Part 7

5.1K 667 81
                                    

Hai dear ...,cerita ini menarik nggak sih? Wkwkw😅
Jawab di komentar ya, btw cuss baca deh
Happy reading guys 💖

💞💞💞

"Aunty mau terima telepon dulu ya," pamitnya pada Mika seraya beranjak dari duduk menuju ke teras rumah.

Sedangkan Panji melihat gerak-gerik gadis itu sambil sesekali sibuk dengan laptopnya.

***

Sejak Widuri tinggal di rumah Panji, Mika menjadi lebih ceria dari biasanya. Gadis kecil itu hampir tak pernah lagi mengganggu Panji jika sedang fokus pada sejumlah pekerjaan.

Nah, Panji tetaplah Panji. Lelaki dingin yang sulit di mengerti.

"Aunty, papa demam!"

Widuri yang saat itu baru saja tiba dari tempat kerja, sedikit terkejut.

"Mulai kapan demamnya?"

Mika menggeleng, tapi jelas di wajahnya tersirat rasa sedih.

"Aunty bisa suruh papa minum obat 'kan?"

Widuri mengangguk, tersenyum. Setelah menukar baju, Widuri membuat sup dan minuman hangat untuk Panji. Tak lupa obat untuknya.

"Mika, ayo ke kamar papa," Widuri membawa nampan berisi makanan yang di buatnya tadi. Mereka berdua menuju kamar Panji.

"Papa, ayo bangun, papa makan dulu. Aunty Widuri bikinin sup buat papa, biar bisa langsung minum obat." Mika menguncang tubuh Panji. Mendengar suara putrinya, pria itu membuka mata.

"Mika, papa nggak apa-apa kok. Papa cuma kurang istirahat aja."

"Mbok Ratri bilang Papa demam," tukas Mika.

"Maaf, Mas ... ini ada sup juga minuman hangat, biar kondisi Mas pulih. Ada juga obat yang bisa diminum setelah makan," sela Widuri meletakkan nampan di nakas.

Panji diam tak menanggapi.

"Papa!"

"Iya?"

"Apa perlu Mika suapin supaya Papa makan?" Wajah Mika mencebik lucu. Panji tertawa kecil mengusap kepala putrinya.

"Nanti papa makan, Sayang."

Mata gadis kecil itu membeliak lucu, seolah mendapatkan ide supaya sang papa mau makan.

"Aunty, suapin Papa! Supaya Papa mau langsung makan," ujarnya menatap Widuri.

Mendengar permintaan Mika kedua orang dewasa itu sama-sama terperanjat.

"Mika, ini sudah jam delapan kan? Waktunya Mika tidur." Panji mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Papa, Mika mau tidur kalau Papa sudah makan," ujarnya menggeleng.

"Oke, papa makan." Cepat Panji mengambil sup kemudian menikmatinya.

Mika tersenyum puas.

"Papa belum bilang terima kasih ke Aunty."

Sekilas mata Panji dan Widuri berserobok.

"Makasih," ucap Panji singkat.

***

Menjelang dini hari demam Panji kembali meninggi. Widuri baru saja menyelesaikan pekerjaan untuk bahan ajar besok. Rasa haus membuatnya keluar kamar.

Langkahnya terhenti saat melewati kamar Panji. Pintu kamar lelaki itu terbuka. Melihat Panji meringkuk bergelung selimut, Widuri merasa ada yang tidak beres pada Papa Mika itu. Dengan segenap keberanian, dia masuk ke kamar Panji.

Perempuan Kedua- Selengkapnya Di KBM AppTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang