3. Cafe di Sudut Kota

61 5 0
                                    

"Aduuh bagaimana ini .. apa yang harus aku lakukan !!"

Zeca si gadis yang sudah berjalan mondar-mandir di ruangan kamar nan luas itu selama satu jam. Memikirkan apa yang telah terjadi semalam ? Apakah sesuatu terjadi padanya ? Bagaimana cara dia sampai disini ? Di kamar ini ?

"Tunggu Zeca tunggu ! Berpikirlah lebih keras.. pertama kau harus mengingat apa yang terjadi semalam"

"Okay Zeca berpikir.. cobalah mengingat"

Gadis dengan rambut yang masih acak-acakkan itu menggigit kukunya untuk berpikir. Kemudian setelah mencoba mengingat dengan sangat keras ia mengumpulkan potongan-potongan memori yang berhasil ia ingat.

"Baiklah... semalam aku ke klub... sendiri, lalu memesan dua botol vodka dan... aaaah!! Lalu selanjutnya apa ? Ooh, aku mengingat aroma parfum perpaduan jeruk dan vanila yang manis . Kemudian um... aku mendengar suara mobil dan aku tertidur di kasur ini lalu, aku mengingat tentang pria itu"

Zeca menutup mulutnya "Oh Tuhan, aku ingat sekarang .. aku terlalu banyak membual. Bagaimana ini ? Kenapa aku berkata seperti itu, bagaimana jika dia tersinggung aah! Padahal bisa saja ia berbaik hati dan memberiku koneksi untuk masuk Galaxy College"

"Kenapa aku harus menyebutnya pria berbahaya...kenapa !?"

"Tunggu! Aku rasa tidak hanya itu"

Zeca menutup matanya mengingat kejadian selanjutnya, otaknya merespon perintah mencari ulang rekaman pada malam itu dan ini yang ia temukan.

"Haruskah aku mengemis padanya untuk meloloskan ku ?? Hmmm.. tolong jawab!?"

Zeca mengusap air matanya,"Tentu tidak ! Aku tidak akan meminta belas kasihan kepada pria berbahaya itu! Aku Zeca! Aku bisa masuk Galaxy College tanpa mengemis padanya.."

Zeca kembali memeluk tubuh Noah, "tapi bagaimana caranya ? Aaaghh, ku rasa mimpiku sudah mati"

"Lupakan! Lupakan! Aku bisa berdiri dan mencoba sekali lagi meski aku tak tau kapan."

Zeca berdiri mengangkat satu tangannya yang tergenggam erat, dengan penuh rasa percaya diri ia berteriak. "Aku bisa melakukannya lagi! Pasti!"

"Ahahah" Zeca tertawa lepas, ia melupakan rasa sakit hatinya. Kemudian ia menari dengan gerakan-gerakan aneh. Lalu ia berhenti sebentar untuk mengambil nafas.

Zeca berlari ke arah jendela kaca yang cukup besar, dari sana ia bisa melihat bentangan lampu kota yang indah dari ketinggian rumah dan juga tanah perbukitan ini. Lalu kemudian ia berbalik dengan cepat membuat keningnya membentur dada bidang milik Noah yang berdiri di belakangnya .

"Kita ada dimana ? Kenapa ini tinggi sekali ?"

Noah diam tak menjawab, ia terlalu malas menanggapi gadis mabuk itu. Zeca menatap jendela lagi, dalam keheningan malam ia melihat sebuah pohon besar di samping jendela. Berkali-kali ia mengucek matanya, kemudian ia mundur dengan raut wajah ketakutan.

Ranting-ranting pohon yang panjang terlihat seperti tangan jika di lihat malam hari tanpa pencahayaan. Zeca mundur hingga tubuhnya menyentuh tubuh Noah.

"Apa kau percaya Alien?" Tanya Zeca berbisik.

Noah mengerutkan dahinya, Zeca dengan perlahan mengambil dan menarik tangan Noah kemudian berjalan di bawah sofa dekat dengan tempat tidur. Noah mengikuti apa yang Zeca lakukan. Keduanya duduk di lantai di balik meja. Dengan tatapan masih pada siluet pohon di jendela.

"Kau tahu, Alien bertugas mengambil alih isi dunia. Mereka sangat kejam dan brutal. Apa kau takut?" Zeca menoleh ke arah Noah bertanya pada pria yang menatapnya dalam. Kemudian Noah menggeleng .

WHISPER IN JULYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang