"Samyang sama sayang apa bedanya? Kadar keikhlasan dan penantiannya"
〽️Bunyi alarm di Hp Ayana terdengar sangat nyaring di telinganya, hal itu membuat Ayana sontak terbangun dari tidur yang susah payah ia rangkai dari semalam. Mengingat tadi malam ia dan keluarga pulang tapat pukul 03:00 dini hari. Ayana dengan susah payah mengambilnya, tepat di dekat kepalanya. Ia ingin terbangun dari tempat tidur itu, namun entah kenapa kepala dan seluruh badan Ayana terasa sangat berat untuk melakukan hal itu.
Tidak ada hal lain lagi yang bisa ia lakukan, gumamnya dalam hati.
Ia berusaha untuk memberitahu mamanya dengan tangan yang tak begitu kuat mengetik beberapa pesan untuk di kirim ke mamanya.
“Sayang. Buka pintunya nak ! ini mama” Ayana berusaha untuk menjawab panggilan mamanya meskipun tidak begitu jelas kedengarannya.
Klik.
Pintu kamar pun terbuka dan mama masuk dengan raut wajah seperti biasanya ia tampilkan ketika Ayana sedang sakit. Mama langsung menghampiri Ayana yang sedang berbaring di tempat tidurnya.
“Ya ampun sayang, badan kamu panas sekali nak. Gimana ini? Tunggu sebentar!”
Mama kembali tidak dengan tangan kosong, bukan seorang mama namanya jika tidak melakukan tindakan cepat untuk anaknya. Tangan kanannya membawa kotak P3K sedangkan di tangan kiri sepertinya air dingin yang akan digunakan untuk menurunkan panas Yana. Setelah mengurus Yana, mama harus kembali ke perannya sebagai sorang istri yang melayani suaminya ketika hendak berangkat bekerja. Awalnya Yana ingin tetap pergi sekolah tapi ancaman dari papa dan Rio membuatnya terpaksa menghabiskan waktu untuk hari ini dirumah dengan segudang pikiran dan perasaan yang ada.
Yana meraih benda pipih di atas nakas, yah apalagi kalok bukan Hp, tujuannya untuk menghubungi Abira dan Aufa supaya nanti sehabis sekolah mereka ke rumah Yana. Karena pasti Yana akan merasa kesepian, mengingat hari ini adalah hari senin dan pasti Rio telat pulang karena jadwal latihan Teater ditambah lagi pemotretan untuk disign terbaru mama mereka di Butik.
Yana mengetik beberapa kata yang akan dia kirim ke group yang berisikan hanya tiga orang saja. Lima menit kemudian Aufa membalas chat dari Yana, namun jawaban dari Aufa rupanya tidak bersahabat karena selepas sekolah ia akan menemani sang Bunda berbelanja mingguan. Karena keluarga Aufa memiliki Restaurant di kawasan yang cukup ternama di kota Bandung. Satu-satunya harapan Yana adalah Abira, tapi makhluk yang ditunggu itu entah kenapa perginya tidak muncul sama sekali. padahal Yana sudah menunggu selama 1 jam lebih. Yana tergolong manusia yang sangat sensitive dalam hal menunggu, maka Yana memutuskan untuk menghunbungi Abira via telphone.
Tuuuuutt........... tuuuuuuuttt........
“Assalamu'alaikum wr wb. Abira”
“Wa'alaikumussalam wr wb. Iya Yan kenapa?”
“Hah kenapa? Ya ampun Bira jangan bodoh sekarang dong. Masak nggk tau sih, kan tadi udah aku kirim di gruop Abira”
“Group. Yang mana? Aku belum pernah buka group dari tadi Yana. Ya udah kasitau aja lagi sekarang”
“Bisa kerumah nggk sekarang, soalnya aku bosen dikamar terus. Mau keluar tapi bik Icem nggk ngasik gitu, nanti kita seru-seruan deh. Gimana?”
“Mmmm gimana ia cara jelasin nya? sebenarnya aku juga mau Yana tapi aku gk lagi dirumah. Tadi tiba-tiba aja papa suruh kita sekeluarga ke Depok soalnya besok kakek Mastur mau berangkat Haji dan kita se keluarga besar wajib ganterin beliau, kalok kagak bakalan di do'ain nggk dapet jodoh bagi yang jomblo. Kan serem juga yak”
KAMU SEDANG MEMBACA
Melupakan
FanfictionPenulis cantik yang mempunyai mimpi menjadi seorang Interior design ternama. Bukan hanya sukses di bidang yang ia harapkan, Melainkan mempunyai banyak bekal untuk menuju syurga-nya Allah. Dengan cara menyempurnakan sunnah Baginda Nabi salah satunya...