Bab 6. Mimpi yang terlalu nyata

3.3K 201 6
                                    

Seringkali Katy merasa hidupnya tak memiliki tujuan yang jelas. Bukan karena ia orang yang pesimis. Ia hanya merasa hampa.

Perasaan itu kian menguat akhir-akhir ini. Hidupnya tergolong sangat datar sejak semula, keluarga bahagia dan impian yang tercapai. Mungkin inilah yang menyebabkan ia terlalu berlebihan menanggapi situasi semacam ini.

Dadanya serasa sesak oleh sesuatu yang tak dapat ddefinisikan. Ia merasa seperti tertidur dalam waktu yang sangat panjang. Tubuhnya mati rasa, begitupun seluruh inderanya.

Yang ia rasakan hanyalah kehampaan.

Dalam kehampaan itu, sayup-sayup seseorang memanggilnya. Suara itu terus memanggilnya hingga perlahan kehampaan itu berubah menjadi kesesakan yang hampir saja membunuhnya. Nafasnya tercekat untuk waktu yang tidak singkat. Udara seolah direnggut paksa dari rongga dadanya.

Cahaya yang sangat terang berebut masuk melalui kelopak matanya. Sebelum udara benar-benar habis terkuras dari paru-parunya, seseorang mengguncang tubuhnya hingga ia tersadar. Dadanya memompa cepat menyesuaikan perubahan yang sangat tiba-tiba itu.

Dalam kekacauan itu, seorang gadis berpakaian aneh menatapnya dengan senyuman lebar. Ia lantas berkata.

"Kau baik-baik saja nona?" Gadis itu menghentikan guncangannya, memandangi Katy dengan tatapan menyelidik, lantas ia menaruh telapak tangannya di kening Katy. "Kau nampaknya baik-baik saja, terlepas dari kejang-kejangmu barusan. Itu reaksi normal untuk semua orang ketika pertama kali melakukan perjalanan antar dimensi."

"Antar dimensi?" Gumam Katy dengan suara parau. Tenggorokannya serasa tak menyentuh air selama setahun.

"Ah, kau bahkan bisa bicara. Berarti keadaanmu sudah mendekati normal. Istirahatlah terlebih dahulu dan setelah itu aku akan mengajakmu berkeliling."

Setelah gadis itu berdiri Katy baru menyadari bahwa tinggi gadis itu sedikit tidak masuk akal untuk ukuran manusia. Rambutnya berwarna putih menjuntai hingga betisnya, berkibar-kibar tertiup angin.

Butuh waktu untuk menyadari bahwa tempat itu seperti berada di atas awan. Kabut putih menyelimuti lantai hingga benar-benar terlihat seperti awan. Segalanya didominasi oleh warna putih dan biru langit.

Gadis itu membisikkan sesuatu kepada wanita berpakaian seperti dewa-dewi yunani di dekat pintu. Wanita itu pun membungkuk dan berjalan mengekori gadis itu keluar.

Katy masih belum bisa mencerna situasi ini. Tubuhnya terasa kaku dan sangat sulit digerakkan. Ia berusaha mengingat kejadian yang membuatnya bisa berakhir di tempat ini. Terakhir kali ia ingat sedang melarikan diri dari kebakaran di pasar, namun ia tak ingat apa yang terjadi setelahnya.

Dan sekarang ia merasa konyol. Berada di atas awan, dikelilingi wanita berpakaian aneh, dan tubuh yang tidak bisa digerakkan. Katy hanya bisa menganggap ini adalah salah satu mimpi random yang ia alami. Mungkin saja ia sedang tak sadarkan diri di rumah sakit dan memimpikan hal konyol ini.

Berjam-jam setelahnya, Katy terbaring dengan tubuh kaku. Dan selama itu pula Katy merasa mimpi ini menjadi terlalu serius.

Ada banyak sekali hal yang ingin Katy ungkapkan saat itu juga. Setidaknya untuk melepas rasa penasarannya. Namun semua itu hanya bisa tertahan dalam pikirannya.

Hingga berapa lama kemudian gadis itu datang lagi. Ia membawa serta seorang pria tua berjubah putih dan memakai selendang berwarna biru gelap.

La LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang