10. Ngedate?

1.9K 82 8
                                        

Suram. Hari sial again untukku. Lagi-lagi terlambat. Ini semua karena mataku menolak untuk menutup hingga jam 2. Ditambah lagi jantungku yang terus deg-degan nggak karuan mengingat aku yang sudah mulai menyukai Rey.

Dengan wajah tenang, aku memasuki sekolah. Wajah tenangku mulai berubah, ketika melihat Rey.

Rey sudah berdiri di tempat biasa ia menertibkan siswa-siswi sekolah. Wajah tampannya selalu kaku. Benar-benar Ketua Osis yang profesional. Bibirnya mengukir sunggingan kecil, "Sini kamu," panggil Rey tegas.

Aku kaget nyaris tersedak ludahku sendiri, "Waduh," gumamku pelan.

"Lari 5 kali mengelilingi lapangan," perintah Rey.

Aku mencoba membujuk Rey dengan tatapan melasku. Tapi sepertinya nggak mempan buat Rey. Sikap profesionalnya sangat nggak menguntungkan buatku.

"Sekarang!" tegas Rey lagi.

"Hari ini aja please. Besok nggak lagi-lagi..." bujukku. Bahkan untuk pacarnya sendiri, ia tetap profesional, "ini semua gara-gara lo juga,"

Alisnya terangkat sebelah.

"Gue begadang kepikiran lo. Jantung gue nggak karuan," curhatku. Persetan dengan gengsi.

Rey tersenyum lebar. Ingat, lebar!

"Lo tega ngebiarin gue lari, terus kalo kaki gue potel gimana?" bujukku kembali, kali ini lebih memelas.

"Kakimu nggak akan potel cuma karena lari keliling lapangan," ucapnya enteng.

"Putus!" ucapku tiba-tiba. Rey menelan ludah kaget. Aku berteriak senang di dalam hatiku setelah melihat perubahan ekspresi Rey yang terlihat kaget.

"Kamu berani bilang begitu?" ucap Rey dengan sarkastik. Seringainya kian menakutkan.

"Haduh senjata makan tuan ini mah," gumamku.

Seringai Rey berubah menjadi senyum kecil, "Kenapa kamu beda sih?"

"Huh? Apanya?" kagetku. Aku melihat penampilanku, tapi nggak ada yang aneh.

"Kamu beda. Cuma kamu cewek yang nggak tertarik sama saya dan cuma kamu yang buat mood saya happy terus..." Aku melongo. "karena kalau saya liat kamu, bawaannya ingin senyum terus."

Blush!

Pipiku merah padam. Tubuhku panas seakan terbakar api cinta disetiap kata-kata yang Rey ucapkan.

"Ngomong apa sih lo? Sarapan apa lo tadi pagi?" ucapku kaku, sebenarnya aku tak kuasa menahan gejolak aneh didalam hatiku.

"Sarapan ayam kampus..." Rey tersenyum geli, "perasaan udara pagi ini sejuk banget, kok muka kamu merah?"

"Bodoh," Aku menunduk lemah sambil menahan senyumku.

"Satu lagi, cuma kamu yang bilang saya bodoh. Jelas nilai saya yang tertinggi dari siswa-siswi lain,"

"Paham sih yang pinter. Dedek yang oon ini bisa apa bang?" gurauku.

Rey tersenyum lebar lagi. Ganteng banget, serius.

"Lari 5 kali sana," suruh Rey.

"3 kali aja ya?" tawarku.

"6 kalo gitu,"

My Cool KetOsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang