Author pov.
"Gabut banget,gusti! Libur gak ngapa-ngapain" keluh seseorang yang tengah berbaring diatas kasur. Bukan Valdo namanya jika tidak berbicara terus sepanjang saat.
"Biasanya juga main PS atogak latihan basket sama Zidan" timpal Puput. Saat ini,mereka sedang berada di kamar Puput.
"Bosen,kalo soal basket kan sekarang emang gak ada latihan" jawab Valdo. Puput masih setia menatap layar kecil handphonenya sambil bersandar diatas kasur.
"Cari pacar gih biar gak bosen" ucap Puput tiba-tiba.
"Ngomong doang gampang. Nyarinya susah" keluh Varo. Kali ini,Puput menghadapnya dan memulai kembali percakapan mereka.
"Do,yang deketin lo banyak perasaan. Gak ada yang srek emang?" Tanya kakaknya dengan nada yang sedikit perhatian. Lebih tepatnya,benar-benar sedikit.
"Gua gak suka,kak. Mereka itu cuma cuma karena gue ganteng doang. Bukan kepedeannih ya? Tapi,sumpah kak! Ogah guenya. Genit semua,gak ada yang lurus" Puput hanya mengangguk mendengar penjelasan adiknya.
"Gue yakin pasti bakal ada yang cocok kok. Gue cuma kasian liat lo sendirian terus. Bukan maksud ngejek nih ya? Sumpah" sepertinya matahari sedang naik di tengah kutub yang dingin di diri Puput.
"Utututu,perhatian banget sih. Lo aja deh yang jadi pacar gue" ucap Valdo saking gemasnya saat Puput menunjukan sisi perhatiannya,meski sedikit.
"Gak,makasih" tolak Puput mentah-mentah dengan nada yang menusuk.
"Wuh,so deep" ujar Valdo 'lebay'.
"Lagian,lo ngaco sih ngomongnya" decak Puput.
"Gue becanda,dih. Gue juga ogah kali punya pacar yang punya hati mati kek lo" ucapan Valdo jelas membuat Puput bungkam untuk beberapa saat hingga dia bertanya.
"Apa gue sejahat itu?" Valdo sedikit tersentak saat mendengarnya.
"Kak,lo baper? Astaga,maaf-maaf" ucap Valdo tidak enak.
"Gak,Do. Bukan itu. Gue nanya beneran ini" ucap Puput sedikit serius.
"Gue gak tau harus jawab apa,karena sikap lo yang sering berubah" jawab Varo jujur. Dia menghela sebentar.
"Tapi,gue sama sekali gak berpikir lo jahat kok. Mau lo secuek atau perhatian,lo tetep kakak yang selalu ada buat gue. Lo yang paling paham soal gue" sambungnya lagi.
"Dulu,lo juga gak jauh dari sekarang. Masih tetep sama. Lo pasti sayang sama gue,mamah juga abah. Lo juga pasti sayang sama orang yang lo anggap spesial. Gue yakin itu. Cuman,lo agak beda. You just cant show them how you love them so much. I don't have any idea about the reason why. But,I so do love you as just the way you are. My sister" Puput tersenyum. Senyum yang benar-benar tulus. Lalu,dia memeluk adiknya itu dengan penuh perasaan.
"Lo juga paling paham soal gue,Do" Valdo langsung membalas pelukan Puput. Setelah itu,sesi berpelukanpun selesai.
"Udahlah,jan serius-serius amat. Gue gak tahan kalo diem disuasana kek gitu" ucap Valdo.
"Gue kayaknya nyimpen banyak hal yang gue sendiri belom tau apa" terka Puput.
"Lo cewek jadi-jadian kali" Kalimat itu membuat sebuah bantal mendarat dengan keras di wajah mulus Valdo.
"Ngawur lo! Rasain noh!" Desal Puput di sela melemparkan bantal.
"Aduh! Hey,sakit!" Valdo mengaduh kesakitan.
"Bodo amat,wle" layaknya bocah,Puput menjulurkan lidahnya pada Valdo.
"ISH! AWAS LO YA!" Genjatan senjata mulai didengar dan perangpun dimulai.
YOU ARE READING
Photograph
Teen FictionYANG BAPERAN + JANTUNGAN,MENING LU GAUSAH BACA! WARNING! TIDAK BAIK UNTUK DIBACA OLEH MANUSIA KURBEL! MENGANDUNG UNSUR KASIH SAYANG YANG MENDALAM! KETULUSAN YANG MENYERUAK! DAN,KEMURNIAN CINTA TULUS YANG MEMBUAI! Okay,That's enough! Lets stop it! To...