23. Shy Shy Shy

86.9K 7.7K 278
                                    

Adeeva bukan tipe orang yang tertarik dengan pergantian hari, bulan maupun tahun, termasuk sekarang, dia mungkin tidak sadar kalau sekarang sudah bulan November akhir, jika saja Arika tidak mengingatkan perihal ulang tahun Reza di bulan Desember nanti.

"Lo mau kasih dia apa sih? Ribet banget." Ucap Adeeva pada Arika, kini mereka tengah berada di sebuah toko di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota.

"Apa ya kira-kira? Sepatu? Sepatu dia udah banyak, Baju? Celana?" Tanya Arika lebih pada diri sendiri.

"Gue curiga, jangan-jangan Reza itu sebenarnya Adik lo, terus ada konspirasi sedemikian rupa sampai dia bisa jadi Adik gue. Atau jangan-jangan ... lo suka sama Adik gue?" Arika menoyor kepala Adeeva.

"Ih, mau uas ini! Nanti kalo ilmu gue satu semester rontok semua gimana?"

"Gimana mau rontok kalo nggak ada isinya." Adeeva mendecih lalu berjalan random, masuk ke sebuah toko alat musik.

"Eh, Reza bisa main gitar nggak sih?" Tanya Arika, Adeeva mengendikkan bahunya.

"Bisa kayaknya ya." Jawab Arika sendiri.

"Lo mau beliin dia gitar?" Arika mengangguk.

"Ih, mahal kan, gausah ah! Beli yang pas di kantong mahasiswa aja Ka, modelan kayak Reza nggak usah bagus-bagus kadonya, lagian beberapa bulan lalu kan lo udah kasih dia hadiah." Ucap Adeeva yang duduk manis di sofa toko.

"Bukan hadiah si itu sebenarnya, oleh-oleh dari Mama sama Papa aja, terus gue keinget dia deh."

"Inget dia tapi nggak inget gue. Jangan-jang-" Belum selesai Adeeva meneruskan kalimatnya, Arika menyela.

"Jangan-jangan apa! Nggak usah halu! Drama!" Ucap Arika yang membuat Adeeva menatapnya datar.

"Terus gimana ini?" 

"Pindah toko lain."

"Okedeh, iya juga sih, nanti tiba-tiba kalo dia nggak bisa main gitar kan mubazir. Lo nggak pernah liat dia main gitar emang?" Adeeva menggeleng.

"Kalau main basket itu ada sepatu khusus gitu nggak sih?" Tanya Arika saat mereka sudah berada di toko sepatu.

"Mana gue tau."

"Kalau gitu sepatu biasa aja deh." Adeeva menaikkan sebelah alisnya, seolah berkata 'Terserah.'

"Lo kasih kado dia apa emang?" Tanya Arika saat mereka baru saja keluar dari toko sepatu.

"Kolor." Arika mendengus.

"Eh, gue laper, makan dulu deh." Arika mengangguk, mereka kemudian berjalan menuju food court yang berada di lantai lima mall.

"Eh, gue pengen bubur ayam kantin masa." Ucap Adeeva ketika mereka baru duduk di kursi.

"Gak jelas." Jawab Arika sambil meletakkan tasnya, dia kemudian berjalan untuk memesan nasi goreng pesanan Adeeva dan makanan Jepang seperti Sushi dan kawan-kawaannya untuk dirinya sendiri.

"Aneh lo, ke mall, walaupun nggak beli apa-apa seenggaknya beli makanan yang nggak ada di rumah kek, nasi goreng, bikin sendiri juga bisa." Ucap Arika sambil meletakkan nasi goreng pesanan Adeeva ke meja.

"Tanggal tua, lo nggak tau dompet gue udah mangap-mangap?" Jawab Adeeva lalu mulai memakan nasi gorengnya.

Setelah beberapa menit duduk dan menikmati makanan mereka masing-masing, Adeeva yang sebelumnya fokus dengan ponsel di tangannya dibuat terkejut karena Arika tiba-tiba berpindah duduk di sebelahnya.

Adeeva menolehkan kepalanya pada Arika, ingin menanyakan alasan Arika. Tapi gadis itu diam mematung dan mengangkat jari telunjuknya menuju bibir, menyuruh Adeeva diam.

Iya, Pak! [available at bookstores]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang