Capter 17 : Ingin yang terbaik

118 18 1
                                    

Treng..

1 pesan belum dibaca dari pengirim bernama Rizqan.

Aku menghampiri kasurku dan mengambil Handphone. Hampir 24 jam aku bermesraan dengan laptop. Liburku tinggal beberapa hari lagi. sedangkan tulisan harus aku kirimkan secepatnya.

Rizqan • Shobahal Khair ya ukhti Arina. Tadi malam tahajud gak ?

Aku menaikan satu alisku. Sejak kapan dia alay begini. Pakai ukhti segala. Ditambah pertanyaan 'Tadi malam tahajud gak ?' Ah, aku rasa ibadah itu adalah privasi diri. Untuk apa dipertanyakan masalah itu ? di takutkannya seseorang itu bisa sombong.

Arina • Tumben manggilnya Ukhti.

Pesan singkat itu aku kirim padanya. Aku harap ia tidak membalas sesuatu yang tidak kusuka.

Rizqan • Sekekali aja Rin. Aku telpon boleh gak ?

Arina • Gak boleh.

Jawabku singkat. Aneh, ini benar- benar aneh. Sejak kapan seorang Ustadz mau nelpon seorang santri putri. Ini gak masuk akal.

Rizqan • Yaudah, aku gak maksa. Udah Sholat Dhuha gak ?

Aku lihat analog yang ada di kamarku ia menunjukan jam 09. 25. 'Astagfirullah' Hampir saja aku melewatkan sholat dhuhaku.

Arina • Belum.

Rizqan • Kok belum. Sholat gih. Utamakan akheratmu dari pada duniamu.

Senyumku melebar. Rizqan memperhatikanku dengan caranya. Ini yang membuatku ingin terus terusan ada di kehidupannya. Aku merasa ia itu cukup. Dari segi ekonomi, keluarga, dan agama.

Arina • Iya ini aku mau sholat.

Rizqan • Doakan aku ya.

Arina • Mau doa apa ?

Rizqan • Semoga lamaran aku di terima

Arina • Apaan sih kamu. Yaudah aku sholat dulu.

Apa lagi yang dikatakan Rizqan. Perasaan dari awal mengirim pesan dia tidak pernah membahas lamaran. Tapi kali ini dia membuatku terheran-heran sendiri. Hatiku merasa ada sesuatu yang akan terjadi ? tapi apa ?

Aku basuh satu persatu anggota wudhu. Aku harap ada ketenangan setelah Sholat Dhuha. Aku begitu malas untuk membaca pesan masuk dari Rizqan. Aku takut jika Rizqan benar-benar datang dan melamar.

Setelah 2 Rakaat Sholat Dhuha. Aku berdoa agar aku menjadi orang baik. Dan entah kenapa kali ini aku menyebut nama Rizqan. Bukan minta agar dia menjadi jodohku. Tapi aku meminta kepada Allah Swt 'Jika Rizqan adalah yang terbaik untukku, maka dekatkanlah. Dan jika Rizqan bukan yang tebaik maka jauhkanlah'

Aku berencana ingin berdiri kembali dan melaksanakan Sholat Dhuha lagi.

Klekkk...

Ada yang membuka pintu kamarku.

Spontan aku menoleh.

Ah ternyata hanya Ibu. Ia mendekatiku sedikit tergesak-gesak. Tunben sekali ? Memangnya ada apa ? dia kali ini begitu rapi, tidak menggunakan daster yang biasa dipakai ibu-ibu dirumah. Ia terlihat anggun dengan Abaya hitam mewah dan kerudung pashmina berwarna senada.

"Arina. Ganti baju sekarang" Perintahnya seraya berjalan ke arah lemariku.

"Emang kenapa Bu ?" Tanyaku penuh kebingungan.

"Ada tamu. Mau ketemu kamu"

Deg..

Masa iya ada tamu malah serepot ini. Ada yang gak beres nih.

Hinak si langkarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang