagi maaf.. "

"Kalau minta maaf, lihat keorangnya. Jangan nunduk terus, " katanya lagi,

"Eh i..ya, iya.. maaf. " Ucapku yang langsung melihat kearahnya, Oh my God! Ini parah! Aku tadi gak salah nabrak orang kan? Masa dia yang aku tabrak? Bergelut sendiri aku dengan pertanyaan itu.

"Nah itu bagus; Kamu siswa baru disini? " Tanyanya lagi.

"Hah? Iya.  Siswa baru. " Jawabku, dia tersenyum. Oh my Robb!! Dia orang apa bukan sih?  Dia memegang bola basket ditangannya +bukunya yang jatuh tadi aku tabrak, buru buru aku mengambilnya. Dan untungnya.. dia gak ikut mungut bukunya yang jatuh. Coba kalo dia juga ikut ngambil bukunya.. bisa bisa melebihi sinetron , haha kan parah. Huu, meski dalam hati sih bilangnya.. yaa Allah tuh orang keren bangat! Astaghfirullahal adzim. Buru buru aku tersadar.

"Terus kamu ngapain disini? Ini area basket, nanti kamu kena bola kalo berdiri disini, " tanyanya sedikit menginterogasi sih, diikuti dengan nada Perhatiann.

"Aku? Aku cari teman aku, tapi gak tahu siapa. " Jawabku seadanya,

"Hah? Cari teman tapi gak tahu siapa? Lucu juga. "

Dia bilangin aku lucu? Nih orang kok modal keren doang ya.. kesal aku lama lama.

"Maaf,. Saya permisi. Assalamu'alaikum! " pamitku tanpa basa basi lagi.

"Eh tunggu..! " teriaknya. Tapi aku terus saja berjalan menjauh dari tempat itu. Tanpa peduli, ngapain juga aku harus peduli ? Ya kan..

"Wa'alaikumussalam, cewek Aneh. " Jawabnya, pada akhirnya. Haha.

Tunggu! Dia bilang aku cewek aneh? Salah minum obat keknya nih orang, Astaghfirullahal adzim..

Gak boleh gitu Athifah..

Nasihat untuk diri sendiri.

...

Bukti Cinta Allah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang