1. Hujan di Eropa

224 11 8
                                    

Benda putih pipih yang tergeletak di atas meja ruang tamu itu berdering sangat keras hingga menimbulkan getaran antara meja dan benda itu sendiri. Sang pemiliknya tidak berada di dekat benda tersebut melainkan sedang berada di sebuah kamar luas dengan pintu yang terbuka lebar.

Memasuki kamar, terlihat banyak sekali Kertas-kertas berserakan di lantai. Di bagian dinding tertempel sebuah poster keluarga, beralih pada ranjang berukuran besar berada di tengah ruangan. Di atas tempat tidur, seorang perempuan sedang tertidur pulas dengan piyama hitam dan rambut panjang yang berantakan.

Perempuan di atas kasur itu menggeliat, dahinya mengerut seperti terganggu. Kemudian matanya terbuka separuh memandang ke arah jendela dengan tirai masih tertutup. Dia bangun dari tidurnya dan menyentuhkan kakinya pada lantai putih yang dingin. Dia berdiri dan berjalan pelan seperti kekurangan tenaga.

"Aww!"

Gadis itu memegang keningnya yang baru saja terbentur pintu kamar. Ia mengusap keningnya sambil terus berjalan keluar kamar menuju asal suara yang mengganggu tidurnya.

Langkahnya semakin dekat dengan suara yang ternyata berasal dari suara ponselnya. Ia memaksa matanya terbuka saat melihat nama di layar ponsel nya. Nama "MAMA" tertera disana, dengan se cepat kilat ia segera menekan tombol hijau pada layar.

"Hallo Ma" Gadis yang menguap itu menjawab telepon.

"Sayang!! Kenapa baru angkat telepon?! Kamu tau berapa kali Mama Coba menelponmu ?"

"Iya Ma, maaf. Tadi masih tidur" gadis itu menguap untuk kedua kali. Nampaknya ia belum menuntaskan tidurnya yang hanya empat jam itu.

"Kamu baru bangun !? Oh ya ampun! Kamu tau ini jam berapa sayang ? Disana pasti sudah hampir jam sepuluh. Kamu ngga lupa kalau kamu ada kompetisi penting siang ini kan ?"

Gadis itu berlari menuju kamarnya, mencari sebuah kertas. Bukan kertas yang tercecer di lantai bukan, ia mencari sebuah kertas yang sudah ia siapkan semalam.

"Hallo sayang ? Hallo?"

"Iya Ma, iya ingat kok. Sudah dulu ya Ma, dadaah "

Gadis itu menutup panggilan dan kembali mencari kumpulan kertas. Setelah ia menemukan kertas tersebut ada pada bangku piano nya, Gadis itu tersenyum lebar.

"Ku mohon semoga hari ini keberuntungan berpihak padaku "

Gadis itu meletakkan kertas itu kembali pada tempat asalnya. Dan ia pun segera berlari menuju kamar mandi untuk bersiap. Dua puluh menit kemudian ia sudah keluar dari walking closet-nya dengan pakaian dress biru gelap dengan motif batik pada bawah dress nya yang sepanjang lutut. Di tangannya ada sebuah jaket parka ukuran besar yang kemudian ia pakai untuk menutupi dress cantiknya.

Rambut panjangnya ia tata twisted tie-back yang membuat tampilannya menjadi sangat anggun. Riasan yang ia pakai juga sangat natural sekali karena memang gadis bermata cokelat terang itu memiliki kulit yang sangat bagus.

"Oh Tuhan, Kenapa aku sangat gugup dua jam lebih awal"

Dengan sepatu boots hitam ia pun bergegas pergi, sebelum is melangkah keluar kamar ia tidak lupa membawa kertas nya. Di balik pintu ia kembali menengok pada kamar yang ia cintai.

"Oh aku baru sadar kalau kamarku sangat kotor, baiklah aku janji aku akan membereskan mu setelah semua ini selesai "

Gadis berambut hitam itu menutup pintu kamar dan berlari kecil menuju pintu keluar apartemennya. Di luar apartemen ka segera memasuki lift dan menekan nomor satu- basement dimana mobilnya berada. Di dalam ia kembali menelpon Mamanya.

WHISPER IN JULYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang