#14 Rencana

27 3 0
                                    

Author pov.

"PRAMES! Dude,kamu bener-bener berubah sekarang!" Layaknya teman yang bersikap seperti masih remaja,Bimo memeluk Prames dengan erat.

"Ahh,masih gini aja saya. Ohya,sini masuk dulu" Prames mempersilakan sepasang suami istri itu untuk masuk. Seorang priapun mengikuti mereka dari belakang.

"Lho,Koko gak sekolah?" Tanya Wulan pada pria itu.

"Nggak,Mah. Kan tadi jemput Ama sekalian nemenin Ibu" ucap Koko.

"Kalian tadi kerumah dulu gak?" Tanya Wulan sambil menuntun Koko masuk ke dalam. Koko bergeleng.

"Nggak juga,Mah. Ama ngebet pen kesini dulu,kangen Abah katanya. Hahaha" jawabnyapun diakhiri tawa yang disambung juga oleh tawa Wulan.

"Mereka emang gak pernah berubah dari dulu" ucap Wulan dengan senyumnya. Setelah itu,keduanya sampai diruang tengah yang tengah diisi oleh 3 orang yang sudah menunggu mereka.

"Mah,bikinin entèh atuh buat Bimo" ucap Prames. Wulanpun pergi ke dapur,sedamgkan Koko ikut duduk disamping Eva.

"Pram,suasana rumah ini kerasa beda ya? Mentang-mentang dah lama saya gak kesini" Ucap Bimi sambil melihat seisi rumah.

"Ma,ngobrolnya yang enakan dikit" tegur sang istri,Eva.

"Ihh,keun bae atuh. Da babaturan Ama ieu. Meni riweuh Bunda mah. Yeuh Bun,Ama tuh udah lama gak ketemu sama Prames ya wajar kalo nostalgia sama suasana dulu pas kita masih muda" jelas Bimo. Eva hanya terkekeh pelan sekaligus merasakan kembali kehangatan yang dirasakannya 2 tahun yang lalu.

"Hehe,teu nanaon. Kitakan emang udah lama kenal,jadi jauh dari canggung" sambung Prames yang diberikan anggukan antusias dari Bimo.

"Oh enya,eta si eneng. Putri,Pram. Putri kemana? Sama si Putra tah" tanya Bimo.

"Jam segini mereka masih sekolah lah,Ama" kali ini Koko yang menjawab membuat Bimo menoleh padanya.

"Iya gitu?" Koko mengangguk untuk menjawabnya.

"Paingan. Sepi disini teh. Ohya,Pram. Ada hal lain juga yang mau saya tanyain ke kamu" ucap Bimo. Prames mendengarkannya dengan seksama.

"Ini ada kaitannya sama pekerjaan kamu dulu,Kemiliteran" ucap Bimo. Baik,suasana disini mulai serius. Bahkan,Wulanpun sudah kembali kesana setelah membuat teh.

"Komandan ngajuin kamu lagi,bedanya sekarang pangkat kamu Letnan. Bukan,Sersan lagi" sambung Bimo lagi. Prames yang tengah meminum teh langsung tersedak dan tentu Wulanpun ikut terkejut.

"Pelan-pelan atuh abah" ucap Wulan sambil menepuk pundak suaminya.

"Bukan maksud ngehasut,tapi coba pikir baik-baik" ucap Bimo lagi.

"Gak! Aku gak setuju!" Ucap seorang dengan tegas dan lantang disana. Seorang yang baru saja tiba dan tengah menonton mereka dari pintu.

"Puput gak setuju abah jadi tentara lagi" ucap putrinya itu. Puput menghampiri ruang tamu dan mendekati abah.

"Bah,hampir 1 tahun lebih abah koma. Dan operasi kaki abah baru aja di lakuin 10 bulan yang lalu. 1 tahun juga hampir abah gak bisa jalan. Pokoknya Puput gak mau abah kayak gitu lagi" ucap Puput sambil memohon pada Prames.

"Banyak yang sirik sama abah kalo abah jadi tentara lagi apalagi sekarang ada penawaran kenaikan jabatan. Makin dengki aja nanti yang benci sama abah dan nyelakain abah lagi. Aku gak mau" kali ini Puput memegang tangan ayahnya. Semua orang disana menatap Puput,hanya saja keluarga Darma memandang Puput heran.

"Tunggu,nyelakain? Siapa yang nyelakain abah,Put?" Tanya Bimo heran.

"Temen tentaranya abah,Hendra Dwi Sakti" jawab Wulan. Puput dan Prames masih terdiam. Saling terfokuskan oleh pikirannya masing-masing.

PhotographWhere stories live. Discover now