Trip to Sawang

55 13 6
                                    


"Terimakasih buat adik-adik yang sudah mau bergabung, sampai jumpa rabu depan yaa!!" Kata seorang lelaki yang kelihatannya lebih tua beberapa tahun dari ku. Seluruh siswa kemudian melakukan foto bersama dengan kakak-kakak saka bakti husada. Yahh, lumayan lah nambahin kegiatan daripada cuma nganggur gak jelas di kasur.

Singkat cerita, hari rabu pun tiba. Aku pergi turun SBH (saka bakti husada) untuk yang pertama kalinya. Kegiatan bertempat di dinas kesehatan dan aku pun meluncur sore itu bersama rara dengan menggunakan petu. Btw , petu adalah nama kendaraan rara, wkk. Ntar deh kujelaskan gimana bisa punya nama kek begitu. Nah, setelah aku dan rara sampai di dinkes, disana sudah terlihat ramai dengan cowok dan cewek seumuran kami yang menggunakan baju pramuka. Kami pun menuju aula dimana disana sudah berkumpul makhluk-makhluk calon anggota SBH. Dengan muka yang di polos-polosin, aku dan rara memasuki aula dan ikut duduk bergabung dengan yang lain.

Aku mengedarkan pandangan ke sekitar, lumayan banyak sih yang ikut organisasi ini, dan berasal dari sekolah berbeda-beda juga. Karena aku gak kenal sama mereka-mereka yang ternyata juga gak kenal aku (yaiyalah_-), jadi aku cuma ngerumpi bareng rara doang. Kasak-kusuk menuhin buku catatan amal buruk karena ngeghibah mulu dari pertama datang, astaghfirullah maafkan hambamu yaAllah.

Gak lama kemudian, dimulai lah latihan pertama SBH hari ini. Aku lupa siapa yang ada di depan dan ngomong waktu itu, dan setelah kakak tingkat itu menjelaskan ini itu, yang bisa aku pahami cuma akan dilaksanakan nya kemah di minggu ini. Aku excited banget dong, secara aku kan cinta alam dan kasih sayang sesama manusia wkk.

"Na, selain ini apaan lagi yang mesti dibawa?" Tanyaku pada salah satu cewek bernama nina yang kuajak ngobrol saat ngeghibah dengan rara tadi.
"Emm coba liat, ponco, senter, baju pramuka, bla bla blaa..." ujar nya membaca catatanku yang acakadul kayak muka rara.
"Gimana? Ada yang ketinggalan?" Tanyaku memastikan.
"Udah lengkap sihh, tapi masih ada yang kurang" kata nina sambil ngupil.
"Apaan?" Tanyaku lagi.
"Kamu mesti bawa perasaan bahagia dan lupakanlah semua galau di hari kemarin, karena sesungguhnya bahagia itu artinya gak sedih" jawab nina cengengesan.
Aku langsung memasang ekspresi muka datar untuk menunjukkan bahwa aku tuh pingin banget noyor kepala si nina. Padahal baru aja kenal udah petakilan. Sebenernya aku lebih petakilan sih.

Setelah hari sudah mulai sore, aku dan rara pun pulang dan kegiatan juga udah selesai. Organisasi ini di luar perkiraan aku juga sih, baru pertama latihan eh udah ngajakin kemah aja. Pengen cepet-cepet yaaa *senyum mesum* eh apaansi_-

Di penghujung minggu, kegiatan kemah pun dilaksanakan. Acaranya bertempat di desa sawang, salah satu kampung terpencil di pedalaman halong. Aku juga belum pernah kesana sih, dan aku yakin pasti bakalan seru. Jadi, hari sabtu pagi-pagi aku udah pergi ke dinkes diantar papa dengan seabrek tas gede yang penuh dengan segala macam benda gak guna yang aku bawa. Yang lain juga udah pada banyak yang dateng, dengan tas yang gede juga tentunya. Si rara belum nongol batang hidungnya yang segede botol marjan itu, semoga dia dibolehin ikut sama bokap nyokapnya, soalnya dia tuh rada susah sih kalo masalah nginep-nginep kek gini.

Sampai jam 8 lewat dikit, kami disuruh baris. Si rara belum nongol juga, aku udah mulai gak enak hati nih. Apa jangan-jangan dia kelindes truk waktu di jalan? Atau dia diculik pedofil pas lagi mau pergi, eh tapi mana ada pedofil yang mau nangkep dia, dia kan tua. Aku pun mengenyahkan semua kemungkinan terburuk yang bisa aja kejadian sama si rara dan berusaha fokus mengikuti instruksi kakak tingkat di depan. Gak lama, datanglah itu bocah satu diantar bokapnya. Setelah naruh tas di semak-semak (ebuset) dia pun masuk ke barisan.

Pengarahan dan pembagian kelompok selesai, kami pun di persilahkan leyeh-leyehan dulu sebelum berangkat. Sekian lama aku menunggu (bukan lagu), mobil yang harusnya ngangkut kami menuju sawang gak datang-datang.
"Buset deh mana sih mobilnya? Gak dateng-dateng dari tadi" ujar rara dengan bibir manyun.
"Iya nih, katanya pagi udah berangkat, eh sampe sekarang masih disini aja" ujarku menanggapi dengan wajah tak kalah manyun.
"Makan dulu deh, laper nih jadinya" kata rara mulai mengobrak-abrik isi tas.
"Bener juga, dari tadi ni perut karaokean" sahutku.
Kami pun makan dengan rakusnya, si rara aja sih, aku mah makan cantik.

Kira-kira jam setengah 4 sore, akhirnya mobil yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sumpah deh ngaret amat, dari jam 8 pagi sampe sore gini. Setelah packing dan ngurusin barang keperluan, kami pun berangkat dengan mobil bak terbuka yang penuh manusia butek di dalamnya. Gimana gak butek coba, nungguin sampe lumutan gitu. Dengan bodohnya, aku nganga sepanjang jalan sambil nyanyi gak jelas. Aku berdiri paling depan dengan beberapa cewek lainnya yang megangin bendera SBH. Yang lainnya duduk mepet-mepet di bawah sambil ngerumpi. Dan para cowok-cowok, perginya pake mobil ambulans HAHAHAHAHH, ngakak gak tuh. Kasian amat hidup mereka wkk.

Sekitar jam 5 sore kami sampai di pemberhentian pertama. Aku lupa apa nama desanya, yang jelas kami sampai kesana setelah melewati hutan sawah naik gunung mendaki lembah, anjir wkk. Waktu itu aku gak banyak tau sama temen-temen yang lain. Jadi yaa gitu, belum terlalu kutampilkan recehnya diri ini, hiks.

Gak lama kemudian kami pun memulai perjalanan lagi, tetapi dengan berjalan kaki karena kalau mobil lewat cuma bakalan guling jatuh ke jurang. Jalannya sih bagus, yang bikin capek ya karena posisinya nanjak karena desa sawang itu kan di kaki gunung. Satu-persatu peserta yang badannya agak bongsor (gausa kesinggung gitu ah) pada kecapekan sampa ada yang pingsan. Untung aku cewek strong yekan yekan? Iya dong. Oke lanjut, jadi karena kami mulai jalan saat hari udah lumayan sore, alhasil kami pun kemalaman di jalan. Cuma mengandalkan senter kecil yang sepaket sama pemantik api, aku jalan sama rara sambil gemeteran baca ayat-ayat gak jelas. Baca doa buka puasa lah, doa makan lah, gak waras emang.

"Woy sini aja, kenapa jauh-jauh sih" ujar ku memanggil rara dengan suara setengah berbisik karena suasananya udah gelap banget.
"Etdah, cuma seiprit gini aku jalan duluan dibilang jauh" sahut rara sambil mengerucutkan hidungnya.
"Ya aku kan takut ntar di tangkep kelelawar terus dibawa ke gua. Atau ketemu kodok terus aku nya disuruh nyium, kan aku gak sudi" kataku menarik tangan rara.
Rara menatapku jijik. Kemudian aku cuma cengengesan, heheh.

Kira-kira sehabis isya, kami sampai di pemberhentian kedua.




Heyhoo lagi gengss XD
Cerita ini bakalan panjang lebar nih, soalnya kalau aku potong ntar gak seru :(
Kalau menurut kalian awal cerita terkesan membosankan, kalian belum tau aja kelanjutannya hihi. So, keep reading and don't forget to vomment yaaa beibb :*

-lw

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang