Adeeva suka hujan. Kecuali hujan di pagi hari. Apalagi hujan di Hari Senin Pagi. Adeeva benar-benar se-tidak suka itu.
"Bareng gue aja." Ucap Reza saat dia baru selesai mengikat tali sepatunya.
"Ada mantel?" Reza menggeleng.
"Pakek mobil."
"Sama Pak Banu?"
"Pak Banu udah nganterin Mama ke toko."
"Nggak deh, ojol aja gue, nanti macet kalau naik mobil." Jawab Adeeva yang masih terus mencoba memesan ojek online di ponselnya.
"Kalo ujan kan susah, sama gue aja, mending telat dikit daripada telat banget." Ucap Reza lagi yang kemudian di setujui oleh Adeeva setelah 9 kali ditolak oleh aplikasi hijau itu.
Memang benar jika kondisi hujan, aplikasi hijau itu akan beralasan bahwa pengemudi mereka sedang sibuk-sibuknya. Padahal Si Pemesan juga sedang butuh-butuhnya.
Dan pada akhirnya Adeeva terlambat, lagi. Mungkin Adeeva akan merasa lebih bersyukur jika yang mendampingi praktikum untuk kelasnya hari ini adalah Aksa, laki-laki itu lebih bisa di nego dari pada Pak Farhan yang sekarang tengah manatap tajam ke arahnya.
"Kenapa terlambat?"
"Maaf Pak, tadi macet." Adeeva tidak berbohong, ada kecelakaan yang membuat macet parah di jalan tadi.
"Lain kali jangan di ulangi ya, kamu tidak memikirkan teman-teman kamu yang harus menunggu kamu sampai akhirnya telat pretest?" Adeeva mengedarkan pandangannya ke arah teman-temannya, beberapa ada yang menunduk, fokus menulis. Beberapa juga ada yang menatap ke arahnya iba. Adeeva menundukkan pandangannnya kemudian mengangguk.
"Saya minta maaf Pak."
"Baik, kamu boleh mengikuti praktikum, tapi tidak untuk pretest kali ini." Ucap Pak Farhan final.
Setelah melaksanakan praktikum yang dirasa berlangsung lebih horror dari biasanya, Adeeva masih harus menyelesaikan urusannya dengan Pak Farhan sehingga menjadi orang yang keluar paling akhir dari lab.
"Di apain sama Pak Farhan?" Tanya Arika sambil mensejajarkan langkahnya dengan Adeeva yang berjalan gontai.
"Di nasehatin."
"Lo juga sih, parah, masa sampe telat tiga puluh menit itu gimana ceritanya? Tadi kita sempet nungguin lo, terus Pak Farhan kayaknya mood-nya lagi jelek gitu, jadi nyuruh kita ninggal aja." Jelas Arika saat mereka berjalan menuruni tangga.
Adeeva tidak menjawab pertanyaan Arika, fokusnya teralihkan saat mereka berpapasan dengan Aksa. Laki-laki itu melempar senyum ke arah Adeeva yang dibalasnya dengan tak acuh, perempuan itu bahkan mengalihkan pandangannya begitu mata mereka bertemu.
Aksa mengikuti arah pergi Adeeva hingga benar-benar keluar dari gedung, tatapannya kemudian beralih pada Arika yang masih bengong menatap kepergian sahabatnya itu.
"Kenapa?" Tanya Aksa, Arika mengalihkan pandangannya lalu tersenyum kikuk ke arah Aksa.
"Mood-nya lagi jelek Pak, biasa, perempuan." Jawab Arika asal karena sebenarnya dia tidak tau Adeeva memang PMS atau tidak.
"Saya permisi Pak." Ucap Arika lalu berjalan menyusul Adeeva yang telah jauh keluar dari gedung.
"Lo marahan sama Pak Aksa ya?" Tanya Arika sesaat setelah mereka mendudukkan tubuh di perpustakaan. Adeeva diam, perempuan itu memilih fokus pada buku yang tadi diambilnya acak di rak.
"Lo kenapa sih? Biasanya kalo telat juga biasa aja." Tanya Arika lagi lalu mulai membuka ponselnya.
"Menurut lo itu orang ngerjain gue nggak sih?" Tanya Adeeva tiba-tiba yang menghentikan kegiatan Arika.
![](https://img.wattpad.com/cover/170119835-288-k351343.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Iya, Pak! [available at bookstores]
Ficção AdolescentePertemuan kita biasa saja, tapi ada rasa yang tak biasa. *** "Nanti selesai kelas kamu ke ruangan saya!" "Iya, Pak." "Jangan telat, langsung selesai kelas ke ruangan saya." "Iya, Pak." "Jangan lupa Adeeva, nanti selesai kelas ke ruangan saya." "Iya...