BL:3

47 23 3
                                    


Pagi yang cerah untuk keluarga Yantono. Sekarang mereka terlihat senang karena baru saja Luna mengembalikan semua aset berharga kepada mereka, sehingga mereka tinggal mengurus dan melakukan perbaikan kecil pada perusahaan mereka.
"

Tapi bapak sama ibu tetap tinggal sini ya, saya takut sendirian. Ada setan gentayangan sama cekikikan kunti" ucap Luna membuat mereka tertawa.
"Takut sama hantu, kakakkan penyihir" ucap Clara yang langsung mendapat pelototan dari Luna dan langsung tersadar akan ucapannya.
"eh...jangan marah, penyihir hati lohh. Ngapain takut paling hantunya jatuh hati dengan kak Luna, hahaha" tawa Clara garing diikuti Luna.
Luna bernafas lega, kini ia kurang yakin apakah ia akan aman mengingat Clara yang berbicara ceplas ceplos. Kini Clara menatapnya dengan pandangan meminta maaf dan hanya dibalas dengan dengusan kesal Luna.
"kak jalan jalan yok"
"kemana, kafe kemaren?" tanya Luna.
" emang kakak gak bosen disitu?" tanya Clara, Luna mengangguk ia sangat benci kafe itu karena wanita sombong kemarin.
"ke perusahaan aja" Tanpa persetujuan Luna langsung menariknya menjauh dari ruang keluarga, kemudian mereka melakukan teleportasi dan mereka langsung sampai di perusahaan dengan mendarat di semak semak.
"kak, baju kita masih baju tidur" ucap Clara khawatir.
"santai sate, akanku sihir kita memakai baju formal penuh wibawa" dengan sekali hentakan, pakaian mereka sudah berubah saja. Clara mengacungkan jempol nya karena yang dilakukan Luna sangat keren. Namun Luna terlihat biasa saja karena ia sudah biasa melakukan di dunianya.
Tiba tiba mereka melihat sosok Rans bersama sabel. Lagi.
"Anyong, guten morgen. Apa kabar kalian semoga baik ya. Wah...kalau kalian menikah undang kami ya, gak sabar punya ponakan imut lucu" ucap Luna kali ini Clara setuju. Mereka hanya terdiam dan melanjutkan perjalan mereka.
"Mereka lucu ya sekarang. Gak berani ngelawan, pasalnya kita pemilik perusahaan ini sekarang, akhirnya kewibawaan mereka berkurang walau pakai baju formal begitu" Luna berbicara keras, sengaja supaya mereka dengar.
Mereka pun masuk ke ruang meeting yang sedang diadakan. Clara dan Luna tinggal menyimak saja.

"Baik, tanpa kita duga bapak Yantono sudah memiliki perusahaan ini, Bapak Yantono tidak datang hari ini, namun diwakilkan oleh putrinya, putrinya jarang muncul diawak media, sehingga saya rasa ia perlu memperkenalkan diri untk jalinan kerja sama kali ini sebelum mengemukakan idenya" ucap asisten Bapak Yantono mempersilahkan Clara. Clara pun maju dan memperkenalkan diri.
" Selamat pagi semuanya, perkenalkan saya Clara Felonia. Saya mewakilkan ayah saya, untuk menghadiri pertemuan ini, saya harap bapak dan ibu yang ada disini bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan kami, demikian perkenalannya. Saya akan lanjutkan dengan ide ide pembangunan kali ini, saya ingin membuat apartemen yang luas dan sudah tersedia tidak jauh dari disini, tanahnya sudah tersedia hanya membutuhkan kerja sama kita dalam proses pembangunan, apartemen ini ada di tengah kota, namun tenang saja kita akan membuat mereka seakan berada di pegunungan. Setelah itu kita akan menyisihkan dana untuk pembagunan panti sosial, kita akan memperkerjakan orang untuk merawat mereka, apakah ada yang mau bertanya?" ucap Clara.
"kami rasa kerja sama dengan perusahaan kalian sangat bagus, jadi kali ini tidak ada sanggahan, mari kami akan langsung tanda tangani kontraknya" Clara sangat senang karena usulnya diterima. Kali ini ia yang akan mengurus perusahaan, ayah dan ibunya bersantai saja di rumah menikmati hari tua mereka.
"wah...hebat bos kita" puji Luna setelah meeting selesai.
"iya dong" ucap Clara bangga, mereka tertawa hingga tak sadar kalau ada yang memperhatikan mereka.
"hmmm...Clara, menarik. Mungkin aku harus coba mendekati dia" ucap pria asing yang menatap mereka dari mobil.
"kau mau menargetkan dia, apakau tak bosan menjadi lady killer, perhatikan targetmu sekarang adalah seorang CEO, setara denganmu. Kau tahu apa artinya itu, dia memiliki harga diri yang tinggi pastinya" ucap teman pria asing itu.
"sudahlah, kau tidak dengar perkataanku, mencoba men..coba. Apa kau tak mengerti" ucap pria itu kesal dengan pernyataan temannya itu.

~^

"Rans, kenapa kau ada disini, mana Sabel?" ucap Clara sembari mencari sosok Luna.
"kita harus bicara, mumpung kakakmu tak ada disini" pinta Rans sambil wanti wanti dengan kedatangan Luna.
"aku mohon, maafkan aku. Aku dan sabel hanya berteman tak lebih, apa kau memutuskan hubungan kita" ucap Rans lagi menggenggam tangan Clara. Luna yang melihat itu sangat marah. Tentu ia mendengar semua yang mereka bicarakan, tadi dia hanya ingin mengerjai Clara dengan sihir Luna, Luna pun muncul dibelakang Rans setelah yakin tidak ada yang akan melihatnya.
" Apa-apaan kau ini, kau pikir adikku ini wanita murahan. Dia itu mahal keles, gak liat kayanya gak ketulungan. Emang kau tak ingat siapa yang menghina dia, kemana saja kau waktu Clara sakit, pacaran dengan mbak Sabel yang bikin sebel, bibir monyong kayak paruh bebek, udah makin mapan Clarakan makanya minta balikan, dasar cowok tekepret, makan tuh pipet" Clara heran apakah Luna ini tidak butuh oksigen untuk bernafas, bicaranya sangat lancar bak kereta api.
"Hal ini urusan kami berdua, kenapa kau ikut campur" ucap Rans dengan nada bicara yang tinggi.
"hai diakan adikku, kau hanya orang asing yang lagi mengemis cinta, sepertinya bukan cinta, kau hanya melihat dia kaya makanya kau ingin pacaran dengannya" ucap Luna santai sembari menyilangkan kedua tangannya di dada lalu membuang permen karet yang dikunyahnya.
"Maaf Rans, kak luna benar. Kita tak bisa bersama aku sudah memiliki calon" ucap Clara membual, Luna tertawa dalam hati. Ini manusiakan jomblo. Rans langsung pergi dengan kecewa, kapan lagi bisa pacaran dengan cewek kaya seperti Clara, sekarang ia menyesal telah membuang Clara. Dia akan berusaha mengambil hati Clara kembali, kali ini tidak boleh gagal. Rans pun langsung pergi meninggalkan mereka sambil berpikir rencana apa yang akan dia buat.
"Mana calonmu?" tanya Luna tertawa.
"Aissshhh...itu cuman bercanda tau" ucap Clara menyipitkan matanya.
"haiyaiya, ku percaya pada kau" nyanyi Luna dengan nada ciptaannya dengan cempreng dibuat buat.
"Emang kak Luna punya?" tanya Clara tertawa membalas, seketika raut wajah luna cemberut.
"Ada di Axveda, tapi cuman gebetan, doi gak peka peka sih. Padahal 'ku udah kode kode manjah, tetep aja dia cuek. Mungkin ada lain kali" ucap Luna sedih, yang dikatakan Luna memang kenyataan, Luna menyukainya dari umur 10 tahun sampai umurnya 28 tahun, tapi doi tetap gak ngelirik, malahan pacaran sama penyihir lain membuat Luna sedih, melihat gebetannya yang berambut biru muda bercampur silver, memiliki ilmu sihir yang kuat, jenius, tampan hingga banyak wanita penyihir di axveda mengidolakan doi nya yang bernama Anthura. Seketika luna menjadi diam selama perjalanan mereka pulang.
"Kok diam aja sih kak, gak seru" ucap clara sambil memainkan jarinya, tiba tiba Clara mengeluarkan listrik dan terkejut.
"kak, ini kok ada listrik di tangan aku" Luna pun menengok Clara dan mengangguk paham.
"yah...kekuatannya sudah matang deh di kamu, tapi hati hati makek nya jangan sampai ketahuan" ucap Luna melihat Clara masih menggosok jari telunjuk pada jempol membuat sedikit cahaya.
"kamu mau lihat gak wajah Anthura bagaimana?" tawar Luna.
"Mau dong, pria seperti apa dia sampai membuat kakakku ini jatuh hati setelah sekian lama" ucap Clara menahan tawa membuat Luna kesal setengah hati.
~~~

Telah direvisi, kalau ada typo mari kita revisikan lagi
Sabtu, 28 mei 2019
Jambi
@purplberrye
Search on instagram

Believer-MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang