9. Hari-Hari Yang Lain

0 0 0
                                    

SEPERTI keresahanmu beberapa waktu yang lalu. Kegamangan yang kau gambarkan sendiri dalam pikiranmu saat itu. Dia benar-benar bertranspormasi menjadi satu sosok yang lain. Jauh dari kebanggaan dan keinginanmu. Yoda―begitu kau menyebutnya berkali-kali―tak lagi sama seperti dulu. Di tahun ke dua ini, dia menjadi sosok yang amburadul. Nakal, jail, penampilannya yang selalu rapi pun tak lagi terlihat. Berganti dengan ke-rantasan. Kemarin saja, dia sudah bisa menjadi sumber masalah. Entah karena apa, kau sendiri tak penrah tahu pasti alasannya, di memukuli seorang siswa jurusan komputer. Menyebabkan namanya begitu cepat terkenal di lingkungan sekolah. bukan hanya sekali, sejak sebulan terakhir ini namanya di sebut-sebut guru BP. Hukuman sudah biasa baginya. Bahkan ia tidak pernah pusing jika harus menerima skorsing dari guru karena ke-nakalannya. Dalam rentang sebulan pula, warga sekolah menyebut-nyebut dirinya si biang masalah.

Di balik tanda tanya tentang perubahan sikap Yoda, kau mulai menghadirkan sesuatu yang lain. Fatur, sejak penampilannya malam itu, tidak jarang kalian mengadakan janji untuk bertemu di rumahmu. Pernah beberapa kali kalian jalan bersama, membicarakan sesuatu yang menarik. Setiap kali begitu, kau semakin tertarik pada pada perhatiannya. Teman dekatmu, Trisna juga sadar akan hal itu.

“Yan, sebenarnya sudah lama aku ingin menanyakan ini. Kamu... pacaran ya, sama Fatur?” ragu-ragu Trisna bertanya.

“Kenapa kamu bisa bilang begitu?”

“Ya, aku perhatikan akhir-akhir ini kamu sering jalan sama dia... jadi, wajar kalau aku berfikir begitu!”

“Belum sih... Fatur belum pernah mengungkapkan isi hatinya yang sebenarnya padaku!”

“Lalu, Yoda?”

“Hah? Ah... siapa juga yang mau dekat sama dia!”

“Hmm... hati memang tak bisa ditebak, apa maunya!”
Samar, kau dengar gumamannya, “Apa kau bilang?”

“Tidak, tidak... semoga saja Fatur mengungkapkan perasaannya secepatnya!” Trisna pun diam. Tak lagi menanyakan apa-apa.

Kau mendesis sinis, saat melihat Yoda memasuki ruangan dengan rambut gondrongnya yang acak-acakan. Penampilannya yang tak rapi. Senyum itu, senyum di wajahnya yang dulu selalu membuat pipimu merona, berubah menjadi kebencian. Kau benci melihat setiap kali ia melengkungkan senyum itu kepadamu. Sebenarnya, kau ingin bertanya langsung perihal perubahan sikapnya yang begitu cepat. Tapi kau langsung merasa itu tidak begitu perlu.
Ponselmu berdering. Ada pesan dari Fatur.

‘Nanti malam, kita makan di resto yang kemarin yuk?’

‘Hmm... nanti aku lihat dulu, kalau aku sempat!’
‘Yah... kok gitu sih....’
‘Oke deh. Nanti malam, lepas Isya!’
‘Nah, gitu dong! Jadi tidak sabar, nunggu malam... hehehehe....’
‘Kamu, tuh....’

Kau mesem-mesem sendiri. Bahagia sendiri, sementara tanpa mau kau melirik, ada nama yang mengintipmu dari meja yang lain.

“Hey Yod!”
“Hah, apa?”
“Nanti malam, jalan bareng anak-anak yuk!” ajak Anto.
“Kemana?”
“Kemana saja, keliling-keliling kota juga boleh!”
“Okey. Kamu jemput aku nanti malam!”

§

Sudah satu jam kau gonta-ganti pakaian. Tak ada yang cocok. Kau bingung sendiri menentukan pilihanmu. Padahal kau tak perlu begitu, ada banyak pilihan dalam lemarimu. Dua lemari kayu yang penuh dengan pakaian menurutku sudah lebih dari cukup. Namun, kau masih tetap saja bingung.

“Kamu kenapa sih, Yan? Dari tadi Mama perhatikan kamu sibuk!”

“Ini Mah... Dian bingung milih yang pas!”
“Kamu ada date malam ini?”
“Fatur ngajak aku makan malam di resto!”
“Hmm... Fatur yang kemarin itu?”
Kau mengangguk.
“Mama suka... dia orangnya baik dan sopan!”
“Maksud Mama?”

CERITA CINTA 1 DEKADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang