Rona merah jambu

30 7 2
                                    

Aku melompat pelan dari kendaraan aji. Sepatuku yang gak bersih-bersih amat jadi makin gak bersih gara-gara aji nurunin aku di tanah yang becek_-

"Ti ati lo pulangnya" kata aji.

Aku mengangguk pelan kemudian berbalik hendak menuju aula dinas. Tiba-tiba aji menarik tas ransel ku dari belakang.

"Ih apaan dah!" Ujarku kesal.

"Helm gw, bego" katanya datar.

Aku nyengir lalu melepas helm dan memberikannya pada aji.

"Aku pergi dulu, bye ajiii!!!" Teriakku sambil berlari-lari menuju aula.

Aji tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, lalu bergegas pergi.

Sesampainya di aula aku melihat rara tengah mengghibah ria dengan nina. Mukanya kayak babon nahan bersin di sebelah nina. Katanya sih nggak bisa jemput kerumah karena kakaknya nebeng ke tempat kerja karena searah.

"WOYYYY" teriakku sambil berlari kearahnya.

Rara dan nina memandangku aneh. Lalu rara memiringkan telunjuk di dahinya.

"Gak waras" katanya sarkas.

"Aku bingung deh sama gweya gais, padahal kan dia tuh pendiem gitu ya, nggak nyangka aja gitu dia berani" Ujar nina

"Paan" sahutku tak mengerti

"Ituu, si gweya kemaren ngadu sama kaka tingkat gara-gara si nando ngeledekin dia mulu. Kasian juga sih" ujar rara

"Si nando mah emang nakal gais, pernah nih ya aku kejedot pintu toilet gara-gara dia lari-lari gak jelas di koridor" kata nina lagi.

"Pantesan tu muka kek begitu bentuknya HAHAHA" rara terbahak-bahak.

"Terus terus?" Tanyaku

"Apanya yang terus?" Nina balik bertanya

"Ya elah, wulan jadi kang parkir sekarang HAHAHA" rara masih terbahak.

"Eh? Beneran lan?" Ujar nina dengan polosnya.

Aku menatap mereka berdua datar.

"Aku lanjutin nih ya, si nando itu langganan ruang bk. Masa nih, hari pertama ulangan dia ke sekolah pake cat rambut warna pelangi. Ya jadi santapan empuk guru bk lah, emang nggak bener tu bocah" ujar nina menggebu-gebu.

Aku bergidik ngeri.

"Semoga dia nggak bikin rusuh deh disini" ujarku asal.

"Yang bikin rusuh kan kamu HAHAHA" rara makin terbahak. Kali ini ditemani nina.

Aku menatap mereka horor. Enaknya sih disumpahin keselek batu akik palsu biar  tau rasa.

Nggak lama, rara dan nina mendadak berhenti tertawa. Sekarang gantian mereka yang menatapku horor. Bukan, bukan kearahku. Lebih tepatnya, kebelakangku.

"Hihi"

Aku kaget bukan kepalang.

"Ngapain sih!" Ujarku ketika melihat nando berdiri di belakangku dengan menggunakan topeng kuntilanak yang sangat nggak serem. Malah sereman muka si rara.

Ia melepas topengnya lalu duduk di sebelahku. Rara dan nina tiba-tiba menghilang entah kemana. Sialan.

Nando menatapku dengan topeng di tangannya.

"Apa?!!" Ujarku ganas.

Dia tertawa.

"Apaan sih gak jelas!" Aku berdiri hendak pergi, tapi tanganku ditahan nando dengan keras.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang