11. I'm so scared

44 2 0
                                    

Pria kaus panjang yang longgar itu menatap layar tab nya dengan sangat teliti. Ia mengatur nafas yang terdengar menggebu, tangannya mengepal pada sebuah gelas alkohol yang sudah retak.Ia mengambil ponselnya menelepon salah satu sahabatnya.

"Datang ke Moonlight sekarang!"

Noah melempar ponselnya jauh tanpa mematikan panggilan. Saat melihat Eddie mencium Zeca yang meronta untuk minta lepaskan. Ia berdiri pada ruangan yang masih kosong itu. Hanya ada satu buah kasur besar tergeletak di tengah ruangan baru.

Ia mengambil topi baseball-nya dan keluar pintu. Tak butuh waktu lama Noah sudah berdiri di depan pintu kamar Zeca. Kemudian muncul Vasko yang berlari menyusul Noah yang sudah menekan dial kunci pintu hitam itu.

Noah mengingat berapa sandi apartemen Zeca, ia pun masuk dan di susul oleh Vasko di belakangnya. Tepat di ruang tamu, Noah menggertakkan gigi gerahamnya melihat Eddie mencoba melepas celana yang Zeca pakai.

Zeca menangis sangat keras, memohon untuk Eddie tak melakukannya, bahkan suaranya hampir habis dan Eddie tidak menghiraukan. Noah menarik kerah baju belakang milik Eddie kemudian melayangkan satu pukulan keras ke arah rahang Eddie.

Eddie terjatuh ke bawah dengan bibir yang mengeluarkan darah. Dia menatap Noah dengan geram karena niat jahatnya gagal. Saat Eddie hendak membalas pukulan kepada Noah, Vasko dengan cepat menggeret tubuh Eddie keluar ruangan dan melakukan baku pukul disana.

Zeca menutupi tubuh atasnya yang sudah polos dengan kedua tangannya. Ia masih menangis dan shock atas apa yang terjadi padanya.

Noah mengambil selimut yang beberapa waktu lalu ia lihat di sebelah lemari TV. Noah menutupi tubuh Zeca dengan selimut tipis itu. Sorot mata Noah benar-benar merah menahan amarah melihat Zeca dalam keadaan berantakan seperti ini.

Zeca tak mengeluarkan satu patah kata pun meskipun Zeca tau yang datang adalah dirinya. Zeca masih menutupi tubuhnya erat dengan selimut putih itu .

Noah mengusap kepalanya lembut, ia duduk mendekat ke arah Zeca. Mencoba menenangkan gadis itu.

"Dia sudah pergi"

Ucap Noah berharap satu kalimat pendek itu membuat gadis yang menangis itu tenang.

Zeca mengakat kepalanya menatap pria bertopi yang menolongnya itu. Air matanya mengalir deras dengan suara tersedu dari bibirnya yang bengkak.

Noah benar-benar tak tega melihat Zeca seperti itu. Sebuah perasaan muncul di hati Noah pada gadis itu. Perasaan yang sebelumnya ia sempat sangkal. Noah mengusap air mata di pipi Zeca.

"Aku disini!" Ucap Noah lagi.

Zeca masih menatap mata abu-abu yang bersinar karena sinar bulan yang menerpa wajah Noah. Zeca merapatkan tubuhnya dan memeluk lututnya.

"Aku takut" ucapnya lirih di sela-sela tangisnya .

Tak ada kata-kata yang mampu Noah ucapkan lagi. Noah menarik tubuh Zeca dan memeluknya, ia mengusap kembali rambut panjang itu. Noah tau kejadian ini akan menjadi trauma besar untuk Zeca.

"Aku selalu disini, di sampingmu"

Zeca melupakan rasa marah yang masih tersimpan rapi untuk Noah karena masalah flashdisk itu. Zeca menggenggam lengan Noah dengan tangan yang bergetar ketakutan. Begitu pula dengan tubuhnya.

"Apa aku boleh menggendong mu ke kamar ? Kau harus istirahat"

Zeca menatap ragu, ia masih shock dan dia menggeleng. Noah paham, kemudian ia meletakan kepala Zeca di kepala sofa. Noah berjalan ke arah dapur mengambil minuman hangat untuk Zeca. Ingatan Noah sangat kuat, sekali saja ia masuk ke sini. Ia sudah mengerti letak tatanan segala tempat dan furniture di dalam apartemen Zeca.

WHISPER IN JULYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang