Nando adhitama

47 10 13
                                    


Happy read goodpeople<3

-----*-----

Suara kasak-kusuk riuh terdengar di depan mushola dinas. Masing-masing orang sibuk mencari sendal dan mau saja berdesak-desakan disana. Aku merapikan mukena yang tadi kupakai untuk sholat maghrib, lalu membawanya keluar menuju kerumunan pencari sendal.

Setelah para pencari sendal yang pada heboh itu selesai, aku memasang sendalku yang udah acakadul disana sini. Beberapa langkah dari tempatku berdiri, seluruh peserta sudah berkumpul untuk absen. Aku berjalan menuju kerumunan dan masuk di sela-sela ketek, yep! Bertubuh kecil itu menyenangkan hehe.

"Indra berbakti" teriak kaka tingkat.

"Hadir!" Salah satu cowok mengangkat tangan.

"Lucinta gweya"
kok kedengerennya kek "lu cinta gue ya?" Dih telinga ku mah rada-rada.

"Hadir, kak" sahut si gweya. Susah amat tuh nama dipanggilnya.

"Reina wulandari"

"Siap, hadir" ujarku sambil mengangkat tangan.

Entah cuma perasaanku saja atau apa, itu para cowok-cowok kok jadi berisik sih. Aneh banget ya namaku? Enggak deh biasa aja. Dasar gajelas!

"Nando adhitama"

Hening sesaat. Aku mengalihkan pandangan ke arah barisan cowok karena tidak ada yang menjawab. Kulihat seseorang mengangkat tangan.

Deg!

Aku mengalihkan pandangan secepatnya, karena cowok yang sedang mengangkat tangan itu juga sedang menatapku. Jadi namanya nando ya, batinku sambil menunduk.

Setelah seluruh peserta sudah absen, kami di arahkan memasuki aula untuk makan malam. Aku berjalan sambil cekikikan bersama nina.

"Nando!!" Teriak nina tiba-tiba.

Lalu dia berlari kecil menuju cowok bernama nando itu, aku memperlambat langkah untuk menunggu nina. Ternyata nina satu sekolah toh sama cowok itu. Mereka berdua keliatan ngobrol serius, entahlah aku gak peduli.

Aku memainkan kerikil kecil dengan kaki ku, dengan tangan yang masih memeluk mukena setelah selesai absen tadi. Kulihat beberapa peserta sudah duduk rapi di aula. Aku mengalihkan pandangan menuju nina, ternyata malah nando yang menatap ke arahku sedangkan nina masih asik berbicara di depannya.

1 detik..

2 detik..

Aku tersenyum. Tepatnya, berusaha tersenyum dengan susah payah. Sepertinya senyumku sudah seperti orang nahan boker, ish!

Dia mengerjap, tak lama kemudian memperlihatkan senyum termanis yang pernah kulihat se antariksa.

Aku tertegun.

Kemudian, nina berbalik dan menuju ke arahku. Aku mengalihkan pandangan dan berusaha menetralkan detak jantungku sendiri. Bisa susah deh kalo ketahuan si nina kalo aku gugup. Lagian, kenapa juga aku harus gugup. Dia kan cuma nando, bukan sehun atau suho. Keep calm, lannn.

Nina menarik tanganku dan kami pun memasuki aula, duduk bersisian dengan rapi menghadap makanan.

Sesaat kemudian, kulihat nando berjalan tenang menuju teman-temannya. Maroon. Ya, bajunya berwarna maroon dengan sajadah tersampir di bahu kiri. Aku melirik ke arahnya, lumayan rezeki wkk.

Eh eh, kok? Ngapain si nando malah ngusir temennya yang duduknya berhadapan sama aku. Dan sekarang, aku jadi berhadapan sama dia. Dia menatapku. Aku meneguk ludah dengan susah payah. Duh, aku gak bisa makan malam pake suguhan nyegerin kek beginian, bikin pengen masukkin karung terus bawa pulang. Idihhh.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang