SAS [0.02]

11.1K 476 44
                                    

"Perasaan. Tidak dapat di bohongi, juga tidak dapat di paksakan."
---

"MOMMY!! STEVE ANAK MU PULANG!!"

"MOMMY, YUHU-"

"Berisik bang berisik! Hobi banget sih teriak-teriak!" Seorang lelaki dengan usia yang berpaut dua tahun lebih muda dari Steve, turun dari tangga dengan tangan kanan yang sibuk memegang segelas orange juice.

CEDRIC STEVEN ARDANSYAH, adik dari seorang Steve serta putra kedua dari pasangan Kevan dan Vandra. Steven bersekolah di SMP yang tak jauh dari sekolah abangnya, Steve. Memiliki wajah tampan yang menurun dari sang ayah dan juga abangnya, membuat Steven sering di puji oleh siswi di sekolahnya. Bahkan, di usianya yang masih terbilang lebih muda dari Steve, Steven sudah memiliki kekasih. Sedangkan Steve? Lelaki itu masih setia dengan kesendirian nya.

"Mommy mana?" Tanya Steve to the point.

"Di atas lah, dimana lagi?" Steven menjawab pertanyaan sang-abang cuek. Ia melirik abangnya sekilas, kemudian mendudukkan bokongnya di sofa ruang tamu tersebut.

"Biasa aja nyet muka lo!" Karena gemas melihat wajah Steven yang memanyun, dengan usil Steve pun melempar bantal sofa hingga mengenai wajah adiknya.

"Abang sialan!"

Steve memutar bola matanya malas. Dengan langkah santai, ia berjalan menuju tangga meninggalkan Steven yang kini tengah menatapnya tajam, serta mengomel tak jelas.

Ketika langkah Steve melewati kamar Vandra--mommy nya, tanpa sengaja matanya menangkap pintu kamar tersebut terbuka sedikit. Ia memegang handle pintu itu, kemudian mendorong nya perlahan. Bak seorang penyusup, Steve memasukkan kepalanya lewat celah pintu tersebut, mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Vandra.

Mommy ngapain? Steve mengangkat satu alisnya bingung, menatap Vandra yang kini tengah duduk di tepi kasur dengan membelakanginya. Karena penasaran, ia pun berjalan masuk menghampiri Vandra.

"Mom?"

Vandra sontak menoleh. Ia tersenyum, menatap pemuda tampan yang kini tengah berjalan menghampiri nya.

"Ya sayang? Udah pulang?"

"Udah mom." Steve mencium punggung tangan Vandra, lalu ikut mendudukkan bokongnya di sampingnya.

"Mommy lagi ngapain?"

"Ah, engga. Mommy cuma lagi liatin album foto waktu mommy sama daddy SMA dulu, dan waktu kamu kecil dulu."

Steve beroh-ria. Sedetik kemudian ia tersenyum, lalu beranjak.

"Steve ke kamar dulu kalo gitu mom, gerah mau mandi."

Vandra tersenyum menanggapi ucapan putranya. Sebelum Steve keluar dari kamar, ia mencuri kecupan singkat pada pipi mommy nya itu.

"Dasar! Anak sama bapak gada beda nya!"

•••

Steve, Karel, Luis, dan juga Arian, malam ini tengah berkumpul di kediaman rumah Steve, dengan secangkir coklat hangat yang menemani ke empatnya. Mereka mengisi waktu luang dengan mengobrol, bercanda, serta sesekali mengusili satu sama lain.

STEVE and SHEENAZ (Akan Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang