BL~6

5 2 0
                                    

Pagi yang indah, bagaimana bisa dibilang indah. Dari kemarin mereka tidak tidur karena mereka bermalam di rumah kandita, kehidupan kandita sangatlah menyedihkan. Sewaktu mereka dirumah kandita mereka sering mendengar keributan disana.
Flashback<<<<<
“Dita, kemari ada yang ingin ayah bicarakan” terdengar teriakan dari lantai bawah rumah Kandita.
“bentar yah guys. Dipanggil ayah nih” karena penasaran Luna dan clara menggunakan sihir yang membuat mereka tak terlihat.
Nampak ayah kandita duduk bersama ibu tirinya serta kakak tirinya yang sedang makan sereal.
“ada apa ya yah?” tanya kandita yang hanya dibalas tatapan introgasinya dari sang ayah. Tak lama kemudian fanya angkat bicara.
“ayah aja mah yang hukum, kalau fanya mah gak berani” dasar ratu drama biasanya juga dia sering nyiksa Dita. Gumam Clara.
“hukum. Hukum atas apa ya yah?” tanya Kandita.
Plakkkk….
Ayahnya menampar kandita.
“kamu ya mata kamu mulai kemana mana, kamu tahukan dengan begitu hubungan kakakmu dengan kekasihnya bisa kandas begitu saja, kenapa kau menjadi penggoda, apa perlu ayah bilang kamu jalang, huh” kenapa ayahnya jahat sekali. Gumam luna yang melihat Kandita menahan air mata.
“kenapa mau nangis, sadar kamu apa yang kamu lakukan, saya gak ngerti saya salah apa sampai kamu tega membenci kami berdua, kami bisa saja pergi dari sini kalau itu yang kamu inginkan” ucap Induk ratu drama itu.
“maaf ya yah, kandita sama sekali gak pernah ngelakuin hal buruk apalagi sampai melakukan hal serendah itu, apa ayah yakin kalau kandita melakukan hal itu?” kandita menatap ayahnya dengan tersenyum miris. Miris dengan kehidupannya.
Plak…
Tamparan kedua.
“kamu dasar anak pembangkang, tanpa ayah juga kamu bukan apa apa” bentak ayahnya.
Kini kandita sadar, ayahnya sudah tak peduli lagi dengannya, ia pun mengangkat kepalanya dan menatap ayahnya dengan senyum sakunya.
“baik, akan kandita buktikan kalau kandita bisa hidup tanpa ayah” kandita berbalik kini ia mendapat tarikan dari kakak tirinya.
“hei, kamu bukannya minta maaf, kakak bisa kok maafin kamu gak perlu bertengkar dengan ayah juga.”ucap fanya dengan penuh kepalsuan. Untuk menarik citra sang ayah sebagai putrid yang baik hati.
“lagi pula, aku minta maaf untuk apa. Gak salah juga. Sudah cukup kalian menyudutkanku. kali ini aku tak bisa tinggal diam, aku akan pergi besok pagi dari neraka ini, aku benci kalian beranggapan kalau kalianlah korbannya” kali ini kandita pergi kekamarnya tanpa hambatan apapun. Ia yakin pergi ketika ia ingat tawaran clara dulu untuk tinggal bersamanya. Ia pun kekamar untuk menemui clara dan luna.
“clara, tawaran kamu masih berlaku gak. Aku mau tinggal sama kamu. Aku tahu rumah kamu sudah disita. Dan dimanapun itu aku akan tetap tinggal sama kamu” pinta Kandita.
“rumahku memang gak ada, tapi rumah kakakku masih ada, rumahnya sangat besar loh, jadi gak perlu khawatir” jelas clara ia tahu sosok Luna seperti apa ia pasti tidak keberatan.
“kamu tidurnya sama clara ya, biar gak boros kamar mana tahu ada orang yang mau dibawa clara lagi” seolah menyindir clara hanya tertawa.
“kakak baik banget sihhh” ucap clara dengan puppy eyes nya.
“gak usah gitu jijik” kekesalan luna dijadikan bahan tertawa bagi mereka.
“yaudah hari ini gak usah tidur, packing barang kamu aja” perintah Clara dan luna setuju. Dulu, ia sangat benci tidur. Setelah ia tahu kalau sering bergadang bisa membuat penuaan dini, maka ia sangat takut.
“kalian aja berdua, aku mau tidur” mereka mengangguk dan luna mencoba menutup matanya namun tak bisa, jadilah ia tak bisa tidur dan terpaksa ikut sibuk bersama mereka.
“ini semuanya dibawa” tanya clara meyakinkan.
“untuk apa punya sihir kalau gak di pakek, ra”  ucap kandita.
“ oh iya, kamu hutang penjelasan sama aku ya” belum sempat kandita menjawab sudah ada panggilan saja dari bawah.
“dita…” ia yakin kali ini pasti ayahnya. Ia pun pergi kebawah lagi kali ini sudah jam 2 dini hari.
“kamu masih dendam dengan mereka” tanya ayahnya.
“aku gak pernah dendam kok yah” jawab Kandita. Ia pikir ayahnya akan menahannya untuk tidak pergi.
“ini buktinya, apa maksud kamu gosongi baju baju Fanya hah!!!!” bentak ayahnya.
“padahal itu baju untuk fanya meeting di kantor besok, udahlah yah..fanya bisa beli lagi, fanya masih ada tabungan kok” masih seperti tadi clara dan luna menggunakan sihir tidak terlihat mereka menyaksikan hal itu. Fanya benar benar licik…
“gak bisa gitu, semua yang kita lakukan harus ada tanggung jawabnya. Sekarang ayah sudah yakin kalau membiarkan kamu pergi dari rumah ini adalah hal yang terbaik, sampai kamu mau intropeksi diri kamu”
“apakah ayah benar benar tidak ingin penjelasan dari kandita?”
“oke, kandita akan pergi. Kandita tidak perlu intropeksi diri ataupun kembali kerumah ini, toh kandita tak pernah salah. Walau menggosongkan baju kak fanya adalah ketidak sengajaan. Maka aku akan minta maaf atas hal itu, tapi yang lain tidak. Karena kandita tidak pernah merasa bersalah, kalau mendiang ibu tau ini pasti ibu akan sedih melihat kelakuan ayanya terhadap putrid kandungnya sendiri” kini kandita berbicara panjang lebar. Ia sudah sering berkata hal ini namun kali ini ia serius kecuali ayahnya lah yang meminta maaf padanya.
“DASAR KAU TAK TAHU DIUNTUNG”
PLAKKKKK….
Dalam sehari terhitung tiga kali ayahnya menampar kandita, kali ini kandita tak pernah menyangka kalau ia ditampar sampai terduduk seperti ini.
Kandita tertawa…
Membuat emosi ayahnya meledak ledak, sementara induk ular itu tersenyum puas.
“jadi seperti ini ayahku sekarang..hahaha” 
“aku pergi kekamar dulu ingin mencari kata kata apa lagi” ucap kandita yang langsung pergi.
“anak itu” ucap ayah kandita yang sedang ditenangkan kedua orang itu. Yah..maklum lagi drama. Clara menghampiri Kandita yang sedang menangis, clara dan luna heran kandita menangis tapi terkadang tertawa.
“kamu gak gila kan” ucap clara menempelkan telapak tangannya pada dahi kandita, membuat kandita menjadi sangat menangis…
Ia menangis merutuki hidupnya yang buruk, kali ini ia mulai gila dengan yakin akan bertemu dengan ibunya.
“lihat saja, akan kubawakan ibu dihadapan kalian” tak peduli ada clara dan luna, kandita berbicara seolah tidak ada mereka.
“aku mohon, kalian bantu aku sampai menemukan ibuku, aku yakin aku bisa menemukan ibuku, karena kita adalah penyihir, dan ibuku juga penyihir” ucap kandita.

“kami akan membantumu, tapi bukankah ibumu dikubur” tanya clara.
“ibuku berkata, nantikan saja ada waktunya, kalian belum tahu saja ayahku menjalin kasih dengan ibu tiriku padahal ibuku masih hidup, itu terjadi sejak aku masih kelas 5 SD, sampai ibuku tiada pada saat aku smp kelas 2, belum sampai tanah kubur ibu mengering, ia langsung menikah saja. Walaupun aku yakin ibuku tak ada di kubur itu, ia hanya pergi memenuhi janjinya sebagai penyihir, ia tak ingin ketahuan jadi ia membuat mayat palsu yang mirip dengan dirinya, namun sejak saat itu aku tak pernah menemuinya lagi hingga umurku yang sekarang ini” jelas kandita panjang lebar.
“berarti kita akan berpetualang bersama, kami mencari paman jack, kau mencari ibumu. Nanti akan kami jelaskan dirumah ku, oke. Jadi jangan bersedih kita akan bersenang senang ingat itu, dan jangan beranggapan kalau kau merepotkan. Mereka bisa saja senang sekarang, tapi tak akan selamanya bukan” ucap luna lalu mereka pun tertawa bersama sama. Tertawa layaknya penyihir tua.
Flashback off..
Sekarang kandita akan berpamitan, tentu masih merahasiakan identitas Luna dan Clara.
“kandita pamit yah, jaga kesehatan ya. Karena kalau ayah sakit bukan kandita yang rawat” Seolah tidak peduli dengan keberadaan dua orang itu, ia pergi begitu saja.
Dengan sihirnya ia mengetahui posisi clara dan luna sekarang, jadi ia menuju ke posisi itu.
“akhirnya”

1166 words
Asyera
jambi

Believer-MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang