Part 6

5.2K 663 73
                                    

Widuri baru saja sampai di rumah sore itu sepulang kerja. Romo dan ibunya dua hari pergi ke luar kota untuk suatu urusan. Setelah mandi, ponselnya bergetar. Tertulis nama Mikayla sedang memanggil di sana.

"Halo, Mika, Sayang, apa kabar?"

"___"

"Oh, maaf."

"____"

"Baik, saya segera ke sana, tapi apa sudah Mika suda minum obat?"

"____"

"Baik, saya ke sana."

Bergegas Widuri menaiki motor menuju rumah Panji. Senja mulai merangkak malam saat gadis itu tiba. Pelan dia mengetuk pagar, nampak Mbok Ratri tergopoh keluar dan membuka pagar.

"Mika?"

"Mika demam, Mbak, dia panggil nama Mbak Widuri terus," jelas perempuan bertubuh subur itu. Mereka berdua segera masuk ke rumah. Di kamar Mika, nampak Panji sedang resah mengusap kening putrinya

Melihat Widuri datang, lelaki itu beranjak dari duduk. Tanpa kalimat apapun, hanya dengan isyarat dia mempersilahkan Widuri menggantikan posisinya.

"Mbok, saya ke kamar dulu, bilang ke saya jika Mika hendak dibawa ke dokter lagi," ujarnya datar seraya melangkah keluar setelah Mbok Ratri mengangguk.

Langkahnya terhenti sejenak, Panji memutar badan menghadap Widuri. Sekilas matanya menatap.

"Thanks, sudah mau datang," ujarnya berlalu menuju kamar.

***

Malam menjelang, Panji melirik jam dinding menunjukkan pukul 24.00 WIB. Perutnya minta diisi, saat makan malam tadi dia menolak tawaran Mbok Ratri. Da hanya bertanya soal Mika, gadis kecil itu nampaknya ingin berada di dekat Widuri. Sebab dari keterangan yang dia dari Mbok Ratri, Mika sudah tidak lagi demam, suhu tubuhnya kembali stabil. Mendengar itu, Panji bahagia.

Lelaki itu keluar kamar, dengan memakai t-shirt pas di badan, dan celana boxer dia melangkah ke dapur. Sejenak dia mematung membuka kulkas. Ada sayur dan udang juga beberapa potong pizza yang dibelinya siang tadi. Malas dia mengeluarkan pizza dari kulkas dan menghangatkannya di microwave. Tak lama menunggu, pizza sudah kembali hangat. Panji menuangkan juice mangga instan ke gelas. Lelaki itu menikmatinya di sofa depan televisi, sambil menikmati film tengah malam.

Dia hanya melirik ketika melihat Widuri tengah membuka kulkas, rupanya gadis itu kehausan. Panji tak memberi respon apapun. Tetapi teriakan panik Widuri membuatnya beranjak dari duduk, dan menghampiri ke dapur.

"Kenapa?" tanyanya dingin melihat Widuri tangannya berdarah. Sementara gelas berisi air telah pecah berserak di lantai.

"Maaf, barusan ada kecoa, saya takut," ujarnya sambil meringis menahan perih. Panji mengusap wajahnya, dia melangkah menuju kotak p3k dan mengambil obat untuk gadis itu.

"Ini! Cepat diobati, biar aku yang membereskan!" perintahnya tanpa expresi.

Tanpa membantah, ia mengambil obat dari tangan Panji, setelah mengucap terima kasih, gadis itu berlalu kembali ke kamar.

Tak lama setelah selesai membersihkan pecahan gelas yang berserakan, Panji mengambil gelas lain yang diisi air, kemudian ke kamar gadis itu.

Dia mengetuk pintu, Widuri pelan membuka, ada keraguan saat melihat Panji memberinya segelas air minum.

"Minum lah! Kamu belum sempat minum kan tadi?"

Belum sempat Widuri mengucapkan terima kasih, Panji telah memunggunginya, pergi.

Perempuan Kedua- Selengkapnya Di KBM AppTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang