1. Ini Gadis Bukan Janda

119 18 1
                                    

Cewek berambut sebahu itu mendorong pintu atm dengan tatapan kosong, tangannya memeluk dompet biru muda yang tebal, bukan karena uang tapi karena struk-struk belanja.

"Udah?" Tanya cowok yang sedari tadi berdiri bersandar pada motor ninjanya.

"Gadis?" panggil cowok itu lagi, lengkap dengan lambaian tangan di depan wajah cewek bernama Gadis itu.

"Woi janda!" Kini cowok itu berteriak, membuat Gadis terperanjat, mata bulatnya kini menatap cowok yang bernama Hilal itu dengan tatapan sulit diartikan.

"Sekali lagi lo panggil gue Janda!" Gadis mengepalkan tangannya ke udara, mengancam sahabatnya yang memanggilnya dengan kata terlarang.

Hilal terkekeh geli, "Udah transfernya?" Tanya Hilal.
Gadis menggeleng lesu, Hilal mengernyit bingung, cewek itu tadi buru-buru menyeretnya, agar mengantarnya ke atm terdekat, tapi sekarang cewek itu malah menggeleng dan diam seribu bahasa.

Belum sempat Hilal bertanya ada apa dengan cewek itu, Gadis lebih dulu mengambil helm yang tadi ia letakan pada jok penumpang, dan segera memakainya.

"Ayo pulang," ucapnya.
Hilal tak berkata lagi, dia langsung naik ke motornya, mengikuti perintah Gadis untuk pulang, Gadis dibelakang punggung Hilal, berpikir keras tentang kemana semua uangnya pergi, sempat terpikir mungkin ada seseorang yang menghipnotisnya sehingga ia mentransfer uangnya ke rekening tertentu, tapi pikiran buruknya itu langsung lenyap tergantikan dengan bayangan dirinya yang berbelanja ke mall, keluar masuk ke atm untuk mentransfer uang baju, tas, sepatu, yang ia pesan online.

Gadis meringis, membayangkan betapa borosnya ia, sekarang uang bulanannya ludes, menyisakan struk-struk belanja, dan struk transfer yang menyesaki dompetnya.

"Lo gak papa?" Hilal bertanya, tapi suaranya tidak terdengar jelas oleh telinga Gadis karena lalu lintas yang ramai, dan karena Hilal melajukan motornya cukup kencang.

"Enggak, gue udah kenyang," jawab Gadis setengah berteriak, seolah Hilal berada sangat jauh darinya.

Sementara Hilal memutar bola matanya kesal, Gadis memang mendadak budek kalau diajak bicara diatas motor, makanya Hilal sebisa mungkin tidak akan memulai perbincangan dengan Gadis jika sedang berkendara, pernah suatu waktu, ketika berkendara Hilal sedang tidak berkata apa-apa tiba-tiba Gadis bersuara dibalik punggungnya, "Apa Lal? Lo gomong apa? Gue gak denger."

"Ha? Gue gak ngomong apa-apa kali."

"Ngapain mau ke kali?"

Hilal diam saja saat itu, karena malas ngajak ngomong orang budek, untung Gadis Cuma budeknya pas naik motor, kalau setiap hari dia begitu, pasti Hilal sudah tidak akan menganggap cewek itu sahabatnya.

***

Sore itu, Gadis lapar, tapi ia tidak tahu akan makan apa. Ia melirik dua buah mie instan dimejanya, kemudian menggeleng. Ia sudah makan me instan semalam, tidak baik untuk kesehatan, jika ia makan mie lagi.

Ia menarik bibirnya kebawah, ia ingin makan nasi. Karung beras kecil itu kosong sejak tiga hari lalu, dan sejak saat itu juga gadis tidak pernah memasak, ia memilih makan diluar. Saat ini Gadis benar-benar meruntuki keputusannya, mengapa ia tidak membeli beras saja dan memasak sendiri, itu akan lebih mengirit uangnya dari pada harus beli makan diluar.

Gadis mengambil ponselnya hendak menghubungi mamanya untuk meminta transfer uang, tapi tak jadi karena ingat bahwa uang dari mamanya baru seminggu lalu ditransfer, dan raib begitu saja.

Hm, jadi Gadis harus bagaimana, sebagai anak rantau, Gadis asli berdarah Jawa, kedua orang tuanya tinggal di Surabaya, ayahnya yang asli Surabaya, mamanya asli Solo. Surabaya dan Solo sama-sama pakai bahasa Jawa sih, tapi lebih halus bahasa Jawa di Solo, kalau Gadis lebih mirip ayahnya, ketika bicara suka ngegas. Gak bisa santai, sesantai mamanya.

Namanya Juga UsahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang