Author pov.
"Terus si Daud kan jalan,ehh malah tigedeblug. Abis sih dia tadinya ngejailin Mang Jamil,ehh malah dia yang kena. Dan parahnya lagi,dia tuh palanya nyemplong ke comberan. Mana bau pesing lagi,wkwkwk" Pria yang berada dihadapan Puput saat ini terus saja mengoceh tentang cerita temannya yang nahas terjatuh didekat halaman sekolah. Puput terkekeh kecil mendengarnya lalu tersenyum.
"Udah deh,Do. Kasian temen lu,tar lu yang malah kualat lagi ngetawain dia"
"Tapi,sumpah kak. Posisi jatuhnya tuh ngakak banget,kalo lu liat juga bakal tawa sendiri" ucap Valdo dengan masih mengontrol tawanya.
"Haha,udahlah. Ohya,lu bukannya ada jadwal piket hari ini?" Tanya Puput.
"Udah kemaren,gua males soalnya kalo piket pagi. Jarang ada orang buat bantuin" Puput hanya mengangguk paham.
"Ehh,lu tau dari mana kalo gua piket hari ini?" Heran Valdo. Sejujurnya,Puput tidak ingin menjawab. Melainkan ingin membenturkan kepala Valdo ke dinding yang berigi.
"Kitakan sekelas,buluk" ucap Puput sambil tersenyum.
"Ehh,iya yah? Kok gua lupa?" Puput langsung menggelengkan kepalanya.
"Kebanyakan mikirin rumus Skala Prioritas sih. Dasar Pithecantropus Erectus!" Ujarnya tiba-tiba yang ada kaitannya dengan pelajaran Sejarah serta Ekonomi.
"Mirip monyet dong gua? Gak,gak! Masa ganteng gini disamain sama manusia purba?" Valdo langsung berpose genit.
"Ngobrol ama cicak aja sono" Puput langsung melewati Valdo. Dia sudah malas melayanin sikap ketidakjelasan adiknya itu.
Puput berjalan sambil mengambil sesuatu disaku rok nya. Dia langsung menghidupkan sebuah earphone bluetooth yang terhubung dengan ponselnya. Musik jazz langsung berlantun disana. Dua bulatan kecil yang menempel ditelinganya mengeluarkan setiap tangga nada disana. Dengan rambut ikal yang di ikat,membuatnya terlihat seperti murid pada umumnya. Hanya saja,dandanan biasa itu akan menjadi luar biasa bagi Puput.
Bagaimana tidak? Saat ini,semua mata siswa disana terpaku dengan Puput. Namun,Puput mengacuhkannya. Ia lebih memilih untuk fokus pada ponsel yang ia mainkan. Puput terus berjalan hingga sadar bahwa sesuatu menyentuh pundaknya. Puput sontak menoleh.
"Disini lo rupanya,gua nyariin lo dari tadi tau" ucao seorang lelaki yang datang menghampirinya.
"Emm,lo siapa ya? Kita pernah ketemu,kan?" Tanya Puput.
"Astaga,Put. Gua temen sebangku lo,allahu" ucap pria itu.
"Ohh,Rangga,ya? Kenapa emang?" Tanya Puput lempeng.
"Hedeh,yodah jadi gini. Gua disuruh kasih tau lo buat ke ruang BP nanti" Pulut mendesah pelan.
"Ngapain lagi,coba? Huft,bahas apa emang?"
"Soal Varo sama kemaren gua ama Ojan bolos" ucap Angga sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Kalian tuh ya! Udah kelas 12,masih aja kelakuannya kayak bocah" Kesal Puput.
"Ya maap. Lagian,kapan sih kita bolos kalo bukan pas SMA?" Puput memutarkan bola matanya malas.
"Lo itu sering bat bolos,masih nanya kapan kapan lagi? Heran gua,yodah cepetan! Keburu bel masuk!" Gerutu Puput dan berjalan melalui Angga. Melihatnya,Angga langsung mengikuti gaya Puput marah tadi tanpa suara dan diakhiri kata 'Bawel'.
Merekapun sampai didepan pintu ruang BP yang masih tertutup rapat. Disana terlihat ada dua orang pria yang tertunduk sambil duduk didekat pintu. Mendengar suara langkah,kedua pria itu mendongkakkan kepalanya dan melihat siapa yang datang. Varo? Tentu tersenyum saat melihat Puput datang.
YOU ARE READING
Photograph
Novela JuvenilYANG BAPERAN + JANTUNGAN,MENING LU GAUSAH BACA! WARNING! TIDAK BAIK UNTUK DIBACA OLEH MANUSIA KURBEL! MENGANDUNG UNSUR KASIH SAYANG YANG MENDALAM! KETULUSAN YANG MENYERUAK! DAN,KEMURNIAN CINTA TULUS YANG MEMBUAI! Okay,That's enough! Lets stop it! To...