O4 : Nebulous

1.5K 246 20
                                    

Bel istirahat sudah lama berbunyi namun Lia masih berdiri di depan loker miliknya. Gadis itu menatap serius pada sebuah amplop biru muda yang ia temukan di dalam sana.

Amplop itu tertutup rapat dan Lia tahu seseorang telah menyelipkan benda itu kedalam lokernya.

Teruntuk : Choi Jisu, matahariku.

Lia membukanya perlahan, takut menyobek sesuatu di dalam sana yang tidak ia ketahui bagaimana bentuknya.

Terdapat sebuah, surat?


Kepada,
yang selalu ku rindukan,
di tempat.

Apa kabar hari ini?
lihat tanda tanya itu, jurang antara aku dan keinginan untuk bersamamu.

Aku menulis ini dalam sunyi. Tepat di saat pikiran dan nalar tidak bekerja dengan baik. Aku lelah, juga merindu. Bisakah kita bertemu dalam perbincangan singkat? bersama kopi dan kantuk yang mulai menusuk tulang sebagai pelengkap.

Sebentar saja, aku hanya ingin kamu menjadi teman tidur yang semu.

ㅡji

Lia menghela napas panjangnya, gadis itu menggigit bibirnya sendiri sebelum dengan pergerakan yang tergesa-gesa menutup amplop itu, memasukannya ke dalam kantong lalu pergi dari sana.

Sementara di sisi lain, Yeji tengah meperhatikan gadisnya dari jauh. Setelah melihat Lia pergi, Yeji menyandarkan punggungnya pada dinding, memejamkan mata berusaha menerawang apakah gadis penerima surat darinya dapat mengetahui siapa pengirim itu.













Yeji duduk di halte saat angin kencang menerpa sebagian wajahnya. Gadis bermata kecil itu menatap sekeliling, menunggu bis dengan tujuan akhir berhenti di hadapannya.

Pandangannya beralih pada sepasang kekasih yang sedang mengobrol serius di sebrang jalan. Yeji dapat mengenali salah satunya dengan jelas.

Lia adalah salah satu dari mereka.

Gadisnya berada disana bersama seseorang bertubuh tinggi dengan rambut yang dicat merah, tangan mereka saling menggenggam dan Yeji benci untuk melihat semuanya.

Yeji ingin ada disana, menjadi orang yang berdiri di samping Lia, menggenggam tangan itu lalu berbicara dengan gadisnya sedekat mereka.

Menjengkelkan.

Yeji berniat pergi dari sana tapi matanya masih ingin memperhatikan Lia, setidaknya ia akan berjaga jika orang itu melakukan sesuatu pada gadis yang sangat ia sayangi.

Yeji masih memperhatikan keduanya, sebelum sesuatu yang dilakukan si rambut merah membuat Yeji marah, sangat marah.

Orang itu menampar Lia tanpa rasa bersalah hingga gadis itu mundur beberapa langkah. Yeji dapat melihat gadisnya memegangi pipi menahan sakit, sementara orang-orang di sekitar mereka hanya menatap mereka tanpa berniat ikut campur.

Yeji mengepalkan tangannya ketika orang itu dengan santai kembali menggenggam tangan Lia. Seperti tidak terjadi sesuatu.

"Brengsek."

Yeji berjalan dengan santai menerobos jalan raya, suara decitan mobil dengan aspal bersamaan dengan klakson menghantar Yeji hingga sampai ke seberang.

Gadis itu melepaskan genggaman keduanya dengan kasar, menghantam pipi orang di hadapan Lia keras-keras dengan tangan yang ia kepal sejak tadi.

Lukanya belum membaik dan Yeji sudah siap kalau ia harus babak belur untuk kedua kalinya.

Si rambut merah tersungkur, sementara Lia menatap keduanya kaget. Yeji segera meraih tangan gadisnya, mengajaknya berlari sementara di belakang mereka kini ada 3 orang pria yang entah muncul darimana juga berlari mengejar mereka.

August Rain ; itzy [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang