10. Tidak, ini terlalu cepat!

34 1 0
                                    

Zeca membuka sedikit demi sedikit matanya berat. Pandangannya putih dan kabur, ia mencoba mengedipkan mata beberapa kali dan menatap sesuatu di atasnya lagi. Langit-langit ruangan itu sangat terang karena lampu yang menyala, Zeca menatap sesuatu yang lain.

Pertama ia melihat vas bunga di meja dekat dimana ia terbaring kemudian ekor matanya menangkap sebuah kepala orang yang tengah menunduk.

Zeca merendahkan matanya, seorang pria dengan jas putih duduk di sampingnya dengan kepala tergeletak di pinggir ranjang tepat di sebelah tangan kirinya.

Zeca mengetahui siapa pria di sampingnya itu, dan Zeca memejamkan mata dan membatin.

"Tak perlu ku lihat wajahnya untuk tau siapa dia, dari aroma parfum nya saja aku sudah bisa menebak kalau dia adalah Noah"

Zeca mengatur nafas tetap tenang meskipun sejujurnya ia ingin memukul pria itu hingga babak belur.

Noah membetulkan posisi kepalanya menghadap Zeca yang melotot melihatnya, Noah tertidur dengan posisi membungkuk dan hanya bertumpu pada kedua lengannya.

Zeca memandang wajah lelah Noah namun, tetap terlihat tampan itu . Ia meneliti segala sudut bentuk wajah Noah yang tampak sempurna. Hatinya mulai goyah.

"Kenapa melihatku terus ?"

Suara Noah membuat Zeca terkejut dan langsung menutup mata, berpura-pura tertidur. Dalam hati Zeca memaki dirinya yang kenapa bisa memperhatikan pria itu walau saat tertidur.

Noah yang ternyata tidak tidur sepenuhnya itu membuka mata, ia melihat Zeca yang terpejam namun memperlihatkan aksi bohong nya dengan menutup mata terlalu rapat. Tidurnya Sangat tidak alami.

Noah berdiri, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kain hitamnya dan berjalan keluar ruangan tanpa kata. Zeca mengintip dari sudut matanya.

Ia menghela nafas lega, karena Noah telah pergi. Ia kemudian mengambil tas nya untuk mencari ponselnya. Setelah ponselnya berada di tangan ia pun mengetikkan sebuah pesan yang ia kirim kepada sepupunya.

Ia sempat bingung untuk memberi alamat dimana ia berada sekarang tetapi, untungnya ia melihat seluruh brand yang ada di ruangan itu . Brand rumah sakit "G'star hospital" terpasang di setiap benda yang ada disana.

Mulai dari selimut, gelas, baju pasien, dan juga alat penetralisir suhu ruangan terdapat nama itu . Zeca mengetikkan "G'star hospital" pada aplikasi Maps nya dan mengirim alamat tersebut kepada Darial.

Zeca mencoba bangun dari tempat tidur namun, perutnya terasa sakit saat di tekuk dan di buat berjalan. Dan itu membuatnya kembali duduk bersandar di kasur dan menunggu Darial untuk datang menjemputnya. Ia tahu bahwa Darial sedang berada di Vienna dalam beberapa hari untuk melakukan misi-misi lain dari Arga.

Zeca menunggu dengan cemas, sudah lebih dari tiga puluh menit. Seharusnya Darial sudah sampai.

Pintu kembali terbuka, Zeca menengok dengan tatapan berseri dan itu hanya bertahan beberapa detik. Ia kembali memasang wajah jutek saat tahu yang membuka pintu itu adalah Noah.

Noah datang kembali dengan beberapa bawaan yang ada di tangannya. Ia meletakkan sesuatu yang ia bawa di meja. Noah sebetulnya memperhatikan wajah Zeca yang cemberut namun, dia tak peduli.

"Makan!"

Zeca menutup rapat bibirnya, ia membuang pandangan ke arah jam dinding yang berdetak teratur di dinding.

"Kau ingin mati ?"

Zeca tak menghiraukan ucapan-ucapan Noah. Ia terus terdiam membisu dan tak sekalipun menatap Noah yang sedang menatapnya tajam.

WHISPER IN JULYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang