SAS [0.12]

5.4K 275 20
                                    

"Cemburu tanda cinta kan? Lantas, jika saat ini aku sedang cemburu, apa itu berarti aku cinta sama kamu?"
---

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum."

Tok! Tok! Tok!

"Assalam-"

Ceklek!

Pintu rumah dengan warna hijau itu terbuka, menampilkan sang pemiliknya yang sudah memakai seragam sekolah SMA.

"Wa'alaikumsalam, maaf ya lama kak." Ujar Sheenaz, tersenyum merasa tak enak.

"Iya gapapa, yuk."

Sheenaz mengangguk. Mereka berdua pun berjalan menuju mobil sports putih milik Steve, yang terparkir diluar gerbang rumah Sheenaz.

Steve membukakan pintu samping kemudi untuk Sheenaz, dan disambut hangat oleh gadis itu. Setelah Sheenaz masuk dan pintu tertutup, Steve mengitari mobilnya, masuk lewat pintu kemudi. Setelah seat-belt Sheenaz dan dirinya terpasang, barulah Steve mulai melajukan mobilnya.

"Maaf ya kak ngerepotin, kakak jadi jemput aku segala." Cicit Sheenaz pelan.

Steve tersenyum, ia menatap Sheenaz sekilas.

"Ngerepotin apa sih? Malahan gue seneng kalo lo mau gue jemput kaya gini."

"Makasih kak." Sheenaz tersenyum menatap wajah Steve dari samping.

"Iya sayang."

Blush!

Pipi Sheenaz terasa panas. Bahkan, jantung nya pun seakan berhenti untuk berdetak. Astaga, apa ia tidak salah dengar akan ucapan lelaki ini?! Ah, tidak bisa di pungkiri, bahwa saat ini Sheenaz sedang baper!

Ya ampun, apa kak Steve ga salah bicara? Kenapa ya, kok akhir-akhir ini, aku sering banget gugup waktu bareng kak Steve?

"Hei? Kok diem? Kenapa?" Steve melambaikan tangannya didepan wajah Sheenaz, sambil mengangkat satu alisnya bingung. Hingga tatapan matanya terhenti, pada kedua pipi Sheenaz yang memerah. Astaga, jadi gadis ini blushing? Ah, Steve jadi tau apa penyebabnya!

"Oh--a--anu, maaf kak." Sheenaz segera mengalihkan pandangannya ke depan. Dan--betapa terkejut nya ia, ketika mengetahui bahwa dirinya dan juga Steve telah sampai di parkiran sekolah.

"Shee?"

"Ah, i--iya kak?"

"Pipi lo kok merah?" Tanya Steve, seraya tersenyum jahil pada Sheenaz.

Mampus! Sheenaz merutuki dirinya sendiri. Lagi dan lagi, pipinya terasa memanas. Ia malu. Sangat malu! Mengapa ia bisa tertangkap basah oleh lelaki itu? Ah, sungguh memalukan!

"Tenang aja, gue pasti akan tanggung jawab kok kalo lo baper sama ucapan gue."

"Ap--apa sih kak! Udah yuk tur-"

Tok! Tok!

Steve dan Sheenaz bersamaan menoleh kearah kaca samping Steve yang diketuk oleh seseorang.

Bricia? Steve mendesah dalam hati. Mengapa gadis itu lagi?

"Itu kak Bricia kak."

"Iya, yuk turun."

Sheenaz mengangguk pelan. Ia dan Steve pun sama-sama keluar dari dalam mobil.

"Pagi Steve!! Ya ampun, ganteng banget sih!" Bricia tersenyum lebar, dengan kedua tangan yang sudah menggandeng lengan Steve. Sedangkan Sheenaz yang melihat itu, hanya mampu menghela nafasnya pelan. Ia cemburu? Mungkin bisa dikatakan begitu.

STEVE and SHEENAZ (Akan Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang