Langit Jakarta hari ini sangat cerah. Mengingat akan memasuki musim penghujan, biasanya cuaca matahari malu-malu memunculkan sinarnya. Paling tidak, jika cuaca memang mendung, matahari akan menampakkan diri hampir tengah hari. Hal itu membuat Gadis bersyukur, sebab pagi-pagi sekali Gadis sudah berdiam di kamar mandi untuk mencuci tumpukan bajunya.
"Selesai," Gadis berseru lega, setelah menaruh satu pakaian terakhir yang sudah ia peras. Dia berdiri merenggangkan punggungnya sebentar yang terasa pegal. Lalu mengangkat bak cuciannya.
Saat Gadis melewati deretan kamar didepan kamar mandi, Gadis mendapati seorang perempuan berbaju rapi didepan kamar nomer 11, tepat di samping kamarnya. Gadis menatap perempuan itu sambil bertanya dalam hati, pasalnya kamar kos itu sebelumnya tak berpenghuni.
Perempuan ber-blouse putih itu tersenyum saat mendapati Gadis berjalan mendekatinya, seperti tahu apa yang dipikirkan Gadis dia langsung berucap dengan senyuman, "Aku penghuni kos baru," ucapnya.
Gadis mengangguk-angguk balas tersenyum. Meski tampak lebih dewasa dari Gadis, cewek didepannya ini tetap bersikap sopan dan ramah.
Penghuni kos baru itu mengulurkan tangannya, Gadis buru-buru menaruh bak cuciannya lalu setelah mengelap tangan dia menjabat tangan perempuan itu.
"Rasti," ucapnya.
"Gadis," ucap Gadis, sejenak dia menyadari selain ramah Rasti juga cantik dengan mata sipitnya.
"Kamu di kamar mana?" Tanya Rasti.
Gadis langsung menunjuk kamar bernomor 12, "Pas sebelahan."
"Oh, kebetulan banget, semoga kita jadi tetangga yang baik," ucap Rasti.
Gadis mengangguk, Rasti benar-benar memiliki kepribadian yang bagus, sudah murah senyum, cantik pula. Gadis berkali-kali membatin.
"Ya udah aku duluan ya, mau berangkat kerja," ucap Rasti.
"Iya mbak," ucap Gadis, dia hanya mengikuti instingnya memangil Rasti dengan sebutan 'mbak', karena Rasti terlihat jauh lebih dewasa dari Gadis.
Setelah tersenyum pada Gadis, Rasti mulai melangkahkan kaki keluar dari area kos. Setelah itu, Gadis kembali meraih bak cuciannya, lalu berjalan miring karena beban cuciannya yang berat kearah rooftop untuk menjemur baju.
Saat menginjakkan kaki di lantai semen rooftop dia melihat sahabatnya Sabil sedang menjemur pakaian.
"Gak ke kampus? Katanya ada janji sama dosen pembimbing?" Tanya Sabil saat menyadari keberadaan Gadis seperti terlihat belum mandi.
Gadis mengangguk, menjatuhkan bak cuciannya lalu mengambil satu-persatu pakaian untuk dijemur, "Iya nanti jam sepuluh-an."
Sabil mengangguk-angguk, lalu meraih timba cuciannya dan mulai berjalan hendak turun, tapi baru beberapa langkah ia teringat sesuatu dan langsung berbalik, "Dis, sepatu pantofel gue belum kering, gue pinjem punya lo boleh nggak?" Tanya Sabil dengan tatapan memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Namanya Juga Usaha
ChickLitGadis adalah cewek yang menjadikan kata-kata Bob Sadino "Sekecil apapun usahamu kau tetaplah bos," sebagai prinsip hidupnya, namun prinsip itu patah karena ia tak memiliki modal untuk memulai usaha. Alhasil Gadis nekat jadi pengasuh anak, padahal ia...